Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak terpikir sebelumnya kalau orang-orang kecil atau pedagang-pedagang kecil bisa melantai di bursa saham. Investor kecil yang menjelma menjadi kekuatan baru atau kekuatan super giant di bursa saham. Mereka di 2021 ini mungkin angkanya bisa tembus hingga 1 juta investor ritel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cerita tentang IPO atau initial public offering, tentang masuk bursa saham, selama ini sepertinya hanya dimiliki para pebisnis besar, mereka yang memiliki usaha raksasa, kampiun, orang-orang kaya. Semula tidak ada celah buat orang-orang kecil bermain di sini. Pasar saham awalnya hanya dikuasai segelintir orang, yang dinominasi orang itu-itu saja. Apa yang diperdagangkan sangat jauh dari spirit kemanusiaan untuk mengangkat pebisnis kecil atau orang kecil menjadi besar atau orang lemah menjadi kuat. Perdagangan saham, ketika itu, jauh dari visi-misi mulia, yang sesungguhnya bukan sekadar urusan cuan saja. Sejatinya soal IPO ini sederhana. Ada untung, ada yang mendapat bagian atas keuntungan tersebut. Artinya semua orang bisa terlibat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nah, selama ini, ada juga proses engineering atas keuntungan. Sehingga misalnya, ada narasi story engineering. Sesungguhnya barangnya tidak ada. Baru akan ada. Tapi ceritanya udah dahsyat. Dibuat 1-2 barang sampel, dibuat 1-2 action buat membangun story itu menjadi nyata. Dan soal keuntungan juga dibuat sedemikian rupa, sehingga ada engineering juga, rekayasa di bidang keuangan. Dipoles, di-touchup. Dengan bahasa halusnya: dibenahin.
Di sini saya melihat ada celah, rakyat bisa ikut atau terlibat IPO. IPO Rakyat. Rakyat meng-IPO-kan dirinya sendiri. Ramai-ramai bersatu. Simpel dan nyata. Regulasi saat ini sudah sangat mendukung. Otoritas Jasa Keuangan(OJK) sudah membuka IPO untuk perusahaan-perusahaan rintisan. Dari sini nanti bermula.
Tahu Angkringan? Sebagian besar pasti mengetahui soal ini. Tahu tukang somay? tukang bubur? tukang nasi uduk? tukang nasi goreng? tukang pecel lele? tukang bakso? tukang tambel ban? warung-warung sembako kecil? dan sederet yang bukan sekadar story engineering, bukan sekedar cerita rekayasa. Mereka riil. Mereka ada. Berpuluh-puluh tahun. Mereka inilah yang kita IPO kan. Rakyat meng-IPO-kan dirinya sendiri. Rakyat ber-IPO. IPO Rakyat.
Kalo satu angkringan tentu saja ceritanya kurang menarik. Tapi kalo ceritanya menyangkut sepuluh ribu angkringan? Cukup menjanjikan keuntungannya. Satu angkringan sebut saja omset hariannya Rp 1-3 juta. Ini hitungan kala masa pandemi. Artinya kalau sepuluh ribu angkringan, itu angkanya bisa Rp 3,65 triliun per tahun. Nilainya bisa saja lebih dari itu atau bisa mencapai Rp 10 triliun per tahun.
Belum lagi berderet tukang-tukang yang saya sebut tadi dan yang belum saya sebut. Mie ayam, misalnya. Jadi bisa dibayangkan dengan contoh seperti angkringan tadi size IPO seperti apa. Bisa setara dengan BUMN-BUMN raksasa. Kalau ada sepuluh entitas bisnis seperti angkringan di pasar saham tinggal dikali saja potensi keuangannya.
Belum lagi soal jumlah transaksinya. Orang yang datang ke angkringan, dengan size omset Rp 1- Rp 3 juta per hari, anggap saja mencapai 100-300 orang dengan transaksi, misalnya, masing-masing Rp 10 ribu. Artinya di angkringan tersebut ada 1 juta transaksi per hari atau 365 juta transaksi per tahun. Ini bisa dikali dengan jumlah pedagang yang ada di Indonesia. Angkanya tentu bisa menunjukkan nilai yang fantastis. Para pedagang itu bisa naik kelas kalau mereka bisa dilibatkan di pasar saham. Mereka diajak masuk ke ekosistem keuangan modern. Mulai dari cashless society. Mereka bisa memiliki bank data dan sekaligus menjadi pemilik.
Pembelinya juga begitu. Ikatan emosionalnya menjadi ikatan bisnis juga. Ada added value. Sebab pelanggan bisa memiliki saham mereka semua. Apalagi sekarang mudah membeli saham recehan. Kalo IPO perdana, ya paling sekitar 100 perak per saham. Satu lot bisa Rp 10 ribu. Tapi kalau membelinya ramai-ramai nilainya akan besar. Asli keren ini. Semua akan semangat belanja.