DUA puluh tahun silam, hanya ada dua bank Jepang yang termasuk sepuluh bank internasional terbesar di luar Amerika Serikat (AS). Sekarang posisi 10 bank terbesar di dunia semuanya diduduki oleh bank-bank Jepang. Lebih lagi jika dikumpulkan bank-bank internasional (di luar AS) dengan aset lebih dari US$ 100 milyar, setengahnya adalah bank dari Jepang. Besar kecilnya ukuran suatu bank merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian negara tempat asal bank tersebut. Contoh ekstrem, tak ada bank dari Benua Afrika yang termasuk dalam jajaran 100 besar bank internasional. Bagaimana dengan Indonesia? Kalau kita lihat peringkat bank awal tahun lalu, bank terbesar ke-100 (di luar AS) adalah Swedbank dari Swedia dengan aset US$ 38,4 milyar. Bank terbesar di Indonesia adalah BNI dengan aset Rp 17,75 trilyun (US$ 9,9 milyar). Masih terlalu kecil untuk diperhitungkan. Perlukah kita menjadi anggota kumpulan bank terbesar? Banyak manfaat yang dapat diperoleh bagi perekonomian suatu negara dan daya saing produk negara tersebut di pasaran internasional jika salah satu banknya menjadi anggota bank terbesar. Buktinya, banyak bank yang berusaha menempatkan dirinya menjadi salah satu anggota bank terbesar di dunia dengan cara merger (penggabungan). Misalnya: 1988 di Spanyol, Banco de Bilbao merger dengan Banco de Vizcaya menjadi Banco Bilbao Vizcaya, yang kemudian menduduki jenjang ke-65. Di Jerman, Landesbank Stuttgart dengan Badische Kommunale Landesbank menjadi Sudwestdeutche Landesbank yang kemudian menduduki peringkat ke-90 pda 1988. Tahun ini, Mitsui Bank (aset US$ 227 milyar) bergabung dengan Taiyo Kobe Bank (aset US$ 178 milyar) untuk meningkatkan peringkat menjadi nomor 1, mengalahkan Daichi Kang Yo Bank (aset US$ 379 milyar) yang juga berasal dari Jepang. Di Eropa, persiapan ke arah merger juga sedang dijajaki oleh bank dari Belanda, yaitu Amsterdam Rotterdam Bank dengan Algemene Bank Nederland untuk memperbaiki posisi mereka di arena dunia karena aset gabungan akan melebihi US$ 169 milyar (kurang lebih peringkat ke-23 bank terbesar di dunia). Sekarang, jika kita gabung bank pemerintah (BNI, BBD, BRI, Bank Exim, BTN, dan Bapindo) pada posisi 31 Desember 1989, posisi bank gabungan ini akan memiliki aset total Rp 75,3 trilyun atau US$ 41,8 milyar. Masih terlalu kecil dibandingkan peringkat ke-50 dunia, yaitu Instituto Bancario San Paolo Di Turno, dengan aset total tahun 1989 sebesar US$ 81,7 milyar. Tapi cukup untuk menjadi anggota 100 bank internasional terbesar di luar AS dengan menduduki kurang lebih peringkat ke-90. Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh jika bank-bank pemenntah merger: * Kemungkinan mendapat kepercayaan minimum AAA atau bahkan AAAA dari badan kepercayaan internasional yang berarti mendapat bermacam-macam kemudahan, berupa fasilitas dari bank-bank besar lainnya (karena besar kecilnya fasilitas dan biayanya bergantung pada kepercayaan bank tersebut dan salah satu kriteria yang dipakai dalam pemberian rating adalah "Total Asset") yang berarti meningkatkan daya saing produk Indonesia di dunia internasional, karena bea finansial dapat dikurangi (saat ini masih banyak LC yang dibuka oleh bank pemerintah, masih harus dijamin oleh bank internasional lain, karena tidak dikenal dan dengan sendirinya merupakan tambahan biaya. * Meningkatkan kapasitas dan kepercayaan internasional dalam memobilisasi dana di pasaran internasional dengan biaya yang lebih rendah, untuk pembiayaan-pembiayaan di dalam negeri. * Peningkatkan efisiensi dan kemampuan menghasilkan laba dengan menghilangkan kemubaziran yang ada seperti melakukan relokasi cabang-cabang yang berdekatan satu sama lain baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Misalnya, sekarang di New York, paling tidak ada lima perwakilan bank pemerintah (BNI, BDN, BBD, Exim, BRI) yang beroperasi dengan biaya cukup tinggi. Perwakilan-perwakilan (cabang-cabang) tersebut dapat direlokasi ke negara-negara lain untuk memperkuat jaringan internasional tanpa tambahan biaya. Di dalam negeri, relokasi cabang-cabang dan sarana pelengkapnya dapat diarahkan ke Indonesia Bagian Timur (IBT) sehingga dengan sendirinya membantu program pemerintah dalam pengembangan daerah Indonesia Bagian Timur tanpa biaya tambahan yang berarti. Masih di bidang efisiensi, bank-bank pemerintah pada saat ini melakukan investasi di beberapa bidang yang sama dan merupakan duplikasi yang mungkin tidak perlu seperti di bidang komputerisasi dan sumber daya manusia. Hal ini dapat dihemat dengan cara memanfaatkan sinergy yang kuat dan saling menunjang, misalnya pemanfaatan kelebihan kapasitas komputer dari bank satu ke bank lainnya. * Manfaat bagi Bank Sentral. Memudahkan pengawasan dan peningkatan kualitas MIS guna pengambilan keputusan-keputusan di bidang moneter. Yang perlu kita tiru dari bangsa Jepang adalah bagaimana mereka memanfaatkan bank-bank Jepang dalam membantu produk buatan Jepang untuk memenangkan persaingan internasional. Bank-bank mereka ada di setiap tempat strategis dan selalu membantu perusahaan-perusahaan Jepang dengan memberikan biaya-biaya yang lebih murah dan fasilitas yang lebih bagi perusahaan-perusahaan atau produk-produk buatan Jepang. Jadi, merger bank-bank pemerintah akan menghasilkan sinergy yang kuat untuk menunjang produk buatan Indonesia di persaingan internasional. Soalnya, peningkatan kepercayaan internasional terhadap bank gabungan hasil merger dan akan membantu program pemerintah dalam pengembangan daerah Indonesia Bagian Timur melalui relokasi dan pemindahan fasilitas-fasilitas dan sarana dari hasil efisiensi serta eliminasi kemubaziran yang ada. Merger ini juga akan meningkatkan efisiensi Bank Sentral dalam bidang-bidang pengawasan bank dan kontrol moneter. * Managing Director Lippo Bank
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini