Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Ketika Kejujuran Menjadi Musuh

Seorang ibu melaporkan kelancungan ujian nasional di sekolah anaknya. Dia malah dikucilkan penduduk kampung.

20 Juni 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEANDAINYA Siami adalah kaca benggala skala keberadaban, harus diakui kita berada di titik paling rendah. Perempuan bersahaja itu mencoba meruwat kejujuran dengan melaporkan kelancungan pelaksanaan ujian nasional di sekolah anaknya, Sekolah Dasar Negeri Gadel II, di Kelurahan Karangpoh, Kecamatan Tandes, Surabaya. Jangankan mendapat pujian, ia malah di-kuyo-kuyo jiran sekampung, dicerca, didemo, bahkan diusir dari rumahnya di Kelurahan Karangpoh.

Tragisnya, kegilaan ini justru bermula dari kejujuran. Alif Maulana, satu dari dua anak Siami, bercerita kepada ibunya tentang ujian nasional sekolah dasar yang diikutinya. Alif, anak pintar itu, diperintahkan wali kelas ”mensosialisasi” jawabannya kepada sesama teman sekelas. Ketika Siami melapor ke kepala sekolah dan komite sekolah, tak ada tanggapan menyenangkan. Ia mendatangi dinas pendidikan setempat, dan dari situlah kejadian tak semenggah ini mencapai ranah orang ramai.

Peristiwa ini sangat mengerikan. Kasus Siami mempertontonkan derajat moral dan etika kita secara faktual—bukan lagi sekadar hasil survei yang bisa diperdebatkan. Kejujuran sebagai salah satu saka guru keberadaban sudah kehilangan daya tarik, dan diperkosa oleh kepalsuan, demi mengejar sasaran singkat. Sang guru dan wali kelas yang memerintahkan ”penyontekan nasional” itu rela menghinakan diri demi mempertahankan ”prestasi” sekolah—tak peduli itu diraih lewat jalan bengkok.

Perangai penduduk kampung, yang menghalau Siami sekeluarga, merupakan indikasi betapa norma-norma masyarakat sudah terbalik. Kita tak patut sekadar mengelus dada. Kekerasan sosial ini sama sekali tidak bisa ditenggang. Penduduk kampung itu bisa dipidanakan lantaran mengancam keselamatan orang lain. Bukti keterancaman itu, polisi mengungsikan Siami ke markas Kepolisian Sektor Tandes.

Pengurus kampung dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan Karangpoh juga harus diperiksa. Penduduk kampung, menurut pengurus LKMK setempat, gusar terhadap tindakan Siami lantaran mereka bersimpati kepada tiga guru yang dikenai sanksi instansinya. Simpati itu jelas tidak pada tempatnya, karena justru diberikan kepada guru yang mencederai profesinya sebagai pendidik. Alasan pengurus LKMK lebih sontoloyo. Penduduk bersimpati kepada ketiga guru culas itu, katanya, karena ketiga guru itu sudah mengabdi lama di SDN Gadel II, sedangkan Siami pendatang baru di Karangpoh.

Komentar Menteri Pendidikan Nasional atas kejadian ini terkesan hambar dan sangat normatif. Ia menghargai upaya keluarga Siami, tapi kecurangan pelaksanaan ujian nasional di sekolah itu, katanya, tidak terbukti.

Padahal pemaksaan terhadap Alif sudah begitu jelas. Semestinya diakui, ada yang salah dalam sistem pendidikan nasional kita. Sesuatu yang busuk terjadi ketika sekolah hanya sibuk mengejar gelar ”sekolah berprestasi”, tak peduli cara mencapainya sangat merendahkan prestise. Menteri Pendidikan pasti tahu kasus Gadel hanya satu contoh. Di sebuah sekolah dasar di Pesanggrahan, Jakarta Selatan, misalnya, muncul kejadian serupa.

Gerakan mendukung Siami, yang dilancarkan berbagai kelompok masyarakat, seyogianyalah dikembangkan menjadi gerakan mendukung keberadaban, dengan melakukan pengawasan kolektif yang ketat terhadap berbagai praktek lembaga pendidikan. Gerakan ini tak perlu mengharap banyak ”partisipasi” pemerintah. Kita maklumi saja bahwa pemerintah masih sangat sibuk membangun citranya yang belepotan di sana-sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus