Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kolom nurcholish madjid: hindari prasangka

Komentar kolom nurcholish madjid berjudul "dakwah meriah penuh hikmah". mengesankan ketidakpahaman akan arti ritual dan prosesi keagamaan sebagai sarana hubungan transedental dengan tuhannya.

16 Mei 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Membaca kolom Nurcholish Madjid berjudul "Dakwah Meriah Penuh Hikmah" (TEMPO, 11 April 1992) saya tidak menemukan arti sebuah artikel yang berhikmah keagamaan tapi hanya berisikan prasangka dan tuduhan saja. Hal ini terjadi karena ketidakpahaman Nurcholish akan makna dan arti suatu ritual dan prosesi keagamaan dari suatu agama yang secara rohaniah sebagai sarana hubungan transedental dengan Tuhannya yang memang tidak mungkin dipahami oleh pihak agama lain. Dengan adanya sikap sok tahu dalam mencampuri urusan rumah tangga agama lain secara berlebihan tanpa didasari pengetahuan yang jujur, benar dan obyektif, hal ini hanya akan menimbulkan saling menuding dan saling mencurigai. Dari alur tulisan itu saja sudah terlihat bahwa Nurcholish seakan terbawa arus globalisasi pola pikir tanpa penyelidikan secara mendalam apa sebenarnya sistem kependetaan, sakramen, altar pengorbanan, dan kuil itu. Dalam sejarah perkembangan agama pun sejak dari Nabi Adam sampai sekarang kita tidak lepas dari sistem kependetaan atau pemuka agama dan darah pengorbanan walaupun dalam versi yang berbeda toh maknanya sama. Kalau mau mengikuti tuduhan Nurcholish bahwa acara ritual keagamaan itu janggal, apakah keberadaan Kabah dan sistem kiai, haji, ustadz, dan penyembelihan hewan korban Idul Adha itu termasuk juga dalam daftar kejanggalan? Saya kira tidak. Karena nilai suatu tata cara ritual keagamaan hanya sebagai sarana dalam mendekatkan diri kita dengan Tuhan, dan setiap agama pun mempunyai acara ritualnya masing-masing yang diakui keberadaannya dan kebenarannya. Saya meragukan sekali apakah nama-nama Thomas W. Lippman dan Henry Treece itu benarbenar ada atau hanya fiktif belaka sekadar menambah bobot tuduhan dan prasangka saja. Sebenarnya, kalau memang ada kemauan baik dari Thomas W. Lippman, Henry Treece, dan Nurcholish dalam mencari dan menegakkan kebenaran yang jujur, netral, dan obyektif, yang dilandasi nilai-nilai etis, moral dan toleransi, mereka seharusnya sudah paham dan mengerti akan makna dan arti dari sistem kependetaan, sakramen, kuil, dan pengorbanan darah. Mengapa hanya bertitik tolak dari kebodohan dan ketidakmengertiannya sendiri lalu seenaknya saja menghakimi bahwa acara ritual agama lain itu sebagai kejanggalan. Saya menilai tulisan "Dakwah Meriah Penuh Hikmah" hanya mengada-ada saja dan tanpa bobot karena tidak berdasarkan kenyataan jalur keyakinan orang lain. JOSEV WILLY N.D. Jalan Taman Malaka Barat Blok E I Nomor 19 Pondok Kelapa Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus