Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kontes burung: dan larangan Emil ...

Emil salim menggagalkan kontes burung di beberapa daerah. di jakarta, ribuan burung membanjiri pasar setiap hari. (kom)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKENAAN dengan larangan kontes burung berkicau, serta keterangan Pak Emil Salim di Surabaya baru-baru ini, saya sebagai seorang penggemar burung berkicau sangat menyambut baik. Usaha Pak Emil berhasil, dengan gagalnya beberapa kontes burung berkicau yang siap "manggung" di beberapa daerah. Memang betul, larangan tersebut ada relevansinya dengan usaha pelestarian alam dan lingkungan hidup. Tetapi pelarangan tok, menurut hemat saya masih sangat kurang tepat. Prosesnya untuk mencapai sasaran yang dimaksud akan terasa berlarut-larut. Sebab (silakan Pak Emil lihat sendiri) berkeranjang ratusan bahkan ribuan burung jenis cucakrawa, murai batu, kutilang, jalak putih, suren, jalak hitam (kerak), burung bondol, manyar, gelatik, pipit, perkutut, hampir sctiap hari membanjiri pasar burung di Jalan Pramuka dan wilayah Jakarta lainnya (baru Jakarta saja). Bahkan konon jenis cucakrawa dan murai batu datang scbagai impor dari luar negeri (Singapura?), padahal burung-burung tersebut ditangkap di Sumatera. Semacam selundupanlah (wah!). Justru sumber-sumber dan usaha-usaha penangkapannya yang harus mendapat sasaran pelarangan yang intensif dan tanpa kenal kompromi. Burung yang sudah terkumpul di pasar-pasar burung tegasnya harus dikembalikan ke hutan asalnya atau ke daerah baru (suaka alam) Percuma saja kontes dilarang, tetapi penangkapan/perburuan terus merajalela. Saya sangat khawatir, bila tidak ada usaha penyetopan/pelarangan, beberapa tahun lagl burung-burung tersebut pasti musnah. Kontes burung berkicau yang diiinkan Pak Emil hanya burung dari hasil peternakan sendiri, juga belum menjamin usaha pelestarian. Kami orang awam masih bingung mencerna ide tersebut. Last but not least dalam hubungan ini, PT Wonder Kroto Voer yang mensponsori kontes burung berkicau di Jakarta yang dilarang Pak Emil/Gubernur DKI, uang para kontestan sebesar Rp 5.000 hingga saat ini belum dikembalikan kepada para pendaftar. Agen-agen pendaftar di Pasar Burung Pramuka "angkat bahu" saja bila diminta uang kembali. Bagaimana ini? Jangan begitu dong. Juga, Pak Emil, kontes burung perkutut juga seyogyanya dilarang. Di daerah saya, Tasikmalaya, perkutut, tekukur, bangsa balam dan berkicau sudah sulit sekali ditemukan. Juga, Tuhan menciptakan jengkerik, belalang, semut dan sebagainya pasti ada kegunaannya bagi kehidupan. Tapi kini mereka diburu siang dan malam untuk makanan burung. Jangan-jangan ada hubungannya dengan hama yang makin merajalela. HENDY HIDAYAT Jl. Penggalang 14/15, Pramuka, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus