Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Kontribusi positif

Gerakan (harakah) islam harus diperlakukan dengan arif. sebab, di tengah kehidupan modern, kontribusinya positif. mereka memberikan alternatif dalam menghadapi budaya asing.

24 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerakan (harakah) Islam, yang oleh TEMPO disebut sebagai kritik yang lebih diam terhadap Nurcholish (Laporan Utama,3 April 1993), harus juga kita perlakukan dengan arif. Bukan tempatnya untuk melecehkan mereka sebagai orang yang kurang dalam pengetahuan agamanya, seperti ungkapan Ketua MUI Sumatera Barat, Syekh Hamdan Abbas. Tidak tepat juga mengklaim mereka sebagai gerakan yang anti-intelektualisme seperti tuduhan Azyumardi Azra. Dengan lapang dada, kita harus mengakui kontribusi positif mereka terhadap umat Islam Indonesia. Di tengah-tengah arus modernisasi, yang cenderung identik dengan pembaratan, mereka justru berani membuat arus baru, menampilkan nuansa-nuansa Islam dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alternatif bagi generasi Islam di tengah-tengah ketidakberdayaan mereka menghadapi luberan budaya asing. Dalam hal ini, saya agak sepakat dengan Jalaluddin Rakhmat ketika "membagi" umat Islam dalam menjalankan ajarannya dalam dua tipologi: aktivimisme dan intelektualisme. Keberadaan umat dalam tipologi masing-masing itu, menurut Kang Jalal, lebih banyak disebabkan ketidakmampuan umat Islam secara sempurna merangkul seluruh ajaran Islam sehingga hanya bagian tertentu yang mereka geluti secara intens. Berangkat dari sini, ada harapan bagi gerakan Islam, baik yang menggeluti pemikiran maupun yang mengambil perilaku praktis dari ajaran Islam, agar tidak saling mengklaim dirinya yang paling benar dan memandang gerakan lain tidak Islami. Masing- masing punya kelebihan dan kekurangan. Semuanya punya kontribusi positif bagi umat Islam. Tentu saja kekurangan itulah yang harus menjadi perhatian serius untuk dibenahi. Bagi yang sering diklaim sebagai gerakan yang menitikberatkan simbol-simbol beragama, penghayatan tauhid dengan segala implementasinya dalam kehidupan juga harus menjadi perhatian mereka (dengan bahasa lain, Armahedi Mahzar menyarankan agar gerakan ini diisi dengan dimensi esoteris dalam penghayatan agamanya). Gerakan Islam yang bergelut dengan pemikiran pun hendaknya mampu menyikapi dirinya dengan perilaku-perilaku Islam, agar tidak mendapatkan cap anti-syariah. MOHAMMAD NURFATONI Aktivis Pusat Studi Islam Ketintang IV/S Surabaya 60243

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus