TULISAN Sekretaris Penerangan Kedubes Australia, TEMPO 2 Juli
1977, bagi saya mengetawakan. Menurut keterangannya,
bagaimanapun juga imigran yang ingin datang di Australia
diseleksi dulu dan seleksi berdasar kriteria keahlian yang
diperlukan di Australia. Orang harus pandai memahami arti
pernyataan resmi ini.
Memang benar, untuk menentukan ahli atau tidak ahli perlu
kriteria. Diketahui umum bahwa dalam masalah keahlian, orang
timur (termasuk sawo matang) lebih banyak punya keahlian dalam
ilmu-ilmu abstrak. Orang bule banyak yang punya keahlian teknik
modern. Saya tidak mengatakan orang Timur tidak ada yang punya
keahlian teknik modern.
Jadi toh pilihannya kebanyakan jatuh pada orang kulit putih. Itu
haknya Australia. Cuma ahli dalam soal apa yang diperlukan di
Australia yang dijadikan kriteria seleksi, Jubir Kedubes
Australia tidak sebut dalam surat itu.
Namun bahwa kulit sawo matang masih diemohi untuk menetap di
sana, bisa diperkuat dengan tulisan seorang kulit putih
terlampir (tak kami muat red), dan terserah kepada saudara mau
percaya atau tidak. Tidak ada seorang Australia yang membantah
tulisan ini dan dimuat di media yang sama. Bahkan dalam tulisan
itu diakui sendiri oleh Al Grassby, Commissioner Community
Relations Office di Australia, bahwa Australia is a racist
country (Australia adalah negeri rasialis).
Cerita mulut ke mulut mengenai tindakan rasialisme dan
diskriminasi di benua Australia masih banyak terdengar,
sekalipun yang melakukan tidak "pihak resmi".
Banyak orang akan ketawa bila ada tangan-tangan "resmi" di
Australia dengan dalih kemanusiaan akan menolong
"pengungsi-pengungsi" dari Timor Timur yang kebanyakan kulit
berwarna, sedang kaum aborijin di negeri sendiri perlu lebih
mendapat perhatian. Maka lihatlah sejarah.
SUMARDI PRIJADI
PO Box 572, Dar Es Salaam
Tanzania, East Africa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini