WAJAH yang anggun amat kerap didukung leher yang molek. Ingat
saja Nefertiti yang ayu, ratu Mesir abad ke-14. Profilnya yang
tersohor itu ditampilkan oleh leher yang amat jenjang, raut muka
dan tutup kepala yang cantik dan harmonis. Untuk contoh leher
kontemporer bisa terpilih Edwige Fenech dan juga Christine
Hakim. Silakan perhatikan foto lehernya dalam iklan, berpita
hitam kelam berhias bunga.
Namun untuk sebagian manusia yang kurang beruntung, leher tidak
membawa berkah. Malah sebaliknya, bencana bisa nongol di situ.
Leher bisa membengkak dan membengkak (disebut gondok) membikin
profil jadi tidak keru-keruan. Hidung yang mancung, kulit yang
langsat, pita dan bunga serta merta merosot nilainya.
Menurut para ahli, persoalan gondok tidak berhenti sampai di
situ, pada gangguan profil dan kontur. Dan akar persoalannya
bersendi pada kekurangan yodium dalam makanan dan segala akibat
yang disebarkannya.
Yodium diterima kelenjar gondok, pada leher muka bagian bawah.
Di situ yodium diubah menjadi hormon yang diberi nama thyroxin.
Thyroxin mengatur aktivitas bermacam alat tubuh, sampai-sampai
mengontrol pertumbuhan dan pengaturan zat makanan dalam tubuh
(metabolisme).
Keadaan kulit juga dikontrol kelenjar gondok. Kalau hormonnya
kurang, kelopak mata mengembung dan wajah menjadi suram dan
lesu. Rambut kasar dan kering, lidah bengkak suara parau. Ibu
hamil yang kekurangan yodium bisa melahirkan anak cebol bermuka
kasar, berbibir tebal, berhidung pesek, berlidah menonjol,
berotak tumpul. Anaknya kena cretinismus.
Karena itu tiap usaha pemberantasan gondok sungguh perbuatan
terpuji. Kadang-kadang pelaksanaannya berupa serah terima
berkwintal-kwintal garam beryodium kepada masyarakat desa oleh
organisasi wanita, seperti terjadi di Kecamatan Kemalang tahun
lalu. Atau dilancarkan secara besar-besaran yang kini (Januari -
Maret 1980) dilaksanakan di Jawa Timur.
Melalui kerjasama antara Pemerintah Daerah dan dua universitas
terkemuka di Jawa Timur, dikirim puluhan mahasiswa kedokteran ke
desa-desa, melancarkan program kilat gondok endemik di tujuh
kabupaten. Itu tergolong daerah gondok endemik berprevalensi
tinggi. Di sana di atas 10% penduduk sudah terkena gondok.
Disediakan 8.000 alat suntik, 40.000 jarum suntik dan 240 ton
garam beryodium. Sasarannya 66.000 penderita gondok endemik --
ibu-ibu hamil dan penduduk usia muda di bawah 20 tahun --
disuntik lipiodol. Kecuali itu mereka diberi garam yodium
gratis. Di Jawa Timur sekitar 3,2 juta penderita gondok endemik
tersebar di 21 kabupaten/kotamadya, 130 kecamatan dan 884 desa.
***
Ceramah ilmiah itu tentang gondok stensilan diedarkan,
disiapkan oleh seorang sarjana yang baru pulang dari lapangan,
di Jawa Tengah. Dia mulai dengan pengakuan bahwa sebelum ke
lapangan belum disadarinya masalah gondok separah itu. "Amat
mengharukan melihat anak kerdil, korban cretinismus. Tubuh dan
intelegensinya sudah rusak." Diterangkannya situasi Jawa Tengah:
21 kabupaten kena serangan gondok di daerah Wonogiri terdapat
desa-desa yang 30 persen penduduknya terkena di tempat-tempat
yang amat parah di Kabupaten Magelang terdapat desa-desa yang
penduduknya 80% menderita gondok.
Lalu dia pun menguraikan pelbagai hal: air yang kurang atau
tidak mengandung yodium di pegunungan goitrogen yakni bahan
makanan yang berakibat negatif terhadap yodium, seperti kobis
dan selada air pola penyebaran makanan, air dan garam dalam
rumah tangga jenis dan jumlah garam yang dipakai cara
memproses yang mengubah zat dan rasa makanan test yang dibuat
di lapangan Jenis sayuran yang ditanam dan yang dijual di
pasar wawancara dengan dukun pengumpulan contoh rambut sistem
pengobatan mereka yang terkena gondok.
Hangatnya tanya jawab di luar perkiraan. Pada mulanya sekitar
metodologi, dan kemudian merambat ke soal-soal praktis.
-- Selaku ibu rumah tangga, saya jadi khawatir atas serangan
gondok terhadap anak saya. Anak tetangga saya yang ekonominya
cukup baik punya gondok. Mohon penjelasan.
-- Di desa yang kami teliti nampaknya tidak ada hubungan antara
status ekonomi dan penyakit gondok. Yang ekonominya cukup baik
juga kena gondok. Soalnya sama-sama mereka tidak memakai garam
beryodium atau makanan yang mengandung yodium. Sama-sama buta
dalam soal itu.
-- Ya, itu di pelosok, tapi contoh saya ini di kota.
-- Sama saja. Kebanyakan orang kota juga buta dalam soal ini.
Nasib-nasiban jadinya, punya gondok atau tidak punya gondok.
Daerah tertentu yang makan ikan asin, bebas dari gondok, walau
pun tidak dimaksudkan untuk itu. Saya memuji para mahasiswa yang
pergi ke desa untuk memberantas gondok. Tetapi menurut
pengamatan saya, keluarga dosen di kampus juga cukup banyak kena
gondok. Kalau mau, pemberantasan gondok yang sistematis dapat
dimulai dari kampus.
-- Itu namanya normalisasi leher kampus. Ini kelakar. Tapi di
mana kami bisa membeli garam beryodium?
-- Terus terang, saya tidak begitu tahu walau pun saya meneliti
masalah gondok. Sudah saya cek, di warung atau toko belum tentu
ada kalau ditanya penjual garam mereka tidak tahu. Tempo hari
saya hubungi kantor kesehatan di tingkat provinsi tentang itu.
Mereka juga tidak tahu di mana bisa dibeli. Akhirnya saya cek di
kecamatan mana sedang dilakukan pemberantasan gondok endemik. Di
sana garam yodium memang dijual di warung-warung, berkat usaha
Pemerintah. Saya beli garam saya di sana, tidak di kota.
-- Kalau begitu acak-acakan namanya. Kalau belum parah, belum di
atas 10% terkena, garam yodium belum dipopulerkan. Informasi
praktis tentang itu pun tidak ada.
-- Kira-kira begitu. Masyarakat kita cukup banyak mendapat
informasi tentang kosmetika, aji-no-moto, miwon dan super-mi,
yang bisa diperoleh di mana-mana. Tentang garam beryodium, kita
dalam gelap. Leher-leher kita dalam situasi rawan. Program
pemberantasan ini tambal sulam. Dan jumlah garam beryodium yang
tersedia masih jauh dari mencukupi.
Setelah bubar, secara spontan beberapa peserta mengatur
pembelian garam beryodium dari Kecamatan Proyek di mana gondok
sedang diberantas. Walau pun tidak secantik Christine Hakim,
mereka ingin leher anaknya polos dan kurus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini