Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pekerjaan rumah bagi ASEAN

Konflik yang berkepanjangan di indocina menyebabkan situasi di indocina tak menentu. usaha peningkatan ketahanan nasional & perluasan kerja sama asean di bidang politik, ekonomi dan sosial adalah pr asean.

13 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yusuf Wanandi, 42 tahun, kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, adalah anggota Dewan Direktur dan Ketua Departemen Hubungan Keluar dari CSIS (Centre for Strategic and International Studies) di Jakarta. Ia menulis antara lain untuk majalah Asian Survey dan Newsweek. Di bawah ini ia menirimkan tulisannya untuk TEMPO tentang situasi Asia Tenggara di sekitar peperangan di Kamboja. Ia antara lain menganjurkan, suatu "pencairan hubunan diplomatik antara Indonesia dengan RRC" di tahap sekarang. KONFLIK di Indocina yang masih berkepanjangan hingga saat ini menyebabkan situasi Asia Tenggara tidak menentu. Sejak semula persengketaan antara Vietnam dengan Kampuchea telah melibatkan kekuatan-kekuatan komunis dari luar wilayah Asia Tenggara, yaitu Uni Soviet dan RRC. Apa pun alasannya, sebenarnya Kampuchea dan Vietnam telah menyediakan diri untuk digunakan oleh Uni Soviet dan RRC dalam percaturan politik global mereka. Yang jelas konflik intrakomunis ini mempunyai pengaruh yang cukup meluas. Salah satu akibat konflik ini, yaitu membanjirnya pengungsi dari Indocina, secara langsung dirasakan oleh ASEAN dan telah meminta pengaturan pada tingkat internasional untuk dapat diselesaikan. Yang juga jelas, semakin berlarutlarut perkembangan di Indocina, semakin perlu bagi ASEAN untuk mencari jalan guna dapat mempengaruhi arah penyelesaiannya. Walaupun ASEAN bisa bersikap netral dalam konflik ini, tetapi ASEAN seharusnya tidak netral terhadap semua kemungkinan solusi. Artinya, ada penyelesaian yang dianggap baik atau yang merugikan dilihat dari sudut kepentingan ASEAN. Sejauh ini, dalam menghadapi pertentangan di Indocina, jelas bagi negara-negara ASEAN bahwa meningkatkan ketahanan nasional masing-masing negara dan ketahanan regional merupakan keharusan yang mutlak. Untuk saat ini sifat dari ancaman yang dihadapi negara-negara ASEAN tidak mengalami perubahan, yaitu bersumber di dalam negeri dan bergantung dari keberhasilan pemerintah dan pemimpin-pemimpin masyarakat melaksanakan pembangunan nasional untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan rakyatnya. Ancaman dari luar, dalam bentuk infiltrasi dan subversi, merupakan ancaman sekunder yang menjadi berarti apabila terjadi kemacetan dalam pembangunan nasional. PENYERBUAN VIETNAM KE MUANGTHAI? Bagi Muangthai, negara yang terdepan menghadapi persengketaan di Indocina ini, pertimbangan di atas juga berlaku. Untuk waktu lima tahun mendatang ini dapat diperkirakan Muangthai tidak akan menghadapi ancaman langsung berupa invasi dari Vietnam. Memang ada kemungkinan terjadi bentrokan bersenjata antara tentara Vietnam dengan tentara Muangthai di perbatasannya dengan Kampuchea dalam usaha Vietnam mengejar dan menghabiskan pendukungpendukung Pol Pot selama musim kemarau yang sudah akan tiba dalam waktu yang dekat. Tetapi tindakan ini tidak sama dengan suatu penyerbuan. Kiranya juga jelas bahwa harga yang harus dibayar oleh Vietnam untuk melakukan suatu penyerbuan ke Muangthai akan terlalu tinggi. Sebab Vietnam saat ini menghadapi kesulitan ekonomi dan politik yang sangat besar di negaranya sendiri, kesulitan yang timbul karena meningkatnya perlawanan rakyat Kampuchea terhadap kehadirannya di sana, tetapi secara praktis juga karena kesulitan logistik untuk menunjang penyerbuan tersebut. Tetapi alasan utama untuk tidak melakukan penyerbuan ke Muangthai adalah karena di pihak Muangthai tidak terdapat kekuatan yang akan menampung kelanjutan penyerbuan tersebut. Partai Komunis Muangthai (CPT) pada dasarnya adalah pro-Peking sedangkan pecahan partai itu yang baru saja terbentuk dan bersikap pro-Vietnam masih terlampau lemah. Dengan demikian, usaha-usaha meningkatkan ketahanan nasional, memperbesar ketahanan regional melalui peningkatan dan perluasan kerja sama ASEAN di bidang politik, ekonomi dan sosial, adalah pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh negara-egara ASEAN. Hal ini berlaku tanpa terjadi konflik di Indocina, tetapi kini menjadi semakin penting artinya. Selain itu ketidakpastian perkembangan di Indocina jelas meminta peningkatan kerja sama militer, diselenggarakan secara bilateral seperti yang selama ini telah dilakukan, tanpa perlu menjurus ke arah pembentukan suatu pakta militer ASEAN. Anggota ASEAN akan saling membantu secara bilateral bila seseorang anggotanya menghadapi ancaman dari luar. Bantuan ini dapat mengambil berbagai bentuk misalnya suplai barang strategis seperti minyak dan beras. Kesemua usaha ini mempunyai arti penting bagi negara ASEAN dan bagi stabilitas kawasan. Tetapi usaha-usaha ini tidak mempengaruhi arah penyelesaian konflik yang sedang berlangsung di Indocina. Bila memang ASEAN perlu melakukan inisiatif untuk ikut menentukan arah dan bentuk penyelesaian persengketaan ini, apa yang harus dilakukannya? DILEMA: VIETNAM ATAU RRC Yang jelas, instrumen yang tersedia bagi ASEAN adalah instrumen diplomasi. Dengan diplomasi ASEAN dapat memobilisir dukungan internasional bagi terbentuknya pemerintahan yang netral di Kampuchea, mengerahkan opini internasional untuk memberikan tekanan terhadap Vietnam, ataupun inisiatif-inisiatif politik lainnya. Tetapi keadaan saat ini cukup kompleks. Bila ASEAN berkepentingan terhadap bentuk solusi bagi Indocina, bukan hanya Vietnam dan Kampuchea yang langsung mempunyai kepentingan, tetapi Uni Soviet dan RRC pun akan melakukan usaha-usaha untuk memaksakan solusi mereka. Hal ini berarti bahwa setiap inisiatif ASEAN ke arah solusi di IndocirJa juga perlu memperhitungkan Uni Soviet dan RRC. Pada saat ini sukar bagi ASEAN untuk melihat dan berinteraksi dengan Vietnam secara terlepas dari Uni Soviet. Untuk saat ini Vietnam merupakan ancaman potensial yang paling utama. Melalui perjanjian persahabatannya dengan Vietnam, Uni Soviet kini hadir di Asia Tenggara secara militer. Perkembangan ini membahayakan stabilitas kawasan Asia Tenggara, khususnya dengan berlangsungnya secara berkepanjangan persengketaan RRC-Uni Soviet. Persengketaan RRC-Uni Soviet jelas mempersulit penyelesaian di Indocina. Tetapi bagi ASEAN terdapat suatu dilema yang mungkin lebih besar, yaitu menentukan sikap terhadap atau membuat pilihan mengenai Vietnam di satu pihak dan RRC di pihak lain. Dalam jangka panjang jelas RRC merupakan ancaman potensial yang lebih besar daripada Vietnam. Untuk saat ini Vietnam merupakan ancaman potensial yang lebih besar daripada RRC. Bila letak persoalannya seperti ini, mungkin sikap terbaik yang dapat diambil ASEAN secara singkat dapat dirumuskan sebagai "keeping all options open " Dengan perkataan lain, membuat agar instrumen diplomasi yang ada di tangan ASEAN dapat digunakan secara fleksibel. Fleksibilitas diplomasi ini, sejauh yang menyangkut Vietnam, diperlukan agar Hanoi dapat membuat pilihan yang tepat, yaitu menciptakan suasana di mana Vietnam mulai dapat melaksanakan pembangunan ekonominya. Keadaan dalam negeri Vietnam selama peperangan selama 30 tahun terakhir belum pernah separah sekarang. Memulihkannya akan meminta usaha yang sangat besar, terutama untuk dapat mengabsorbir wilayah Selatan. Kondisi ketergantungan Vietnam kepada Uni Soviet semata-mata, sebagai akibat ambisi politik Vietnam, tidak akan mempunyai arti bagi Vietnam untuk mengatasi persoalannya. Dana yang dibutuhkan oleh Vietnam tidak akan bisa dipenuhi oleh Uni Soviet maupun COMECON. Fleksibilitas diplomasi ini, sejauh yang menyangkut RRC, dimaksudkan untuk memanfaatkan kondisi RRC saat ini untuk memasukkan RRC ke dalam suatu struktur kerja sama internasional agar dalam percaturan politiknya RRC mengikuti aturan permainan internasional dan menghindarkannya untuk mengambil tindakan-tindakan militer secara unilateral. Pada saat ini ternyata kemampuan militer RRC sangat terbatas, dan program modernisasi ekonominya membuat RRC saat ini lebih mudah dijinakkan. Bila demikian, dalam waktu dekat ini Indonesia perlu menentukan sikapnya terhadap RRC. Hanya dengan pencairan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan RRC, ASEAN mendapat peluang untuk menggunakan instrumen diplomasinya secara lebih fleksibel. Inisiatif ASAN ini akan melibatkan Arnerika Serikat dan Jepang, sebab dalam setiap tindakan yang diambil oleh ASEAN secara implisit harus dijaga keseimbangan antara kekuatan-kekuatan besar di Asia Pasif1k, selain untuk menghindarkan dominasi oleh sesuatu negara besar, juga karena keseimbangan hubungan itu akan turut menjamin kestabilan di wilayah Asia Tenggara. Kestabilan ini diperlukan untuk menciptakan kondisi yang sehat bagi usaha pembangunan nasional di negara-negara ASEAN, ke arah ketahanan nasional dan ketahanan regional. Dari rangkaian ini terlihat bahwa kegiatan diplomasi itu sendiri juga merupakan bagian penting dari pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh negara-negara ASEAN.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus