Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kolom

Pendidikan Vokasi untuk Mengatasi Pengangguran

Data memperlihatkan revitalisasi pendidikan vokasi mulai membuahkan hasil positif. Apa tantangannya?

12 September 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jika tidak diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang relevan, potensi bonus demografi justru dapat menjadi beban.

  • Lulusan SMK makin diminati oleh industri karena keterampilan mereka yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

  • Tingkat penyerapan lulusan SMK yang melanjutkan pendidikan, bekerja, atau berwirausaha mencapai 87,07 persen.

INDONESIA akan memasuki era bonus demografi pada dekade 2030-2040, sebuah periode ketika jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) melampaui jumlah penduduk usia non-produktif. Namun munculnya keuntungan besar ini bergantung pada kesiapan kita dalam mengelola sumber daya manusia (SDM) yang melimpah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tantangan nyata mengintai. Cepatnya perubahan serta tingginya ketidakpastian menuntut keahlian spesifik yang terus berkembang di dunia kerja. Jika tidak diimbangi dengan pendidikan dan pelatihan yang relevan, potensi bonus demografi justru dapat menjadi beban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun lalu, Presiden Joko Widodo meluncurkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 untuk merevitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi. Langkah ini strategis karena bertujuan: pertama, meningkatkan kualitas SDM. Lulusan vokasi diharapkan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Kedua, tentu saja menekan angka pengangguran dengan keahlian yang relevan agar lulusan vokasi lebih mudah terserap di dunia kerja. Adapun tujuan ketiga adalah mempercepat pembangunan. Tenaga kerja yang terampil akan menjadi motor penggerak pembangunan dan membebaskan Indonesia dari jebakan negara dengan kelas menengah berpendapatan rendah.

Tren Positif Pendidikan Vokasi

Berbagai data menunjukkan bahwa pendidikan vokasi di Indonesia makin efektif dalam menyiapkan lulusan siap kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, dalam periode 2020-2023, persentase penduduk lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang bekerja meningkat sebesar 4,24 persen. Ini adalah angka yang signifikan, mempertimbangkan tantangan yang dihadapi oleh angkatan kerja di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dampak pandemi Covid-19.

Selain itu, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) lulusan SMK menunjukkan tren positif dengan kenaikan sebesar 3,83 persen dari 2020 hingga 2023. Artinya, makin banyak lulusan SMK yang memasuki dunia kerja dan berkontribusi langsung pada perekonomian.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK juga menurun sebesar 4,04 persen pada periode yang sama. Hal ini mencerminkan bahwa lulusan SMK makin diminati oleh industri karena keterampilan mereka yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Tidak hanya lulusan SMK, lulusan pendidikan vokasi di tingkat diploma I/II/III menunjukkan tren positif. Data BPS menunjukkan TPAK lulusan diploma meningkat sebesar 7,74 persen dari 2020 hingga 2023, sedangkan TPT lulusan diploma menurun sebesar 3,29 persen pada periode yang sama.

Pada Februari 2024, jumlah pengangguran lulusan diploma I/II/III tercatat 173.846 orang, turun dari 191.681 orang pada Februari 2023. Data ini mengindikasikan pendidikan vokasi di tingkat diploma juga makin relevan dan diminati oleh pasar kerja.

Salah satu faktor kunci di balik keberhasilan pendidikan vokasi adalah relevansi kurikulumnya dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Hal ini membuat lulusan vokasi lebih siap memasuki dunia kerja dibanding lulusan pendidikan umum yang mungkin lebih banyak menghabiskan waktu mempelajari teori.

Kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri inilah yang menjadi alasan utama lulusan SMK dan diploma makin diminati oleh perusahaan. Pada Februari 2024, jumlah lulusan SMK yang bekerja mencapai 17.185.456 orang, meningkat hampir 1,5 juta orang dibanding pada tahun sebelumnya. Hal yang sama terjadi pada lulusan diploma I/II/III. Jumlah lulusan yang bekerja mencapai 3.395.566 orang pada Februari 2024, naik dari 3.054.054 orang pada tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, laporan Rapor Pendidikan Indonesia 2023 menunjukkan tingkat penyerapan lulusan SMK yang melanjutkan pendidikan, bekerja, atau berwirausaha mencapai 87,07 persen. Angka ini menegaskan bahwa pendidikan vokasi berhasil menciptakan lulusan yang mampu beradaptasi dengan berbagai pilihan karier, baik dalam melanjutkan studi, bekerja di perusahaan, maupun memulai usaha sendiri.

Meningkatkan Daya Saing Global

Pendidikan vokasi di Indonesia seharusnya tidak hanya berfokus pada pasar kerja domestik, tapi juga membekali lulusannya dengan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar global. Dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus terus meningkat, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Upaya ini mulai menampakkan hasil. Berdasarkan Global Talent Competitiveness Index 2019-2023, yang dikeluarkan oleh INSEAD, indeks kebersaingan talenta global (GTCI) Indonesia naik 14 peringkat. Saat ini, posisi Indonesia memang masih berada di urutan ke-75 dari 113 negara. Namun kenaikan peringkat ini membuat Indonesia berada di peringkat kedua dalam daftar negara yang mengalami lonjakan indeks tertinggi, setelah Albania. 

Salah satu pilar penting yang mendorong lonjakan peringkat itu adalah keterampilan kejuruan dan teknis. Skor pilar vocational and technical skill Indonesia meraih angka tertinggi, yaitu 48,51, dan berada di urutan ke-60 di dunia. 

Pembaruan kurikulum pendidikan vokasi agar tetap sesuai dengan perkembangan industri global juga diperlukan karena banyak industri di Tanah Air yang terintegrasi dengan rantai pasok global. Selain itu, kemampuan bersaing di pasar global membuka peluang bagi lulusan vokasi Indonesia bekerja di luar negeri, membawa nama baik bangsa, dan meningkatkan devisa negara.

Meskipun pendidikan vokasi menunjukkan banyak hasil positif, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah stigma yang masih melekat di masyarakat bahwa pendidikan vokasi merupakan pilihan kedua. Banyak orang tua yang masih memilih pendidikan umum untuk anak-anak mereka, meskipun bisa jadi pendekatan praktis yang ditawarkan oleh pendidikan vokasi lebih cocok.

Untuk mengatasi tantangan ini, perlu ada upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, industri, dan institusi pendidikan. Pemerintah perlu terus mengkampanyekan pentingnya pendidikan vokasi dan memberikan insentif bagi siswa yang memilih jalur ini. Industri juga harus lebih aktif berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum dan menyediakan peluang magang serta kerja bagi lulusan vokasi.

Institusi pendidikan vokasi juga perlu meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka tawarkan. Salah satu caranya adalah memastikan fasilitas pendidikan yang tersedia up to date terhadap perkembangan teknologi. Para pengajar pun harus memiliki kualifikasi dan pengalaman yang relevan. Dengan demikian, lulusan vokasi akan makin dihargai oleh industri dan stigma yang ada di masyarakat dapat perlahan-lahan hilang.

Pendidikan vokasi di Indonesia berpotensi besar menjadi solusi bagi masalah pengangguran dan rendahnya kualitas SDM. Data menunjukkan pendidikan vokasi mulai memperlihatkan hasil positif dalam hal peningkatan penyerapan tenaga kerja dan penurunan angka pengangguran di kalangan lulusan. Namun, untuk memaksimalkan potensi ini, perlu ada upaya lebih besar untuk memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama dalam mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Dengan pendidikan vokasi yang kuat, kita tidak hanya akan mengurangi angka pengangguran, tapi juga menciptakan generasi muda yang siap menghadapi tantangan dunia kerja dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi bangsa. Pendidikan vokasi bukanlah pilihan kedua; pendidikan vokasi adalah pilihan cerdas dan strategis untuk masa depan yang lebih baik.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Redaksi menerima tulisan opini dari luar dengan syarat: panjang sekitar 5.000 karakter (termasuk spasi) atau 600 kata dan tidak sedang dikirim ke media lain. Sumber rujukan disebutkan lengkap pada tubuh tulisan. Kirim tulisan ke e-mail: [email protected] disertai dengan foto profil, nomor kontak, dan CV ringkas.

Ina Liem

Ina Liem

CEO Jurusanku.com dan pengamat pendidikan Indonesia

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus