Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pesta ketahanan demokrasi

As kini membutuhkan bentuk keterlibatan baru dalam politik baru. berarti mempertahankan kesamaan dan kemerdekaan tiap manusia. kemerdekaan as ke-200 adalah pesta ketahanan demokrasi.

24 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA ulang tahun kemerdekaannya yang ke-200, Amerika Serikat telah jadi lonceng Philadelphia. Bila dia berdentang-dentang, orang pun tahu bahwa gemanya adalah suara kemerdekaan. Siapa pun lagi lelap di tengah tidur kebodohan dan terbangun, lantaran Deklarasi Kemerdekaan yang diwartakan menyadarkan mereka bahwa "semua manusia diciptakan sama", dan karena itu dikaruniai beberapa hak yang tak dapat diganggu-gugat seperti kemerdekaan, persamaan dan ikhtiar mengejar kebahagiaan. Diterjemahkan ke dalam istilah-istilah politik maka semua itu berarti bahwa setiap rakyat adalah sama. Karena itu masrng-masing mereka diberi hak yang sama pula untuk mewujudkan kebahagiaan daiam negara lewat pemerintahan. Semboyan: pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat adalah saduran politik dari ketentuan-ketentuan asasi di atas. Bila setiap manusia sama martabatnya, maka kemerdekaan jelas akan menjadi risiko. Perang perbudakan jaman Lincoln, ketegangan rasial jaman Kennedy dan pembersihan konstitusionil jaman Nixon adalah separuh dari harga yang harus dibayar demi demokrasi yang telah mereka pilih. Adakah Amerika Serikat pernah menyesali dirinya karena itu? REVOLUSI KEDUA Di tahun 1971, ketika diadakan Konperensi Gedung Putih mengenai kaum muda di Estes Park, Colorado, berkumpullah di sana 1000 anak muda menurut suatu cara undangan yang bisa menjamin sifat representatif mereka. Semua kelompok minoritas, semua negara bahagian dan semua tingkat pendidikan konon terwakili di sana. Kegegeran timbul ketika diumumkan mukadimah laporan konperensi, di mana dengan tegas diisyaratkan bahwa Amerika Serikat sedang memulai suatu revolusi kedua dalam sejarahnya. Revolusi harus dikobarkan kembali karena cita-cita Deklarasi Kemerdekaan belum pernah terwujud bagi rakyat sejak awal mula hingga hari ini. Rumusan mereka keras, tanpa diplomasi atau basa'-basi: "Akhirnya sekarang tiba waktunya untuk mengukuhkan serta melaksanakan cita-cita yang diucapkan dalam Deklarasi Kemerdekaan dan Konstitusi. Tiap orang harus diberi hak-penuh untuk hidup,merdeka dan mengejar kebahagiaan secara amat lugu, tanpa warna ambisi heroisme apa pun mereka sampaikanlah peringatan terbuka: "Terdorong oleh keprihatinan cinta akan prinsip-prinsip yang tak dilaksanakan, kami dengan ini menyatakan menantang pemerintah dan sruktur kekuasaan untuk menanggapi anjuran kami dengan segera, aktip dan konstruktip. Kami tergerak bukan oleh rasa benci tetapi oleh kekecewaan atas dan oleh cinta akan potensi bangsa ini yang tak diwujudkan...". Suara itu bukan teriak pemberontak. Tidak terdengar hiruk-pikuk tuduhan bahwa ketetapan yang diturunkan olehh founding fathers tentang sistem pemerintahan mereka sebetulnya menyesatkan atau harus dikutuk. Mereka tak pernah risau tentang demokrasi yang diwariskan. Persoalannya bukan mengganti sistem ini dengan sistem lain setiap kali terbukti tak becus, tetapi mengusahakan "bagaimana sistem politik kita bisa berperanan". Dan konon -- seperti diucapkan oleh John Rockefeller 3rd pada suatu kesempatan, demokrasi adalah sistem politik yang paling rapuh dan sulit. Kerapuhannya disebabkan karena "sebagai sistem dia mempunyai hakekat yang amat sesuai dengan kodrat manusia sendiri'. Segala ulah-tingkah, segala emosi, segala keinginan dan kebutuhan, sewajarnya mendapat tempat untuk dinyatakan. "Maka demokrasi menjadi sulit, karena lelaki dan wanita memang sulit" begitu retorik John Rockefeller 3rd seterusnya. HANYA BAGI NEGERINYA Bagaimana pun kita tahu bahwa ada ironi yang dicatat buat Amerika Serikat. Yakni bahwa kadangkala kemerdekaan dan persamaan yang mereka keramatkan itu, diperuntukkan hanya bagi negerinya dan dikecualikan dari umat manusia lainnya. Begitulah keadaannya pada masa-masa dia tampil sebagai kekuatan yang tak teralahkan selepas perang dunia kedua. Sampai saat ketika dia harus mengangkat kaki meninggalkan Vietnam, lonceng Philadelphia seakan berdentang amat murung: "semua manusia diciptakan sama". Mereka juga diberi hak-hak yang tak terganggu gugat dalam kemerdekaan, persamaan dan hak atas kebahagiaannya. Adakah Amerika Serikat merasa pernah menggugatnya? Dua abad bergulat dengan demokrasi bisa meletihkan, seperti dua abad lamanya mendengar dentang denting lonceng yang itu-itu juga. Tetapi Amerika Serikat tidak menurunkannya dari menara. Pada saat lain lonceng itu terlanjur menjadi lonceng gereja, yang menyuruh umat manusia lain datang bersujud. Tetapi sembah kepada paduka siapa? Berhala adalah kafir, dan Amerika Serikat akhirnya merasa tak patut menjadi Mahakuasa. Anak-anak muda di Estes Park, Colorado, lima tahun lalu telah mengatakan bahwa yang dibutuhkan Amerika Serikat sekarang bukanlah suatu sistim politik baru, tetapi suatu bentuk keterlibatan baru dalam sistem itu. Keterlibatan baru itu bermakna mempertahankan lagi kesamaan dan kemerdekaan tiap manusia. Ketahanan dalam hal itu telah terbukti. Yang perlu ditunaikan sekarang adalah memperluas pengertian manusia itu: bukan hanya rakyat negeri sendiri, tetapi seluruh umat Tuhan. Menyebut-nyebut Tuhan di sini tidaklah dimaksud untuk tujuan bergagah-gagah. Thomas Jefferson adalah contoh orang yang sering menghimbau nama Nya dalam perjuangan demokrasi. Beberapa kalimat terdengar mirip nadar: "Saya telah bersumpah di depan altar Tuhan akan mengadakan permusuhan abadi menentang tiap bentuk tirani atas pikiran manusia". Calau saja Jefferson masih hidup, sumpah itu sangat boleh jadi berobah jadi doa-syukur: demokrasi tidak selalu menang, tetapi ternyata bertahan di negerinya. Maka apa pun bentuknya, kemeriahan dua abad kemerdekaan ini adalah pesta-pora ketahanan demokrasi itulah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus