Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Privatisasi dan Kepentingan Daerah

14 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Goei Siauw Hong*) *) Pengamat ekonomi dan praktisi pasar modal PENJUALAN 51 persen saham pemerintah di Semen Gresik kepada Cemex melalui put option telah menimbulkan kontroversi. Secara prinsip, ada tiga keberatan dari penjualan saham Semen Gresik, yaitu hilangnya kontrol pemerintah daerah atas Semen Padang, kekhawatiran pembentukan kartel dengan Indocement yang dikuasai oleh Heidelberger Zement SA dan Semen Cibinong yang dikuasai oleh Holcim, serta harga jual saham Semen Gresik yang dianggap murah. Kepemilikan atau kontrol akan suatu perusahaan bukanlah hal yang paling penting dalam mendukung ekonomi lokal ataupun ekonomi nasional. Banyak perusahaan asing yang lebih taat membayar pajak dan peduli terhadap pengembangan komunitas lokal bila dibandingkan dengan perusahaan nasional, karena kantor pusat mereka mengharuskan mengikuti standar etika bisnis yang lebih tinggi. Kita masih ingat perusahaan jasa perminyakan Baker Hughes yang melakukan penipuan pajak di Indonesia tapi penipuan pajaknya dibongkar di kantor pusatnya. Jika perusahaan lokal Indonesia yang melakukan penipuan pajak tersebut, mungkin kasusnya tidak akan pernah terbongkar. Yang lebih penting dalam kontrol perusahaan sebenarnya adalah maksimalisasi dari nilai yang diciptakan oleh perusahaan. Di sini yang menjadi pertanyaan apakah pemilik saham yang memiliki kontrol dapat menambahkan nilai buat perusahaan. Penambahan nilai itu bisa berupa peningkatan efisiensi, perluasan daerah pemasaran, ataupun sinergi lainnya. Dengan sinergi-sinergi tersebut, pemegang saham dan negara pada akhirnya akan diuntungkan. Peningkatan efisiensi akan meningkatkan laba perusahaan, yang pada akhirnya akan mendatangkan pajak yang lebih tinggi untuk negara. Juga peningkatan efisiensi akan menyebabkan penurunan biaya produksi, yang bakal diikuti dengan kemungkinan penurunan harga yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Cemex, dengan pengalaman operasinya yang luas, tentunya akan dapat melakukan transfer of knowledge kepada Semen Gresik, yang pada akhirnya bisa memberikan nilai tambah untuk pemegang saham dan negara. Kekhawatiran bahwa harga semen akan melonjak jika pemerintah tidak memiliki kontrol pada Semen Gresik juga tidak terlalu perlu ditakutkan. Pada saat ini, kapasitas pemanfaatan dari industri semen masih 70 persen. Dengan banyaknya kapasitas yang menganggur, kecil kemungkinan tiga perusahaan semen terbesar, Semen Gresik Group, Indocement, dan Semen Cibinong, memanipulasi harga dengan menciptakan kelangkaan semen (mengurangi produksi). Penurunan produksi pada saat kapasitas pemanfaatan rendah tidak hanya bisa menyebabkan pengurangan volume penjualan, tapi juga akan meningkatkan biaya produksi per unit. Perlu diingat bahwa melonjaknya harga semen pada 1994/95 disebabkan oleh kurangnya kapasitas produksi nasional. Kunci untuk menghindari melonjaknya harga adalah dengan membuka keran impor semen, sehingga bila harga semen di pasar domestik naik, impor semen akan mengalir. Dengan kelebihan kapasitas di industri semen di Asia, kecil kemungkinan harga semen impor akan melonjak. Harga jual Semen Gresik berdasarkan put option pemerintah juga cukup memadai bila dibandingkan dengan transaksi sejenis yang terjadi pada Indocement dan Semen Cibinong. Indocement dan Semen Cibinong dibeli pada harga sekitar US$ 80 per ton, sementara harga Semen Gresik per ton kapasitas adalah US$ 70. Memang ada sekitar 12 persen diskon, tapi keadaan ekonomi dunia yang makin buruk baru-baru ini akan membuat nilai jual Semen Gresik menurun. Juga kemudahan untuk menjual saham Semen Gresik membuat biaya transaksi (untuk konsultan, investment bank, dan lain-lain) pelaksanaan put option lebih kecil dibandingkan dengan memulai proses penjualan yang baru. Penerimaan uang hasil penjualan juga akan lebih cepat. Ini semua lebih dari mengompensasi diskon harga. Penjualan saham Semen Gresik kepada Cemex sangat diperlukan pemerintah untuk menutupi defisit APBN. Bila penjualan ini terjadi, pemerintah akan mampu mendapatkan dana Rp 5,4 triliun. Dampak suksesnya penjualan Semen Gresik tidak hanya akan membantu penutupan defisit APBN, tapi juga akan menciptakan sentimen positif terhadap program reformasi ekonomi Indonesia. Hal ini berpotensi meningkatkan citra Indonesia di mata investor asing sehingga akan membantu proses pemulihan ekonomi. Sebaliknya, gagalnya penjualan Semen Gresik, apalagi bila disertai dengan berpisahnya Semen Padang dan Semen Tonasa, akan semakin membuat citra Indonesia terpuruk di mata investor. Investor akan berpikir bahwa keputusan yang dibuat oleh pemerintah pusat tidak memiliki kekuatan untuk melawan permintaan daerah. Mengingat lemahnya argumen yang menentang penjualan saham Semen Gresik kepada Cemex dan kemungkinan dampak ekonomi yang negatif dari tertundanya penjualan Semen Gresik tersebut, sudah selayaknya semua pihak mendukung pemerintah dalam penjualan saham Semen Gresik. Yang mungkin perlu dipikirkan oleh pemerintah adalah menciptakan semacam golden parachutes, yaitu kompensasi untuk manajemen Semen Gresik Group (termasuk Semen Padang dan Semen Tonasa) bila transaksi ini terjadi. Dengan golden parachutes, diharapkan resistansi dari manajemen yang disebabkan oleh ketakutan kehilangan pekerjaan dapat dihilangkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus