Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Reagan dan dunia: sebuah pertanyaan

Kebijaksanaan luar negeri as cenderung menggunakan anti-us, untuk mengimbangi peningkatan kekuatan militer us. pengaturan hubungan dengan dunia ke-3 tidak memadai, dunia ke-3 harus memberikan pemikiran-pemikiran.

15 Agustus 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SADAR atau tidak, seorang Presiden Amerika Serikat akan dipaksa menghadapi kenyataan, bahwa kepemimpinannya di dunia sama pentingnya dengan kepemimpinannya di dalam negerinya sendiri. Presiden Kennedy pernan memberikan petuah, banwa kebijaksanaan dalam negeri hanya dapat "mengalahkan", tetapi kebijaksanaan luar negeri dapat "mematikan". Walaupun demikian, Presiden Reagan tidak secara otomatis mengikuti petuah ini. Mungkin memang hanya pengalaman sendiri merupakan guru yang terbaik. Administrasi Reagan sejauh ini lebih memusatkan perhatiannya pada soal-soal dalam negeri Amerika Serikat, khususnya untuk menyehatkan ekonominy. Sudah jelas bahwa tanpa dukungan ekonomi yang sehat dan kuat sulit diharapkan dapat dimobilisasi dukungan rakyat bagi kebijaksanaan luar negeri yang benar-benar bersifat internasional. Tapi di bidang luar negeri Reagan belum berhasil merumuskan suatu kebyaksanaan yang jelas dan lengkap. Berbagai tokoh pemerintahan masih kerap memberikan pendapat yang saling berbeda, bahkan bertentangan. Kita lihat misalnya dalam kebijaksanaan mengenai El Salvador perundingan dengan Uni Soviet mengenai penempatan senjata-senjata taktis di Eropa pengaturan hubungannya dengan RRC dan Taiwan dalam mencari penyelesaian konflik di Timur Tengah dan dalam menentukan sikap mengenai Afrika Selatan dan masalah Namibia. Dalam suatu pemerintahan baru, seringkali tidak bisa dielakkan terjadinya ketidakserasian dalam perumusan kebijaksanaan. Mungkin dengan pembentukan tim koordinasi kebijaksanaan luar negeri di bawah Wakil Presiden Bush barubaru ini, Pemerintah Reagan akan memberikan prioritas yang lebih besar pada masalah-masalah luar negeri. Tetapi yang penting untuk dipertanyakan adalah sejauh mana akan dilakukan koreksi dalam pendekatan dari kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat. Momok Soviet Kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat cenderung menggunakan pendekatan anti-Soviet secara berlebihan. Seolah-olah, "di balik setiap semak mengancam bahaya Rusia." Pendekatan ini telah dijadikan dalih untuk mendorong NAT0 dan Jepang untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka menempatkan roket Pershing dan Cruise missiles di Eropa Barat menyusun suatu kerjasama anti-Soviet di Timur Tengah menghadapi Vietnam dan konflik di lndocina memutuskan penjualan senjata kepada RRC dan bahkan dalam mengatur hubungannya dengan Afrika Selatan dan negara-negara Afrika Hitam. Kebijaksanaan "tegas" terhadap Uni Soviet itu dianggap mutlak diperlukan, untuk dapat memobilisasi dukungan rakyat Amerika Serikat bagi usaha meningkatkan anggaran pertahanannya, untuk mengimbangi peningkatan kekuatan militer Uni Soviet di mana-mana, di samping untuk memberikan kepastian dan menanamkan kepercayaan kembali di pihak sekutu dan teman-teman Amerika Serikat. Namun, pendekatan anti-Soviet semata-mata ini tidak akan membantu menyelesaikan berbagai persoalan internasional masa kini. Bahkan, ia bisa menjadi bumerang bagi Amerika Serikat sendiri. Pertama-tama, karena kerawanan dan konflik internasional atau regional tidak harus bersumber pada ulah Uni Soviet. Dalam banyak hal, konflik di Dunia Ketiga berawal dari persoalan-persoalan domestik atau regional yang pada tahapan berikutnya baru dapat dimantaatkan oleh Uni Soviet untuk kepentingan politiknya. Hal ini terlihat dalam Angola, Ethiopia, Yaman Selatan, Afghanistan dan juga di Indocina. Pendekatan yang menginflasikan momok Soviet itu juga akan menanamkan kepercayaan mengenai kekuatan Uni Soviet di panggung internasional. Pada gilirannya ini akan mempengaruhi pola kebijaksanaan yang diambil oleh negara-negara lain, khususnya negara-negara Dunia Ketiga. Sebagai akibatnya, persepsi bisa berubah menjadi kenyataan. Pada saat yang sama, Amerika Serikat sendiri bisa mengesankan kepada dunia mengenai ketidakmampuannya menghadapi Uni Soviet dan dalam mengatasi berbagai persoalan internasional. Uni Soviet memang menunjukkan kemajuan di bidang militer dan dalam pengaruh politiknya di negara-negara tertentu. Tetapi pada saat yang bersamaan, kelemahan fundamental di dalam negerinya juga semakin tampak ke luar. Implikasi internasional dari perkembangan ini cukup luas. Secara ideologis, daya tarik Uni Soviet semakin pudar. Ekonomi Soviet berada dalam keadaan stagnasi yang parah. Walaupun Uni Soviet berhasil merangkul beberapa negara dalam pengaruhnya, tetapi sebenarnya negara-negara ini kurang berarti dibandingkan dengan negara-negara yang melepaskan diri dari pengaruh Uni Soviet, seperti RRC, Mesir. Irak -- dan sampai tingkat tertentu Rumania dan akhir-akhir ini juga Polandia. Bagi banyak negara Dunia Ketiga, Uni Soviet bukan lagi kekuatan progresif seperti yang dimitoskan melalui bantuan terhadap gerakan-gerakan nasional melawan kolonialisme, terutarma setelah penyerbuan Uni Soviet terhadap Afghanistan. Hal ini jelas terlihat dari reaksi negara-negara Dunia Ketiga di PBB, dalam Konperensi Nonblok dan dalam Konperensi Negara-negara Islam. Supremasi Militer Amerika Serikat memang perlu menjaga perimbangan di hidang militer, untuk dapat mengatur hubungan yang stabil dengan Uni Soviet. Tanpa perimbangan ini kebijaksanaannya di bidang politiko-diplomatik dan ekonomi akan sangat terbatas artinya. Namun demikian, pendekatan yang sematanlata bersifat militer dan persenjataan tidak akan memadai dalam pengaturan hubungannya dengan negara lain, khususnya Dunia Ketiga. Pola pendekatan serupa ini hanya mempunyai manfaat bagi negara-negara yang sedang menghadapi krisis tertentu. Tetapi seketika krisis itu teratasi, hubungan tersebut tidak bermanfaat, dan malahan seringkali menimbulkan ketegangan-ketegangan tambahan bagi negara-negara tersebut. Kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat yang hanya bernaung di bawah "panji anti-Soviet" dan yang hanya berorientasi pada perimbangan militer dan persenjataan, jelas tidak memadai bagi pengaturan hubungannya dengan Dunia Ketiga. Amerika Serikat merupakan kekuatan ekonomi sebagai sumber modal dan teknologi --yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara Dunia Ketiga demi pembangunan nasional masing-masing dan dengan. demikian demi stabilitas dan kesejahteraan internasional. Kebijaksanaan Pemerintah Reagan dalam hubungan ini justru lemah, karena menyerahkan pengaturannya pada sektor swasta dan mekanisme pasar. Dengan pola ini sukar diharapkan dapat ditumbuhkan kepekaan dalam kebijaksanaan Amerika Serikat mengenai masalah-masalah Utara-Selatan, Hukum Laut Internasional, harga-harga komoditi, dan akses ke pasar Amerika Serikat bagi barang-barang produksi Dunia Ketiga. Kebijaksanaan-kebijaksanaan Presiden Reagan sudah sering diberi atribut terlalu simplistis. Inti permasalahannya sebenarnya adalah kekurangpekaan terhadap dinamika perkembangan dunia, aspirasi negara-negara Dunia Ketiga, dan mengenai hakikat serta sumber-sumber konflik, khususnya di Dunia Ketiga. Tetapi untuk mengisi kekurangan ini hanya Dunia Ketiga sendirilah yang dapat dan harus memberikan pemikiran-pemikirannya secara lantang, dan bertubi-tubi, supaya terdengar di telinga Washington.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus