Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Samad yang saya kenal

Samad, wartawan malaysia, dijebloskan di penjara dengan tuduhan orang utama komplotan komunis. suatu hal yang sulit untuk dimengerti bagaimana ia dituduh komunis.

3 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TATKALA Seminar Pers ASEAN yang pertama dibuka pada tanggal 16 Pebruari 1976 di Hotel Sahid Jaya pemasaran pertama ialah Abdul Samad bin Ismail, editor pengelola harian New Straits Times Kuala Lumpur. Sebagai moderator persidangan saya pun memperkenalkan Samad: Ia tokoh wartawan-sasterawan. Dalam usia 19 tahun di tahun 1943 dia sudah duduk dalam sidang pengarang Semangat Asia dan setahun kemudian jadi wartawan Benta Malay di Syonan (atau Singapura di masa pendudukan Jepang). Sehabis perang dia wartawan Utusan Melayu (19461951).Khusus dalam kaitan dengan perjuangan Indonesia,dia pernah jadi koresponden Siasat (yang saya dirikan bulan Januari 1947) dan koresponden Antara di Singapura. Dia pendiri Angkatan Sasterawan '50 (ASS) di Singapura yang bertujuan memperluas dan mempertinggi kesusasteraan dan kebudayaan Melayu. Dalam tahun 1958 dia memimpin Brita Harian dan sekarang dia managing editor New Straits Tnes Group di Kuala Lumpur .... Saya tidak menyebutkan Samad pernah diterungkukan oleh Inggeris sehabis perang selama 6 bulan karena dianggap menjadi kolaborator Jepun. Kemudian di bawah kuat-kuasa Undang-Undang Darurat, Inggeris menahan lagi Samad selama tahun 1951-1953. Pada pertengahan tahun 1950-an saya berserobok dengan Samad depan gedung kantor berita Antara. "Dari mana kau Mad?". "Aku baru ketemu Bung Adam", sahutnya. Sejak puluhan tahun yang lalu Samad berteman baik dengan Adam Malik, kini Menteri Luar Negeri Republik Indonesia. SINISME Dalam tahun 1968 ketika Press Foundation of Asia (PFA) mengadakan sebuah seminar di Bangkok dengan antara lain sebagai pembicara Menlu Adam Malik dan Menlu S. Rajaratnam, saya bertemu lagi dengan Samad. Suatu malam P.K. Ojong, Mochtar Lubis, Samad dan saya pergi menonton film The Green Berrets. Karena susah taxi diperoleh kami jalan kaki dari hotel. "Capek aku, Mad", ujar saya. "Ah, tidak seberapalah", katanya sambil berjalan terus, tapi rada engos-engosan. Yang paling cepat jalannya ialah Ojong, hingga dia pula yang duluan sampai di bioskop, terus ke loket, terus beli karcis buat kami semua. "Ojong yangbayar, sedap punya taukeh", nyeletuk saya. Samad tersenyum. Sehabis menonton John Wayne petangtang-petengteng di medan perang Vietnam, kami pulang jalan kaki lagi. Di Bangkok itulah Samad minta saya menulis untuk Benta Harian. Berita dan tulisan macam apa yang dikehendakinya? "Yang ringan-ringan sajalah, enak dibaca, nyata tapi mudah dipahami rakyat". Itulah pendekatan jurnalistiknya. Sebagai penulis cerpen Samad suka bersikap realistik, terkadang ia jenaka, bahkan ada yang menamakannya penulis cerpen modern sinis. Tetapi dalam pergaulan saya tiada melihat sinisme pada diri Samad. Pada hari kedua Seminar Pers ASEAN di Jakarta, bulan Pebruari yang lalu saya undang Samad bersama Dol Ramli, pemimpin kantor berita Bernama, dan Puan Azah Aziz, ketua Perhimpunan Wartawati Malaysia, datang ke rumah saya untuk makan siang. Di tempat saya kami tidak ada bicara politik. Samad, Dol dan Azah hanya bercakap-cakap tentang masakan Melayu, buah-buahan, soal-soal santai. Keesokan malamnya di Hotel Sahid seraya duduk minum barulah atas permintaan saya Samad menceritakan tentang petabumi politik Malaysia sekarang, bagaimana Hussein Onn, Mahathil, Razaleigh, Musa Hitam, Baba Ghafar, Ghazali, soal Datuk Harun di Selangor, soal Tun MustaLha di Sabah, dan sebagainya. Samad berbicara dengan penuh hormat dan penghargaan terhadap kepemimpinan PM Hussein Onn yang dinilainya sebagai "orang yang mantap-kuat". Tetapi di samping itu Samad juga bicara perihal keluarganya, anaknya yang masih belajar di London, berapa lama lagi dia bisa bekerja pada New Straits Times: "Tiga tahun lagi phisik aku sudah tidak kuat, harus retitelah, beri kesempatanlah kepada yang muda-muda". PENJARA Tahu-tahu lebih cepat dari pada yang disangkanya Samad harus retire dan .... ke dalam penjara pula! Dia ditahan tanggal 22 Juni yang lalu pukul 2 pagi di rumahnya di Petaling Jaya, karena dituduh menjadi otak suatu komplotan Komunis sejak tahun 1972. Dia dikatakan masih tetap anggota Partai Komunis Malaya . Dia ditahan oleh Special Branch Malaysia atas permintaan pemerintah Singapura. Bukankah ini suatu ironi juga? Coba renungkan, ketika didirikan People's Action Party (PAP), kini partai pemerintah Singapura, maka Samad turut jadi pendirinya bersama Lee Kuan Yew, Rajaratnam, Goh Keng Swee dan lain-lain. Malahan waktu itu Samad merupakan saingan berat bagi Lee Kuan Yew dalam menentukan siapa yang akan jadi Sekjen partai dan memegang pimpinan PAP. Yang menang ialah Lee Kuan Yew dan Samad kemudian pindah ke Malaysia. Dan kini Samad dituduh jadi orang utama komplotan pro-Merah. Saya jadi heran. Atau saya ini blo'on tidak bisa membeda-bedakan apakah seseorang itu berpikir secara Komuni atau tidak, atau Samad itu memang pintar sekali menutupi belangnya yang sebenarnya? Dalam New Straits Times sehari sebelum Samad ditangkap ada tulisan kolomnis New York Times James Reston dengan judul It's time to be silly again (Sudah waktunya menjadi edan kembali). Adapun silly season (musim edan) di Amerika lazimnya berlangsung dari Hari 4 Juli hingga Hari Buruh di bulan September dan dalam masa itu terjadi hal-hal yang tidak menurut rencana. Maka apabila Presiden kehilangan kekuasaan dan ditantang oleh aktor film (Ford dilawan oleh Reagan untuk nominasi Presiden) apabila bekas Gubernur yang tidak berarti dari Georgia (Jim Carter) merebut Partai Demokrat, apabila terjadi skandal sex di Capitol Hill di Washington (heboh anggota Kongres Wayne Hays dan sekretaris rambut pirangnya Liz Ray) dengan juru ketik tidak bisa mengetik, teleponis tidak bisa menyahut telepon, malahan apabila juara tinju Muhammad Ali mulai bertarung dengan jago gulat dan mendapat bayaran jutaan dollar untuk pertandingan demikian, maka Anda tahulah musim edan sudah mulai, tulis James Reston. Kata sahibul hikayat, apabila di kawasan ASIAN ini Samad sudah ditahan atas tuduhan mendalangi komplotan Komunis yang hendak menggulingkan pemerintah di Singapura dan Malaysia, syahdan apakah dapat pula seorang kolmnis di sini berkata bahwa "musim edan" sudah tiba melanda kawasan kita ini? Wallahu'alam bissawab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus