Hingar-bingar Konperensi Daerah (Konperda) PDI partai Demokrasi Indonesia) Ja-Tim (TEMPO, 25 Juni Nasional) berlalu sudah. Konperda yang dilaksanakan di Hotel Arumdalu di daerah sejuk Songgoriti, itu, Kabupaten Malang, Ja-Tim melahirkan kepengurusan DPD PDI Ja-Tim. Pengurus DPD (Dewan Pimpinan Daerah) itu berintikan muka-muka baru yang sebagian berisi generasi muda di partai berlambangkan kepala banteng itu. Itu seharusnya amatlah menggembirakan sekaligus menumbuhkan harapan baru. Harapan itu tentu akan bertumpu pada langkah koordinasi dan konsolidasi organisasi PDI Ja-Tim sekaligus meninggalkan pola lama yang memandang orang yang memimpin, bukan bagaimana para pemimpin itu memimpin, dan betul-betul mengerti serta menaati AD dan ART partai. Setelah itu, partai "sandal jepit" ini diharapkan bisa berkiprah lebih maju dalam memperjuangkan aspirasi warga "sandal jepit" khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Sehingga, para pemimpin partai itu tidak lupa bahwa para warga itulah yang berhasil menaikkan wakil-wakilnya dari partai itu ke lembaga legislatif. Maka, pola lama dalam kepengrusan yang telah lalu yang menjemukan para warga PDI dan simpatisannya, yang penuh gontok-gontokan berkepanjangan (istilah Jawanya: rebutan alung tanpo isi), diharapkan pula bisa diselesaikan. Namun harapan itu tampaknya akan tetap menjadi harapan. Sebab, setelah saya amati lebih mendalam, dalam kepengurusan yang diketuai Saudara Latif Pudjo Sakti rasa-rasanya ada hal-hal yang tak tepat. Yakni tercecernya beberapa fungsionaris PDI Ja-Tim. Padahal, Saudara Latif Pudjo Sakti sendiri pernah mengatakan, "Tak ingin lagi mengulang penggusuran dan pemecatan," dalam kepengurusan peralihan yang berintikan delapan orang itu. Ini merupakan kejanggalan yang terasa sekali. Sebab, para fungsioaris tersebut justru merupakan pendukung yang turut memperjuangkan tampilnya regenerasi dan sekaligus pendukung Kongres ke-3 PDI yang melahirkan kpemimpinan Drs. Soerjadi itu. Juga, mereka yang tercecer itulah yang mengantar menuju jalan suksesnya konperda tersebut. Selain itu, mereka pun turut membidani terbentuknya kepengurusan DPD PDI Ja-Tim sekarang ini serta tut wuri handayani mendukung peremajaan di PDI. Bila ada hal-hal yang menyimpang dalam permasalahan pokok, seyogyanya dikonsultasikan dengan DPP PDI Jadi, bukan melakukan tendangan penalti yang mematikan. Ya, tidak lantas bilang kepada mereka "Selesai sampai di sini saja." Sebab bila memang demikian kami, para simpatisan PDI menilai bahwa pola lama masih terpampang. Juga, terlihat masalah unsur masih dominan. Itu berarti fusi tuntas belum berlangsung. Memang terasa pelik segala masalah yang timbul dalam partai orang-orang bersandal jepit itu. Sebab, tampaknya, bagaimana pun dan ke mana pun PDI melangkah, masalah dedikasi dan rasa cinta bukan merupakan landasan utama. Maka, partai ini selalu runyam. Dan akan tertinggal di saat tingKal landas nanti. Banyak pertanyaan yang harus dijawab oleh kepengurusan PDI Ja-Tim hasil Konperda itu Antara lain, siapkah mereka menghadapi gejolak-gejolak yang akan timbul? Adakah landasan idealisme yang bisa dijadikan dasar untuk melangkah? BAMBANG HARDJONO Jalan Pucang Anom 91 Surabaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini