Dalam TEMPO 11 Juli, saya melihat iklan perusahaan rokok Bentoel, yang memperkenalkan produknya, yang dibuat khusus untuk selera remaja Indonesia. Saya agak terkejut. Sebab, iklan tersebut memberikesan, hendak mengajak para remaja mulai merokok. Ini, saya kira, bertentangan dengan misi pendldikan yang dianut, baik di sekolah maupun di rumah. Sebab, selama ini para guru dan para orangtua selalu menasihati murid-murid/putra-putri mereka agar tidak mulai merokok pada usia remaja. Merokok berbahaya untuk kesehatan, dan di samping itu rasanya tidak pantas bila para remaja, yang pada umumnya belum mempunyai penghasilan sendiri yang tetap, malah "membakar" uang. Lalu, tau-tau sekarang justru rokok khusus untuk remaja disediakan. Saya tak menutup mata, memang, pada fakta bahwa banyak remaja kita yang telah kecanduan rokok. Tetapi kita seharusnya justru mencoba membatasi agar jumlah para remaja tersebut jangan sampai membesar, dengan cara mengampanyekan efek efek negatif merokok. Di beberapa negara, hal itu sudah dilakukan bahkan bukan hanya terbatas pada usaha pencegahan agar para remaja tak merokok, lebih dari itu malah mengajak semua anggota masyarakat agar tak merokok demi kesehatan. Di Indonesia mungkin usaha tersebut belum dapat dilakukan. Sebab, kegiatan tersebut, yang memang harus kita akui mempunyai peranan yang penting di alam pembangunan ini, misalnya, sebagai penyerap tenaga kerja - juga sebagai penyetor pajak. Semua itu seharusnya bukan alasan guna memperluas pasaran dengan mencoba merayu para remala kita agar mulai merokok. Sebab, jelas dapat berakibat buruk bagi kesehatan mereka. Bagaimana andai kata TEMPO menolak memuat iklan rokok untuk remaja sebagai usaha memperkecil minat mereka mulai merokok? SJAHRIZAL Jalan Tebet Barat Dalam V/1 Jakarta 12810
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini