Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sekedar omong-omong tentang ilmu

Ilmu adalah buah logika yang perlu diuji kebenarannya. dalam perkembangan ilmu, ilmu murni tidak boleh diabaikan. peminat jurusan matematika, fisika dan kimia murni, makin menurun karena bayangan suram.

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KATA ilmu di sini dipakai untuk pengertian scientil, science, bukan di dalam arti metafisika seperti di dalam ilmu-kalam (theologia), ilmu sihir (occultism) dan sebagainya. Secara filasafi ilmu yang saya maksudkan adalah anak logika, yang perlu diuji kebenarannya. Agama bertolak dari wahyu, dimulai dengan percaya dan diakhiri juga dengan percaya. Logika hanya digunakan untuk memberikan uraian guna menunjang 'aqidah (dogma). Sesuatu yang tak dapat diuraikan berdasarkan logika dianggap misteri, gha'ib, tak terjangkau oleh akal. Agama memang termasuk metafisika, bersifat supra-rasional dan bertolak dari nilai-nilai abadi dan mengawetkan nilai-nilai tersebut. Agama tak boleh diuji secara apodeiktik, empirik dan eksprimental. Ilmu bertolak dari skepis keragu-raguan. Ilmu bergumul dengan pembaharuan terus-menerus terhadap dirinya sendiri. Ia terus mengeritik dan mengoreksi dirinya sendiri. Ilmu merupakan suatu perjalanan tanpa akhir, tapi dengan tujuan tetap: berusaha mencapai kebenaran. Ilmu adalah pamrih kebenaran yang tak kunjung sempurna. Kekasih Yang Tak Setia Ilmu adalah kekasih yang tak setia, setiap saat menipu kita. Ptolemaios (87-168 M.) yang menganggap bumi pipih dan matahari berputar di sekitarnya telah ditipunya mentah-mentah. Revolusi Copernican membuktikan, bahwa bumilah yang berputar di sekitar matahari. Dan ilmu itu isteri yang poliandrik, enggan kepada seorang suami yang suka memonopoli. Copernicus (Koppernick) tidak sendiri memonopoli kebenaran teorinya. Ia berbagi dengan Al-Battani (wafat 929 M) dan Az-Zarqali (wafat 1087 M.). Hanya untuk sementara saja matahari menjadi pusat alam semesta. Akhirnya helio-sentrisma bubar, karena penemuan dan penyempurnaan teleskop membuktikan, bahwa tatasurya kita hanyalah satu di antara banyak tatasuryanya. Dan tatasurya kita merupakan bagian kecil dari pada galaksi yang terdiri banyak tatasurya. Lahirlah galakto-sentrisma. Alam semesta senantiasa meluas. Terbentuk konsep Einstein (1879-1955) tentang alam semesta yang senantiasa berkembang (ever-expanding univee). Garis-tengah tatasurya bumi yang sekarang 12.000 (duabelas ribu) tahun cahaya pada suatu ketika akan menjadi berbilyun tahun cahaya, kalau kita berhasil mengorbitkan sebuah observatorium-bintang raksasa sepuluh ribu km dari bumi. Entah bila! Dari 5 Sampai Suipoa Manusia paling primitif hanya punya bilangan satu sampai lima. Limabelas dinyatakan dengan: lima tambah lima tambah lima. Lebih dari itu: banyak orang India kuno telah punya kata-kata untuk puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan, puluhan juta (kothi), para-suksma (myriad, tak terhitung). Orang India Purba telah mengenal konsep nol yang dipinjam orang Arab sejak abad ke-6. Orang Rumawi menuliskan 88 sebagai LXXXVIII (8 posisi) dan sejuta juta atau sebilyun hanya M dengan tiga garis datar di atasnya (1 posisi). Tapi sarjana Muslim Al-Khwarizmi (780-80 M.) mengembangkan algorisma (sistim hitungan posisonel: satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan, milyaran, bilyunan, trilyunan dllsb). Suipoa (abakus) diganti mesin hitung model ADDO, sekarang kalkulator elektronik mudah dibawa ke mana-mana, meski pun berangka duapuluh deret menyamping (puluhan kwadrilyun). Ilmu tak kenal sistem bapak-bapakan. Albert Einstein (1879-1955) yang raksasa hebat teori paritasnya digulingkan oleh dua orang pemuda warganegara Amerika Serikat: Lee Tsung-dao (lahir di Shanghai 25-11-1926) dan Yang Chenning (lahir di Hofei, propinsi Anhwei, Tiongkok Timur 22-9-1922). Keduanya mendapat hadiah Nobel tahun 1957 untuk bidang fisika. Orang Korea bernama Kim Bong Han dari 'peloksok' bernama Pyongyang membantah, bahwa sel merupakan satuan organik terkecil di dalam hidup hayati hewani. Menurut dia sel dibagi lagi menjadi sanal-sanal (baca: san-an). Itu hasil kesimpulan penyelidikannya 20 tahun lebih dengan menggunakan mikroskop elektron. Dan 'kurang-ajar'-nya 'orang peloksok' itu melimpahkan bukti-bukti fotografi berwarna yang meyakinkan bagi yang mau mempelajari hasil-hasil penyelidikannya yang apodeiktik (dapat dibuktikan). Apakah ilmu? Ia hanya: pencerapan, pengamatan, pembedaan, pembandingan, induksi, deduksi, percobaan dan kesimpulan di dalam urutan, paduan dan keteraturan yang tepat. Ilmu adalah buah logika yang manis dan paling bergizi. Ilmu itu anak yang lahir darl perkawinan sah keinginan tahu dan keperluan sosial. Keinginan-tahu melahirkan filsafat dan ilmu murni. Keperluan sosial melahirkan ilmu terapan dan teknologi. Jangan Abaikan Ilmu Murni Indonesia perlu melangkah dengan langkah-langkah raksasa di dalam derap maju sejarah sekarang. Dengan sendirinya yang kini banyak diimpor dan dikembangkan adalah ilmu terapan dan teknologi. Itu tepat selama diiringi oleh ilmu murni. Tapi sayang nyatanya ilmu murni kini terlalu kurang diperhatikan, bahkan boleh dikatakan agak diabaikan. Di dalam perkembangan ilmu hal itu sangat merugikan, karena mendorong kepada kemandulan. Akibatnya memang tidak seketika terasa, tapi akan diderita pada masa datang yang tidak terlalu jauh. Ilmu murni tak boleh sekali-kali diabaikan: tanpa penyelidikan fisika murni tak'kan ada pembelahan inti (nuclear fision) tak kan ada bom atom, bom hidrogen, kapal-selam atom, tapi juga tak'kan ada pembangkit listrik bertenaga inti dan penerapan tenaga inti di dalam pertanian dan industri. Tanpa penelitian-dasar elektron secara fisika murni tak'kan ada elektronika dan barang-barang elektronik yang sekarang menguasai kehidupan modern. Bahkan tak'kan ada cybernetika yang telah memberikan super-computers, pesawat-pesawat tele-kontrol, lokomotif tanpa masinis, mesin penyortir surat untuk kantor pos, robot yang dapat didaratkan di bulan. Tanpa penelitian aero-dinamika secara fisika murni tak'kan ada pesawat-pesawat super-sonik yang aman. Tanpa penelitian kinetika secara fisika murni oleh Galileo Galilei (1564-1642) tak'kan ada ilmu-ballistik. Seluruh teknologi modern tak mungkin tanpa mathematika. Singkatnya tanpa teori-teori yang kuat sebagai landasan ilmu terapan adalah sesuatu yang mustahil. Contoh-contoh di atas masih dapat diperbanyak, tapi cukuplah sekian dahulu. Mahasiswa FIPIA Sedikit Sekarang ini kalau kita perhatikan jumlah mahasiswa mathematika, fisika dan kimia murni pada segala FIPIA di tanah air kita jelas keadaannya menimbulkan prihatin. Terlalu sedikit peminat jurusan ini. Sebabnya dapat diduga: karena bayangan suram kondisi sosio-ekonomi sarjana-sarjana peneliti ilmiah murni, dibandingkan dengan kemakmuran dokter, farmasi, arsitek, insinyur sipil dan insinyur kimia teknik. Keadaan itu tak boleh dibiarkan terus berlarut-larut kalau kita tak hendak menggerogoti masadepan kita sendiri. Paling tidak 20% daripada pengeluaran untuk pendidikan universiter dan penelitian ilmiah seyogianya diperuntukkan bagi penelitian dan pengajaran ilmu-ilmu murni yang akan mengumpan ilmu-ilmu terapan kita dan mencegahnya menjadi mandul. Uang tersebut pasti tak'kan terbuang sia-sia, karena investasi jangka panjang itu pada saatnya pasti akan memberikan buah yang melimpah kepada kita. Semoga Dr. Daoed Joesoef dan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie berkenan memperhatikan hal ini yang mudah tenggelam di tengah-tengah gemuruhnya berbagai persoalan lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus