INI mungkin hanya merupakan catatan kaki tentang Valentine's Day, yang di negeri kita tiba-tiba dipersoalkan sebagai ihwal yang tidak religius, bahkan sebagai teman setan. Bagi para pedagang, Valentine's Day adalah sebuah bonanza. Para pedagang Jepang, misalnya, telah menjadikan hari kasih sayang itu sebagai bisnis senilai US$ 500 juta. Tak salah lagi, Jepang kini merupakan pasar terbesar dunia dalam urusan Valentine's Day. Itu diakui oleh manajer pemasaran pabrik cokelat Godiva. Maklum, pada Valentine's Day, cokelat berbentuk jantung hati adalah satu keharusan. Anda tahu kebiasaan orang Jepang memberi hadiah, bukan? Para pedagang bahkan berhasil menjadikan Valentine's Day sebagai keharusan - giri Seorang karyawan wanita merasa berkewajiban membawa sekeranjang giri choco bagi seluruh karyawan pria di kantornya. Tak ada soal cinta atau kasih sayang, memang. Tetapi keharusan. Tapi tahun ini volume penjualan giri choco agak menurun. Soalnya, Valentine's Day jatuh pada hari Minggu, sehingga banyak karyawan wanita yang tidak merasa wajib membagikan giri choco pada hari Senin, yang bukan Valentine's Day. Apalagi karena semurah-murahnya giri choco, di Tokyo, bisa seharga US$ 2. Jepang, yang pintar membuat sesuatu lebih menguntungkan, juga mengintroduksikan girl pizza (berbentuk jantung hati) serta giri brandy yang botolnya berbentuk jantung hati pula. Kelihatan pemasaran di Jepang bahkan telah membuat sebuah "peraturan" baru. Ini dikaitkan dengan adat saling membalas pemberian hadiah di negeri itu. Pria yang sudah menerima giri choco pada 14 Februari sebulan kemudian harus membalas memberi hadiah kepada pemberi giri choco. Hari itu, 14 Maret, disebut Hari Putih. Pria memberikan sabun atau minyak wangi yang berbentuk jantung hati. Bahkan disebarkan pula "tahyul" bahwa pemberian balasan itu harus dalam bentuk yang lebih berharga. Kasih sayang yang sesungguhnya harus diungkapkan dengan hadiah yang lebih istimewa. Artinya, bila seorang gadis menerima giri soap dengan seuntai kalung mutiara, maka itu berarti bahwa pria pengirimnya betul-betul sedang kasmaran. Tetapi kalau hanya menerima giri soap murahan, tak usahlah terlalu gede rasa mengharapkan cinta atau kasih sayang. Valentine's Day akhirnya tak lebih dari sebuah marketing gimmick. Dan orang-orang pemasaran memang paling lihai dalam melakukan inovasi hari-hari khusus, yang bisa dipakai untuk melejitkan penjualan barang dagangannya. Tiap musim punya masa obralnya sendiri: inter sale, spring sale, summer sale, autumn sale. Natal dan Paskah pun dimanfaatkan untuk berjualan. Juga hari-hari seperti Valentine's Day, Thanksgiving, Haloween. Bahkan di Amerika Serikat ada President's Day, yang juga menjadi alasan untuk melakukan obral di toko. Di Indonesia pun kita telah melihat kemajuan para pemasar dalam menciptakan daur-daur pemasaran, berdasarkan hari-hari khusus. Menjelang tahun ajaran baru, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru adalah saat-saat yang dimanfaatkan untuk mencapai puncak penjualan bagi produk-produk tertentu. Beberapa pemasar bahkan menciptakan kekhasan untuk meramaikan hari-hari yang biasanya sepi, atau untuk memasarkan produk tertentu yang kurang laju penjualannya. Hero Supermarket, misalnya, menciptakan Fish Day pada hari Rabu. Pada hari itu ikan dijual dengan harga potongan, untuk menarik pembeli agar membeli lebih banyak. "Hingga kini banyak orang suka beli ikan di Hero karena menyangka ikan kami selalu dicuci dengan air Aqua," kata Kafi Kurnia, seorang pimpinan Hero. Dulu Hero memang pernah mendemonstrasikan pencucian ikan-ikan yang dijual di pasar swalayannya dengan air botolan itu. "Waktu itu kebetulan Aqua memberikan beberapa ribu botol gratis kepada Hero."kata Kafi. "Kalau kami jual dengan harga potongan, kami khawatir akan merusakkan harga di pasaran. Lalu kami bikin gimmick untuk mencuci ikan." Di Pasaraya Sarinah Jaya pun dikenal promosi Sensabu. Ini bukan istilah Jepang, melainkan singkatan dari Senin-Selasa-Rabu. "Pada hari itu toko kami biasanya sepi pengunjung," kata Drs. Abdul Latief, Direktur Utama Sarinah Jaya. Promosi itu memberikan potongan khusus bagi pembelanjaan yang dilakukan pada hari Senin Selasa, dan Rabu. "Itu juga untuk membentuk pola baru dalam berbelanja," kata Latief. "Sekarang ini orang kebanyakan hanya berbelanja pada akhir pekan. Di luar hari itu, kalau toh masuk toko, hanya untuk melihat-lihat saja." Kalau kita percaya bahwa produksi hanya akan naik bila tingkat konsumsi pun naik, maka kreativitas untuk menemukan daur baru pemasaran perlulah ditingkatkan. Kalau bukan hari-hari seperti Valentine's Day atau Thanksgiving, mungkin SU MPR dapat juga kita pakai sebagai alasan. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini