Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ASYIK juga melihat gaya Dahlan Iskan memimpin Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara. Pakaian kerja "resmi"-nya saja—sepatu kets dan kemeja putih lengan digulung—menunjukkan ia siap terjun dalam segala "cuaca".
Itu terbukti pekan lalu, ketika Dahlan membuka paksa pintu jalan tol Senayan sewaktu petugas loket terlalai datang. Ia meloloskan sekitar seratus mobil yang antre berderet-deret. Lantaran kesal melihat mobil mengular panjang, Dahlan membuang kursi petugas. Ia memang baru mencanangkan program antrean tak lebih dari lima mobil di pintu tol.
Barangkali membuang kursi tadi sedikit lebay, tapi gaya tembak langsung itu menjadi buah bibir: terapi kejut ala Dahlan mewakili keinginan publik untuk solusi cepat. Ia menonjol lantaran tindakan serba kilatnya bertolak belakang dengan langgam lamban pemerintahan.
Sikap seadanya menteri merangkap wartawan itu ternyata merupakan nilai jual penting. Ia menolak mobil dinas menteri dan memilih Mercedes-Benz yang lama dipakainya tatkala memimpin grup media Jawa Pos. Ia tak betah berlama-lama di ruang kerja. Menteri yang kini 60 tahun itu lebih suka berkeliling melihat keadaan lapangan.
Seperti ketika memimpin lebih dari seratus anak usaha Jawa Pos, ia ringan saja menumpang kereta Commuter Line untuk melihat kerja PT Kereta Api dalam perjalanan menghadiri rapat kabinet di Istana Bogor. Ia pernah pada pukul delapan pagi memeriksa stasiun kereta api Depok. Ia juga tak canggung makan di pinggir jalan atau naik ojek, sesuatu yang sebetulnya biasa saja tapi menjadi berita lantaran tak dilakukan menteri lain.
Kebiasaan Dahlan memimpin banyak anak usaha melahirkan kultur bertindak efisien. Resep sederhana ini menarik perhatian karena birokrasi dikenal sangat tak sangkil. Ia mengurangi rapat tatap muka yang boros waktu, menggantinya dengan rapat virtual lewat BlackBerry Messenger. Rapat mingguan pimpinan BUMN tak lagi dilakukan di kantor pusat, tapi bergantian di kantor-kantor BUMN. Anggota direksi BUMN yang dianggap tak becus langsung dicopot. Ia berani mengusulkan penutupan Petral, anak usaha Pertamina yang kerap dianggap sarang korupsi. Dahlan tak merasa perlu membuang waktu dengan mengundang pengusaha nasional untuk membeli sisa saham PT Garuda. Dia cukup mengirim pesan pendek.
Banyak kebuntuan bisa dipecahkan. Tapi semua ini belum cukup. Dahlan mesti membangun sistem dalam dua tahun terakhir masa dinasnya. Memberdayakan lapis kedua di kementerian akan menciptakan lebih banyak pembuat terobosan. Dengan begitu, kesan asyik "bermain" sendiri akan hilang. Lagi pula, rentang kendali kementerian jauh lebih luas daripada Perusahaan Listrik Negara—pos Dahlan sebelum menteri. Dahlan seorang mustahil membereskan urusan akut BUMN, seperti menangani aset bermasalah.
Programnya membuat gudang data calon pemimpin BUMN cukup strategis. Dari sana ia bisa membentuk "the dream team", direksi dan komisaris BUMN yang tepat dengan bidang kerjanya. Diharapkan Dahlan tidak asal tunjuk orang yang dia kenal, seperti kebiasaan lama dalam urusan rekrutmen pimpinan badan usaha pelat merah itu.
Yang tak kalah pelik adalah memangkas BUMN yang merugi. Rencananya meringkas 142 BUMN menjadi tinggal 70 saja membutuhkan pemikiran serius—dan tak asal cepat.
Kendati mulai banyak yang menyeret Dahlan ke dalam kancah pemilihan presiden, ada baiknya ia menahan diri. Lebih baik tetap setia pada semboyannya—kerja, kerja, kerja—ketimbang hanyut dalam politik pencitraan yang serba kuasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo