Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Surat layang

Dalam pemilihan pimpinan umno di malaysia tersebar surat kaleng di mana-mana. surat kaleng yang disebut di malaysia surat layang itu antara lain menyatakan pemerintah mahathir korupsi.

18 April 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI negeri kita namanya surat kaleng, di Malaysia disebut surat layang. Apa sebabnya, wallahualam. Yang jelas, menjelang 24 April mendatang, tatkala 133 divisi UMNO, partai politik utama kaum Melayu, memilih pimpinan pengurus, berlayanganlah surat layang di masyarakat -- berisikan desas-desus, pergunjingan alias gossip, cerita yang belum dicek kebenarannya, bahkan fitnahan serta hasutan. Tidak heran bila pers yang berbahasa Inggris menamakan surat layang poison letter, surat berbisa. Dalam pemilihan pimpinan UMNO itu bertarung kubu Datuk Seri Dr. Mahathir Mohamad -- Ghafar Baba dengan kubu Tengku Razaleigh Hamzah -- Datuk Musa Hitam. Seandainya Razaleigh terpilih sebagai presiden UMNO dan Musa Hitam dapat mempertahankan kedudukannya sebagai timbalan presiden, otomatis Razaleigh dan Musa akan menjadi perdana menteri dan deputi PM. Karena yang menjadi taruhan bukan hal sepele, kedua kubu berusaha mengumpulkan pengikut sebanyak-banyaknya, dan surat layang pun melayang-layang ke mana-mana. Rupanya, keadaan begitu seru, sehingga Mahathir merasa perlu meminta kepada para anggota UMNO agar "berjaga-jaga supaya tidak terpengaruh hasutan dan fitnahan dari tokoh-tokoh itu, yang begitu bernafsu mendapat jabatan penting dalam partai." Akankah permintaan PM Mahathir didengar publik? Beberapa waktu yang lalu dia sendiri yang mengatakan di depan umum, betapa orang Melayu sangat keranjingan desas-desus. Dalam percakapan di kedai kopi dibahas cerita-cerita skandal tentang para menteri, politisi, orang-orang terkemuka. Mahathir selalu membanggakan sukses yang dicapamya di bidang pembangunan, mengemukakan proyek-proyek yang terwujud selama dia menjabat. Toh ini tidak menghalangi para penulis layang mengemukakan korupsi yang dilakukan konco-konco dan orang lingkungan dekatnya, bahkan mempertanyakan dari mana dia beroleh uang untuk menyelenggarakan pesta perkawinan putrinya yang begitu mewah. Skandal bank yang menggemparkan juga menjadi topik surat layang, dan Menteri Keuangan Daim -- seorang bankir dan pengusaha sebelum diangkat Mahathir -- digambarkan mempunyai conflict of interest. Padahal, bukankah Mahathir sendiri yang suka bicara tentang permerintahan yang bersih, tatkala enam tahun yang lalu mulai tampil sebagai perdana menteri? kata mereka. Bukankah tampak berbedanya kata dan perbuatan? Namun, tidak selalu penyebaran desas-desus jelek adanya. Deva Dass, bekas ketua asosiasi kesehatan mental setempat, menyebut desas-desus vital dalam kehidupan kita: memberikan kepada rakyat suatu dorongan untuk pembicaraan dan suatu topik untuk dibicarakan. Desas-desus adalah bagian dari interaksi sosial. Datuk Senu Abdul Rahman, bekas sekjen UMNO dan pernah jadi duta besar di Indonesia di zaman Soekarno, menyatakan pula bahwa dalam politik desas-desus selalu ada. Rakyat suka bicara, dan rakyat Malaysia tidak terkecuali. Kita tidak dapat menutup mulut suatu bangsa. Lagi pula, negeri kita negeri yang demokratis. Datuk Senu berpendapat, PM Mahathir hanya membuat lelucon dengan mengatakan rakyat Malaysia suka menyebarkan desas-desus. Lelucon atau tidak, tetapi desas-desus dapat menciptakan permasalahan ekonomi dan politik. Tidak lama setelah pemilihan umum yang baru lalu, yang dimenangkan Barisan Nasional dengan mayoritas besar, beredar desas-desus tentang PM Mahathir yang konon akan meletakkan jabatan. Dan berita itu mempunyai dampak luas terhadap golongan bisnis dan perkembangan dalam bursa uang. Padahal, di Kuala Lumpur bukan hanya surat layang beredar. Melainkan formatnya sudah mencapai buku novel komersial. Sewaktu Musa Hitam masih Wakil PM, dan hendak bercerai dari istrinya yang kelahiran Cili, cerita itu sudah dinovelkan orang tidak jelas-jelas menyebut identitasnya, tetapi cukup terang guna dipahami khalayak. Buku itu laris sekali, dan tidak ada landasan hukum untuk mengajukan si penulis novel layang ke pengadilan. Menjelang pemilihan mendatang dan menghadapi serangan gencar, PM Mahathir mengatakan, jika para anggota UMNO menghendakinya, ia akan terus mengabdi. Jika para anggota tak menghendaki, katakan saja padanya, dan jangan menekannya ke bawah. Mahathir menyangkal telah berbuat salah, melakukan korupsi, menumpuk harta. Jelas, Mahathir menanggapi surat-surat layang yang beterbangan. Jelas pula, surat layang tak selalu dapat dianggap sepi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus