Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Teroris di Balik Buku

Buku yang diselipi bom menjadi alat teror yang meresahkan. Teroris sejati atau cuma kelainan jiwa.

21 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI mana-mana, buku dianggap sebagai bagian dari mencerdaskan bangsa. Di Indonesia, dalam beberapa hari belakangan, muncul buku yang meresahkan masyarakat: buku berisi bom. ”Buku” jenis inilah yang sekarang menjadi alat teror dan diterima berbagai kalangan. Pengirim bom itu—entah teroris sejati atau sekadar pengidap kelainan jiwa—seolah memiliki daftar nama pesohor yang layak dijadikan ”perwakilan” penerima bom.

Ada Ulil Abshar-Abdalla,yang mewakili kelompok Islam liberal. Ulil adalah mantan koordinator Jaringan Islam Liberal, yang aktif memperjuangkan kebebasan beragama dan sudah pernah ”dihukum mati” oleh kelompok Islam garis keras pada 2004. Kendati Ulil belakangan ”belajar berpolitik” di Partai Demokrat—ia salah satu ketua pimpinan pusat—pengirim paket tampaknya tetap mengaitkan Ulil dengan Islam liberal. Paket dikirim ke Komunitas Utan Kayu, yang sudah jarang didatangi Ulil sejak ia menjadi politikus. Judul buku bom itu pun diperkirakan akan merangsang Ulil membukanya dengan lekas: Mereka Harus Dibunuh karena Dosa-dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin.

Paket serupa, termasuk judul bukunya, diterima Gories Mere, kini Kepala Badan Narkotika Nasional. Gories dikenal sebagai mantan komandan pemberantasan teroris lewat Detasemen Khusus 88 Markas Besar Kepolisian RI. Melihat dua sasaran ini, orang lekas menaruh curiga kepada ”kelompok lama” yang memang sudah malang-melintang di dunia terorisme. Para pengamat intelijen pun sepakat kedua orang itu musuh para teroris.

Bagaimana dengan dua penerima lainnya, Japto S. Soerjosoemarno dan Ahmad Dhani? Sebagai Ketua Pemuda Pancasila, Japto jauh dari dunia teroris. Meski ada pengamat menyebutkan Japto sebagai simbol Pancasila, mengapa dia yang disasar, bukan tokoh Pancasilais lainnya? Demikian juga Ahmad Dhani. Apa tujuan ”menghajar” pentolan band Dewa ini, dan siapa yang secara serampangan menuduhnya sebagai keturunan Yahudi? Adakah bukti yang bisa diajukan pengirim bom?

Sudah seharusnya aparat keamanan memeras otak untuk membekuk penebar teror ini dengan tidak terpaku pada ”pemain lama”. Kalaupun benar pelakunya ”pemain lama”, aparat diuji lagi kenapa belum juga mampu menuntaskan masalah yang sudah lama meresahkan ini. Kalau ternyata ”pemain baru”, dari kelompok mana mereka dan apa pesan yang hendak mereka sampaikan. Bahwa keempat paket itu bermiripan dan beredar pada hari yang sama memang menunjukkan bom buku itu ulah satu kelompok.

Jika teror bom buku ini tak terungkap tuntas, bisa muncul silang sengkarut di tengah masyarakat. Saling tuduh akan terjadi. Apalagi bom ini meletus—disebut begitu karena daya ledaknya rendah—di saat terjadi berbagai peristiwa. Ada persidangan Abu Bakar Ba’asyir, lalu ada dugaan yang menuding kelompok Ba’asyir sengaja menciptakan teror untuk melawan pemerintah. Sebaliknya, kelompok Ba’asyir justru merasa disudutkan dengan ulah bom buku ini, lalu menuding kasus ini diotaki intelijen.

Saling tuding—paling tidak dalam bentuk saling menyindir—bisa muncul pula dalam ranah politik. Orang-orang yang kini di seberang pemerintah, termasuk sejumlah politikus, mudah main simpul: bom buku ini hanya pengalihan isu kasus WikiLeaks, atau pengalihan isu masalah koalisi yang rada semrawut.

Karena itu, hanya aparat penegak hukum—terutama kepolisian—yang paling bisa meredam simpang-siur tudingan ini dengan cara menangkap pelakunya. Sekaligus itulah pula cara termudah menciptakan rasa aman di masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus