PERNAH lihat buku Winning Through Intimidation?"
"Huss, jangan menyindir", sahut seorang teman calon anggota DPR.
"Mana ada buku begitu?".
Tapi buku itu memang ada, sejak tahun 1973. Ditulis oleh seorang
"broker" usaha tanah & bangunan, buku yang berjudul menyolok ini
-- "Menang Melalui antimidasi", cukup mengagetkan, bukan?
--selama 8 bulan pernah termasuk dalam dattar buku terlaris
menurut The New York Times. Penulisnya, Robert J. Ringer, bahkan
pernah diwawancara oleh majalah Time. Konon kolumnis lucu Art
Buchald pernah pula mengejeknya dalam satu tulisan, suatu
pertanda bahwa Winning Trhrough Intimidation memang dapat
perhatian luas.
Buku ini memang berdasarkan pengalaman Ringer dalam jual-beli
real estate. Tapi ia nampak mau berbicara untuk pelbagai segi
kehidupan. "Winning Through Intimidation adalah sebuah buku
tentang filsafat kenyataan", tulis Ringer dalam kata
pengantarnya, seolah-olah ia seorang Martin Heidegger atau
Ronggowarsito. Prinsip-prinsip buku ini tak hanya berlaku untuk
dunia bisnis, tapi "untuk kehidupan pada umumnya".
Filsafat Ringer adalah filsafat pertandingan yang tangguh. Untuk
mencapai sukses, buku-buku yang mengajarkan "aturan-aturan
negeri manisan" tentang kebajikan kerja rajin dan bersikap baik,
semua itu harus dicampakkan. Kenyataan adalah apa yang nyata,
bukan apa yang kita inginkan. Dan bagi Ringer, yang nyata itu
bukan seperti kembang setaman yang cerah dan lembut, tapi hutan
rimba yang oleh orang sopan disebut "brutal". Tulis Ringer:
"Seperti banyak orang lain, saya ingin bahwa permainan bisnis
berlangsung di sebuah halaman taman kanak-kanak". Namun
kenyataannya, kata ia pula, permainan itu "dimainkan dalam
sebuah hutan yang kejam".
Dalam banyak hal dengan mudah Ringer akan dinilai sebagai
seorang Machiavelli kecil abad ke-20. Ketika Machiavelli hidup
dalam abad ke-15, ia menyaksikan Italia yang kacau. Dalam salah
satu pengalamannya ia pernah dikirim sebagai utusan kepada
Cesare Borgia. Ia jadi salah satu saksi bagaimana pangeran yang
bengis, licik dan bertekad keras ini membalas secara berdarah
pemberontakan para nakhodanya di Senigallia. Machiavelli
kemudian menuliskan ini dalam risalahnya, Del modo tenuto dal
Duca Valentino nell'ammazzare Vitellozo ("Tentang cara yang
dipakai oleh Pangeran Valentino untuk membunuh Vitellozzo").
Machiavelli, seorang politikus patriot, merasa menemukan dalam
diri Cesare Borgia yang keras itu tokoh idealnya tentang "raja
baru" -- yang mungkin bisa jadi obat terakhir bagi penyakit
menahun Italia.
Tapi ia, seperti halnya Ringer, sedikit berlebih-lebihan
"menggebrak" dalam merumuskan kalimatnya. Pujangga Italia yang
kurus dan berparas agak mengerikan ini karenanya sering dianggap
tidak bermoral, meskipun ia sebenarnya juga seorang penulis
komedi yang bisa mengejek diri sendiri. Winning Through
Intimidation juga penuh nada main-main. Anjuran sebuah buku
untuk intimidasi betapapun bisa lebih dapat dielakkan daripada
derasnya perbuatan intimidasi sendiri.
"Tapi buku itu buku yang mempertegas pandangan kapitalisme, dan
tak sesuai dengan Pancasila", kata seorang bupati. "Dalam sistim
demokrasi Pancasila, prinsip 'menang-melalui-intimidasi' harus
diganyang !"
"Sudah pernah baca buku itu, pak?", tanya anaknya.
"Belum", jawab pak bupati.
Dia seorang bapak yang baik, yang lagi kesal membaca teror
"RMS".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini