RAKYAT Badak, daerah kilang LNG, kini mengalami polusi dalam
bentuk lain. Sejak beroperasinya perusahaan Amerika Huffco di
sini, serentak beroperasi pula wanita pelacur mendekati ratusan
orang. Akibatnya sementara ini "raja singa/sipilis telah diidap
oleh pasangan suami-isteri penduduk akibat sang suami yang
coba-coba jajan," demikian dituturkan Mantri Kesehatan Muara
Badak.
Para karyawan perusahaan diterima oleh para WTS ini dengan
sistim bon/langganan. Sang karyawan tak usah bayar kontan selama
sebulan. Nanti waktu gajian, barulah buku hutang-piutang
diperiksa untuk mengadakan perhitungan. Tak jarang karyawan
kasar yang penghasilannya belum besar mengalami katimpa (istilah
setempat) yaitu tekor dari gaji. Terpaksa harus nombok dengan
jalan meloloskan arloji dan cincin-cincin emas.
Beberapa orang WTS telah nikah dengan penduduk. Bahkan ada
seorang penduduk yang telah punya dua orang isteri, sampai hati
mencampakkan kedua orang isteri dan anaknya, kemudian pergi
berumahtangga dengan sang WTS.
Lain pula yang dialami seorang bapak (Bora), dengan anaknya
(Amir) yang sebenarnya baru saja naik bujang. Sang anak bekerja
di bagian dapur camp EAS CO, salah satu sub-kontraktor Huffco.
Si anak yang telah dirasuk oleh buaian tangan-tangan yang
berpengalaman, telah benar-benar jatuh cinta kepada seorang WTS
Kompleks Badak Empat. Pemuda kita ini pulang kerja malam hari
bukan kembali ke rumah orangtuanya, tapi ke tempat sang pacar.
Setelah tak ada tanda-tanda insaf, terpaksa sang ayah memberi
ancaman. Hampir-hampir saja badik ikut bicara -- maklum, sirik
(malu) karena awak dari keluarga baik-baik.
Nampaknya anak itu menyerah. Betapa girang si ayah -- sehingga
si anak dicarikan calon isteri. Lamaran pun diterima, sementara
si nakal nampaknya mulai tenang-tenang. Semua kata orangtua
diiyakan.
Suatu hari si anak minta izin mudik ke Samarinda -- untuk
membeli pakaian, arloji dan lain-lain kebutuhan pengantin baru.
Tapi apa lacur? Anak kesayangan yang memang semata wayang ini
rupanya mudik untuk tidak kembali lagi. Sang pacar juga minggat
dari sarangnya. Pasangan tersebut segera melaut menyongsong
matahari terbit, menyeberangi Selat Makassar menuju Mandar,
kampung asal nenek moyang si Romeo yang masih bujang tanggung
itu. (Mandar berada di pantai Barat pesisir Sul-Sel).
WTS-WTS ini kebanyakan dari Jawa. Menurut keterangan patinggi
(lurah) Abdullah Syukur, "70% punya suami di Jawa." Ada yang
telah melahirkan tanpa dapat dipastikan siapa ayah si bayi.
Pernah pula kepala kepolisian setempat mengeluh, ketua RT
kompleks ini tak melaporkan warganya yang "P" ini. Di kompleks
itu pernah ditemukan spuit/alat suntik lengkap jarum dan
tabungnya. Diduga pernah terjadi pembuatan foto-foto seri adegan
ranjang. Hal ini dapat ditanyakan kepada pihak kepolisian atau
Koramil Muara Badak.
Alangkah baiknya kalau WTS ini dibuatkan satu lokasi khusus jauh
dari perkampungan penduduk. Lantas dibuatkan peraturan khusus
yang ketat guna mengurangi efek negatifnya. Jangan mereka keluar
kompleks dengan pakaian yang kurang sopan, yang mudah memancing
nafsu birahi. Diharapkan perhatian serius dari pihak Dinas
Sosial, Pemerintah Daerah dan DPRD, agar"polusi" ini jangan
terlalu banyak merusak penduduk setempat.
REF ARDJUS
Kp. Baru, Muara Badak,
Kalimantan Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini