SEHARI setelah Daoed Joesoef diumumkan jadi menteri P&K,
koran-koran memuat biografi beliau. Yang penting kita catat:
Daoed memperoleh Certificat Doctorat de l'Universite (1966) dan
Diplome d'Studes Superieurs (1969). Keduanya dari Universitas
Paris universitas paling terkemuka di Perancis.
Daoed adalah putera bangsa yang beruntung beroleh kesempatan
studi di Perancis dan juga berhasil meraih gelar tertinggi dalam
disiplin keilmuan. Tetapi mereka yang kuliah di Jurusan
Perancis, Fakultas Sastra & Kebudayaan UGM adalah putera-puteri
bangsa yang tidak beruntung. Paling banter hanya bisa mendapat
gelar sarjana muda. Jurusan Perancis, yang sudah berusia 11
(sebelas) tahun ini, adalah satu-satunya dari 39 jurusan di
Universitas Gajah Mada, universitas yang terbesar di Indonesia,
yang tidak diizinkan membuka tingkat sarjana lengkap.
Sebelum 1977, lulusan sarjana muda Jurusan Perancis UGM masih
punya kesempatan dapat beasiswa ke Universitas Montpellier III
di Perancis. Tahun ini harapan satu-satunya itu musnah. Hanya
mereka yang sudah sarjana lengkap yang boleh dikirim. Jurusan
Perancis di UGM telah dipasung: mengirimkan lulusan sarjana muda
tidak boleh, di lain pihak membuka tingkat sarjana lengkap juga
tidak direstui.
Seandainya lulusan sarjana muda Jurusan Perancis UGM melanjutkan
studi ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia? Mengingat faktor
keuangan, tidak semua mahasiswa punya kemampuan pindah ke
Jakarta. Lagi pula lulusan Jurusan Perancis UGM yang mampu,
melanjutkan ke FSUI ternyata menempuh "ujian berat". Di samping
mengalami degradasi, mereka juga terpaksa bersujud kepada
peraturan-peraturan Jurusan yang kaku dan merugikan mereka.
Kesimpulan: apakah Jurusan Perancis pada Fakultas Sastra &
Kebudayaan UGM akan dibiarkan terus terpasung, atau sebaiknya
ditutup saja? Jawabannya tentu terpulang kepada Monsieur Daoed
Joesoef yang doktor jebolan Perancis.
ASVI WARMAN
Seksi Perancis FSUI
(No.Mhs. 077810029)
Fakultas Sastra UI, Rawamangun,
Jakarta Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini