Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemilu

Nama Cak Imin Masuk Bursa Pilkada Jatim Bersaing dengan Khofifah, Pakar Politik Unair: Kalau Bisa Dilerai, Kasihan NU

Dari hasil survei, nama Cak Imin berada di bawah Khofifah, namun di atas Tri Rismaharini.

29 Maret 2024 | 21.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Aribowo menilai isu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin maju ke pemilihan gubernur Jawa Timur berkaitan erat dengan kemungkinan akan disingkirkannya yang bersangkutan dari Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.

Aribowo mengaku mendapat kabar bahwa “orang-orang Jakarta” telah datang ke sejumlah kiai berpengaruh dan pondok pesantren di Jawa Timur untuk menjajaki mengganti Cak Imin dari tampuk tertinggi PKB.

Menurut Aribowo isu pendongkelan Cak Imin itu menyangkut dua hal pokok, yakni sikap keras politikus asal Jombang, Jawa Timur itu atas hasil Pilpres 2024 yang kini dia gugat ke Mahkamah Konstitusi, serta perselisihan yang makin tajam dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), khusunya Ketua Umum Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).

Aribowo melihat perselisihan antara Gus Yahya dan Cak Imin bukan hanya soal perbedaan pendapat, tetapi juga menyangkut kepentingan politik dan perbedaan politik. “Dan itu sangat kelihatan, saya rasa Cak Imin juga tahulah,” kata Aribowo saat dihubungi Jumat, 29 Maret 2024.

Sehingga untuk memperkokoh posisi politiknya, Cak Imin butuh tambahan jabatan strategis, tak perduli walaupun hanya di tingkat regional. Aribowo berujar Cak Imin membutuhkan sokongan jabatan strategis meski saat ini posisinya di PKB masih sangat kuat.

“Diakui atau tidak, di bawah Cak Imin suara PKB meningkat lumayan baik di tingkat nasional maupun regional. Itu  karena kontribusi besar Cak Imin sebagai calon wakil presiden 01,” tutur Aribowo.

Namun, menurut Aribowo, membawa PKB sukses dari pemilu sebelumnya saja belum cukup. Untuk kepentingan 2029 Cak Imin tetap butuh jabatan di tingkat regional, yakni gubernur. Aribowo melihat dua masalah tersebut menjadi pendorong yang bisa jadi akan dipilih oleh Cak Imin. "Itu latar belakang isu yang saya dengar berkaitan dengan disebut-sebutnya Cak Imin ke Pilgub Jatim," ujar Aribowo.

Aribowo yang juga salah satu pendiri lembaga survei Pusat Studi Demokrasi dan HAM (Pusdeham) itu tak memungkiri bahwa Cak Imin salah satu kandidat yang dari hasil sigi dapat bersaing dengan Khofifah Indar Parawansa pada Pilgub Jawa Timur November nanti.

“Tapi hemat saya, jika mereka bisa dilerai, jangan sampai Khofifah dan Cak Imin berkompetisi di Jawa Timur. Kasihan NU-nya, kasihan PKB-nya,” ujar Aribowo.

Menurut Ari, akan lebih menguntungkan bagi NU dan PKB jika Khofifah tetap di Jawa Timur dan Cak Imin memimpin partai politik tersebut. Jika keduanya dikompetisikan pada pilkada, siapa pun yang menang akan menimbulkan luka di pihak yang kalah.

“Menghadapi rezim kayak gini ini, butuh pemikiran jauh ke depan, terutama untuk kekompakan NU. Kalau yang di PBNU mau digosok-gosok untuk menguasai PKB, saya kira keterlaluan. Carilah jalan negosiasi agar NU tetap kompak, kali ini NU harus membentengi dirinya,” ujar Aribowo.

Nama Cak Imin dihubung-hubungkan ke Pilkada Jawa Timur setelah hasil survei Accurate Research And Consulting Indonesia (Arsi) yang dilansir pada Kamis, 28 Maret 2024, menempatkan elektabilitas adik Menteri Desa Halim Iskandar itu di bawah Khofifah. Meski belum kompetitif untuk menandingi Khofifah, namun Cak Imin mendapat sambutan positif dari responden.

Dalam survei yang dilakukan pada 15-23 Maret 2024 itu elektabilitas Khofifah mencapai 41,5 persen, Muhaimin 17,2 persen, Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) 11,3 persen, Ketua Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad 10,5 persen, Ketua Golkar Jawa Timur Sarmuji 8,2 persen dan mantan Bupati Sumenep Ahmad Fauzi 8,1 persen.

Saat dilakukan simulasi tertutup untuk tiga nama teratas, elektabilitas Khofifah meningkat 47,2 persen, Cak Imin 21,5 persen dan Risma 19,7 persen.

Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB mengakui belum membicarakan sosok yang diusung. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pengurus PKB Jawa Timur, Fauzan Fuadi. Menurut dia, PKB belum membicarakan Pilkada Jawa Timur 2024. “Masih belum diputuskan,” kata Fauzan, Rabu 20 Maret 2024.

Fauzan mengakui, anggota hingga simpatisan mereka mendorong agar PKB mengusung kader internal. Terlebih, PKB meraih 27 kursi DPRD Jawa Timur dalam Pemilu 2024.

HANAA SEPTIANA

Pilihan Editor: TKD Prabowo-Gibran Siap Dukung Khofifah di Pilgub Jawa TImur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini






Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus