Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=#FF0000><B>NOVEL BASWEDAN:</B></font><br /><font face=arial size=3><B>Akan Saya Buka Semuanya</B></font>

8 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEGERA setelah tersiar kabar kedatangan polisi untuk menangkap penyidik Novel Baswedan pada Jumat malam pekan lalu, pendukung berduyun-duyun ke gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Mantan petinggi lembaga itu, seperti Amin Sunar­yadi dan Erry Riyana Hardjapamekas, datang paling awal. Mereka menuju lantai tiga, ruang kerja pemimpin Komisi.

Ketua Abraham Samad dan wakilnya, Bambang Widjojanto, telah berada di kantor. Pada pukul 22.30, Wakil Menteri Hukum Denny Indrayana ikut hadir. Anggota staf, yang balik kantor dari rumah mereka, sibuk menghidangkan air putih. Pemimpin lainnya, Busyro Muqoddas, sedang pulang kampung ke Yogyakarta. Zulkarnain dan Adnan Pandu Praja juga tak terlihat. Malam itu rombongan aktivis yang memberikan dukungan diterima Abraham dan Handoyo Sudrajat, Deputi Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

Dukungan semakin riuh menjelang tengah malam. Ratusan Semut Rangrang—sebutan yang diberikan Busyro untuk pendukung KPK—berdiri di dalam dan luar gedung. Di satu lantai pada gedung itu, Novel Baswedan, 36 tahun, tetap memelihara senyum meski lelah dan kurang tidur.

Budi Setyarso dari Tempo menemui penyidik alumnus Akademi Kepolisian 1998 itu pada pukul 01.30, Sabtu pekan lalu. ”Ini rekayasa, kekejian luar biasa,” ujarnya. Oleh kepolisian, ia dituding terlibat pembunuhan tersangka pencuri ketika menjabat Kepala Satuan Reserse Kepolisian Resor Bengkulu, delapan tahun silam.

Sebenarnya apa yang terjadi pada 2004?

Waktu itu saya baru seminggu menjadi Kepala Satuan Reserse setelah menjabat Kepala Urusan Pembinaan Operasi. Ada pencuri yang ditangkap, sempat ditembak, kemudian dihakimi massa. Ketika saya datang, pencuri itu tewas. Saya melihat tidak mungkin bisa mengusut siapa yang bertanggung jawab atas kematian itu. Akhirnya saya putuskan, saya ambil tanggung jawab. Jadi, ketika peristiwa terjadi, saya sebenarnya tidak di lokasi.

Bagaimana situasi daerah Bengkulu ketika itu?

Saya masuk daerah itu ketika tingkat perjudian, narkoba, dan pencurian sangat tinggi. Setoran untuk aparat juga luar biasa. Ketika saya diangkat menjadi Kepala Satuan Serse, semua anggota staf saya ganti. Saya pilih anak-anak muda yang memiliki kemauan keras. Saya mulai dari diri sendiri: saya tegaskan menolak budaya setoran. Sejak itu, saya dianggap musuh.

Benarkah Anda diperiksa Divisi Profesi dan Pengamanan Polda?

Ya, saya diingatkan agar tidak mengambil tanggung jawab. Saya diancam, kalau melakukannya, saya akan dihukum berat. Saya jawab: saya siap menghadapi, karena tidak mungkin mengusut dengan persis siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Saya tidak mau ada orang tak bersalah dihukum.

Sejak kapan Anda tahu perkara ini diusut kembali?

Dua-tiga pekan lalu, saya mendapat informasi, Markas Besar Polri mengirim personel ke Polres Bengkulu. Mereka memeriksa saksi-saksi, diminta merekayasa kesaksian untuk bisa menjerat saya. Mantan anggota saya dipanggil untuk dimintai konfirmasi, tapi mereka menyatakan saya tidak terlibat.

Benarkah polisi juga datang ke tempat tinggal Anda?

Ketua RW didatangi beberapa orang, untuk menyelidiki kemungkinan ada kesalahan saya. Saya telepon Pak RW: ”Pak, kalau Anda mendukung pemberantasan korupsi, jawab sesuai dengan kenyataan. Jangan menuruti rekayasa mereka. Kalau perlu, hadapkan kepada saya.” Apa yang mereka butuhkan akan saya kasih: rekening koran, buku tabungan, apa pun data rahasia saya. Saya tidak takut karena saya tak menyembunyikan apa pun.

Anda keras dalam menangani perkara korupsi di Korps Lalu Lintas, mungkin karena itu Anda diincar?

Kami mengusut kasus ini bukan untuk merusak institusi Polri, melainkan justru memperbaikinya. Kami memiliki solusi, bukan mengobrak-abrik. Saya tidak berhenti setelah kriminalisasi ini. Akan saya buka semuanya. Kalau perlu, saya akan bicara kepada pers, kalau diizinkan pimpinan KPK.

Apa rencana Anda menghadapi kasus ini?

Saya akan menyiapkan penasihat hukum. Akan saya hadapi perkara ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus