Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMIR Moeis, 59 tahun, terengah-engah menaiki anak tangga menuju ruang pertemuan di lantai tiga kantor majalah Tempo. Berjalan di belakangnya, seorang ajudan yang membawa segepok berkas transaksi keuangan bosnya di Bank Century. Selasa pekan lalu anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan ini datang ditemani Firman Jaya Daeli, koleganya, untuk menjelaskan transaksi valuta asing miliknya di Century yang dianggap tidak wajar oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Emir berkeras tak ada yang salah dengan duitnya di Century. ”Transaksi keuangan saya jelas, tak ada yang bodong,” katanya bersemangat.
Dokumen transaksi uang Anda di Bank Century beredar luas....
Saya tidak mengerti dokumen ini dari mana asalnya. Yang jelas, isinya tidak seimbang. Ada banyak nama yang disebut dalam laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, tapi hanya aliran dana yang masuk ke saya yang disebut-sebut. Apalagi yang ditulis cuma dana yang saya terima, tapi yang saya setor tidak ditulis. Saya tegaskan bahwa saya juga menaruh duit di Century, bukan hanya mengambil duit. Tidak satu sen pun duit bail out mengalir ke kantong saya.
Sejak kapan Anda jadi nasabah Century?
Sejak 2004 saya punya rekening tabungan, giro, dan rekening valuta asing. Saya juga memiliki investasi di sana, promissory notes dalam bentuk dolar Amerika Serikat. Bunganya satu persen per bulan masuk ke rekening saya. Saya juga menyetor uang dolar. Jadi saya tidak hanya menerima tapi juga memasukkan uang. Jadi seimbang dan tidak bodong.
Kenapa percaya pada Century?
Di sana urusan uang mudah. Kalau mau ke luar negeri tukar uang gampang. Kalau mau bayar rekening telepon atau kartu kredit, mereka bisa bayarkan dulu dan besoknya saya teken cek buat melunasi. Semua tinggal telepon. Saya juga sudah tanya ke deputi gubernur Bank Indonesia. Kata mereka bank ini bagus.
Kapan Anda pertama kali membaca laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang transaksi valas itu?
Saya belum membaca dengan detail laporan PPATK. Tapi saya sudah dengar dari Steffanie (account officer private banking Bank Century) bahwa dia sedang diperiksa oleh auditor dan rekening saya ditanyai. Saya lupa persisnya kapan, tapi itu sudah lama, setelah bail out Century.
Pusat Pelaporan bertanya kepada Anda?
Tidak. Makanya mereka tidak tahu bahwa saya punya promissory notes. Kalau mereka tanya, pasti saya kasih tahu.
Dokumen Pusat Pelaporan menyebutkan setoran valas ke rekening Anda dicurigai dari penggelapan kas valas Century oleh Dewi Tantular?
Ya, mungkin dia menggelapkan untuk membayar bunga kepada saya, tapi saya tidak ikut-ikut menggelapkan.
Bagaimana dengan perintah Dewi Tantular untuk menyetor valas ke rekening Anda tanpa setoran fisik bank notes dan tidak dibukukan?
Saya selalu memakai bank notes. Sebagai nasabah, saya tahunya hanya menyetor dan menerima uang. Saya tidak mengerti ada perintah-perintah internal.
Anda kenal dengan Dewi Tantular?
Tidak. Saya tidak berhubungan dengan pemilik, cukup dengan Steffanie saja. Kalau Robert Tantular, saya pernah bertemu di acara Perhimpunan Bank Umum Nasional.
Menurut nasabah kakap Century, Boedi Sampoerna, menjelang akhir 2008 kas Century mulai seret, tapi setoran Anda bisa jalan terus?
Tidak juga, setoran bunga mulai seret. Saya tanya ke Steffanie, kata dia tunggu dulu karena keuangan perusahaan sedang diberesin. Malah sejak November 2008 bunga bank berhenti dikirim karena Century sudah tidak punya uang. Sampai sekarang uang saya itu tidak kembali.
Berapa besar uang Anda di Century?
Awalnya sedikit lama-kelamaan semakin banyak. Kalau valas pernah sampai sekitar US$ 400 ribu. Itu tahun 2007. Sekarang masih tersisa sekitar US$ 200 ribu.
Gaji anggota DPR tak sebesar itu, dari mana Anda dapat uang miliaran?
Saya ini kan pedagang batu bara, dan pada 2007 usaha saya sedang bagus. Saya sudah melaporkan harta dalam bentuk dolar itu ke Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Jadi semuanya tercatat.
Anda menerima uang dari Nirwan Bakrie yang kemudian dititipkan di Century?
Itu uang saya sama Nirwan untuk usaha pertambangan di Kalimantan Timur. Karena diberikan sudah malam, jadi dititipkan saja di safe deposit karena besoknya mesti dipakai untuk membayar karyawan.
Uang itu tak ada hubungannya dengan kasus yang melilit bisnis keluarga Bakrie seperti lumpur Lapindo?
Urusan itu kan di Komisi VII, saya Komisi XI. Karena kami teman, saya memilih tidak ikut-ikutan membahas hal itu karena ada conflict of interest.
Persoalan ini sudah Anda bicarakan dengan Megawati?
Saya sudah lapor ke Ibu Megawati Soekarnoputri dan Fraksi PDIP. Mereka tanya, kalau saya betul bermain, ya bilang saja, supaya nanti saya dijagain. Saya bilang saya tidak main dan tidak ada yang kriminal. Ya sudah, mereka anggap selesai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo