Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font size=2 color=#FF9900>BAJAK LAUT</font><br />Pembebasan di Hari Buruh

Kapal kargo Sinar Kudus ditebus US$ 3 juta dan empat nyawa lanun. Pasukan dalam jumlah besar dikerahkan.

9 Mei 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETEGANGAN di Laut Somalia merambat hingga kantor PT Samudera Indonesia Tbk di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Ahad sore dua pekan lalu itu, sejumlah wartawan menunggu acara konferensi pers yang molor. ”Lima menit setelah mendapat kabar pembebasan, saya langsung menggelar konferensi pers,” kata Wakil Direktur Utama PT Samudera Indonesia David Batubara pekan lalu.

Kapal kargo Sinar Kudus milik Samudera Indonesia dibajak lanun Somalia sejak 16 Maret, dan baru bisa dibebaskan pada 1 Mei lalu. ”Bersamaan dengan Hari Buruh Internasional,” kata David. Samudera Indonesia membayar US$ 3 juta atau sekitar Rp 2,6 miliar sebagai tebusannya. Operasi militer digelar setelah kapal ditinggalkan perompak. Tentara Nasional Indonesia mengklaim menewaskan empat pembajak.

Operasi pembebasan yang diberi nama ”Duta Samudera” ini dipimpin Kolonel Taufik. Meski tidak memprioritaskan tindakan militer, pemerintah mempersiapkan kekuatan tentara yang tidak tanggung. Tapi, menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, negosiasi tetap pilihan utama.

l l l

PENGERAHAN pasukan gabungan TNI mulai dilakukan sepekan setelah kapal dibajak. Pada 23 Maret, dua kapal perang, KRI Yos Sudarso dan KRI Abdul Halim Perdanakusuma, serta satu helikopter mini diberangkatkan dari Tanjung Priok. Rombongan ini tiba di Kolombo, Sri Lanka, pada 29 Maret pukul 07.00.

Selang empat jam, Boeing 737 milik TNI Angkatan Udara tiba membawa sekitar seratus anggota pasukan khusus dari Kesatuan Intai Amfibi TNI Angkatan Laut dan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. Keesokan harinya, gabungan pasukan itu bergerak menuju perairan Somalia. Mereka mengintai dan mengamati kapal-kapal yang dikuasai lanun. Namun, karena tidak ada lampu hijau untuk menyerbu dari Jakarta, pada 6 April rombongan ini kembali ke Oman. Seorang opsir TNI mengatakan pasukan sudah siap melakukan operasi militer merebut Sinar Kudus. ”Anak-anak sudah geregetan untuk beraksi.”

Keputusan final pembebasan Sinar Kudus baru diambil dalam rapat gabungan Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, Kementerian Pertahanan, Markas Besar TNI, Badan Intelijen Negara, dan Kementerian Luar Negeri pada 13 April. Intinya: pada saat pelepasan kapal, akan dilaksanakan tindakan militer terhadap pembajak. Kebijakan ini mendapat otorisasi Presiden pada 18 April. ”Prioritas utama adalah keselamatan para sandera,” kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

Kedua kapal perang diparkir mendekat ke Sinar Kudus hingga berjarak hanya 10-15 mil. Rencana operasi militer diperkuat dengan mengirim sekitar 400 anggota pasukan cadangan yang diangkut dengan KRI Banjarmasin pada 21 April. Mereka terdiri atas Komando Pasukan Katak, Marinir, dan Detasemen Jala Mengkara dari TNI Angkatan Laut serta Peleton Intai Tempur Kostrad dan Detasemen Penanggulangan Teror Kopassus dari TNI Angkatan Darat. Total personel pasukan yang dilibatkan 897 orang.

Pada 15 April, terjadi kesepakatan jumlah uang tebusan antara Samudera Indonesia dan perompak, juga permintaan agar Sinar Kudus bergerak ke arah timur mendekati KRI yang sudah di sana. Pembayaran akan dilakukan pada 28 April. Pada hari pelaksanaannya, rencana itu batal karena kelompok perompak lain naik ke kapal.

Mereka menuntut ”harga” baru, US$ 9 juta, karena tahu nilai muatan bijih nikel milik PT Aneka Tambang yang mencapai Rp 1 triliun. ”Di antara pembajak sempat terjadi silang pendapat,” kata kapten Sinar Kudus, Slamet Jauhari, kepada Tempo.

Samudera Indonesia, lewat juru rundingnya, kemudian mengancam tidak akan membuat kesepakatan lain. ”Selebihnya, tentara yang akan mengambil alih,” David menuturkan. Ternyata para lanun ketakutan. Kelompok yang menuntut US$ 9 juta akhirnya meninggalkan kapal. Pada 29 April pagi, pemimpin perompak bernama Kapten Sallah memohon Samudera Indonesia bersedia kembali ke kesepakatan awal.

Berada di atas angin, Samudera Indonesia meminta pembajak membuktikan 20 awak kapalnya selamat dan sehat. Permintaan ini dijawab dengan mengirimkan foto lengkap para awak kapal melalui surat elektronik. Samudera juga menuntut berbicara dengan awak kapal satu per satu. Hingga malam hari, hanya 16 awak yang bisa dihubungi. Empat lainnya, tiga kru mesin dan satu juru masak, baru bisa tersambung lewat telepon pada 30 April pagi. ”Pembajak beralasan harus memanggil ke bawah,” ujar David.

Setelah mendapat kepastian, tim pengirim tebusanyang juga melibatkan agen Badan Intelijen Negara bergerak sekitar pukul 14.00. Dengan menggunakan pesawat ringan, uang dijatuhkan di samping kanan kapal dalam tiga bungkus berbeda. ”Pesawatnya berputar tiga kali, menjatuhkan satu per satu,” kata Slamet.

Uang didrop di laut pada jarak 300-500 meter dari kapal, yang diambil perompak dengan kapal kecil. Kegiatan itu diamati Satuan Tugas ”Duta Samudera” dari atas KRI Abdul Halim Perdanakusuma dan KRI Yos Sudarsodari jarak 5-10 mil.

Slamet meminta perompak menandatangani tanda terima uang tebusan. Kemudian ia turut membantu membuka paket uang yang dilakban dan dilapisi empat rangkap plastik terpal itu. Uang baru selesai dihitung para perompak malam harinya. ”Saya juga diminta ikut menghitung,” ujar Slamet.

Proses menghitung uang berlangsung sepanjang malam. Baru keesokan harinya, pada 1 Mei, perompak yang total berjumlah 60 orang itu meninggalkan kapal secara bergelombang. Grup terakhir sebanyak empat orang meninggalkan Sinar Kudus pukul 17.10 WIB. Ketika itulah operasi militer digelar.

Dua unit sea riderkapal cepatTNI Angkatan Laut mengejar para perompak. Helikopter ikut menguntit. ”Sempat tembak-menembak,” kata Slamet. Kejadian itu sekitar satu mil dari Sinar Kudus. Keempat perompak tewas. ”Kami tidak bisa mendapatkan tubuhnya, mungkin jatuh ke laut,” ujar Panglima Agus. Kapal kayu yang digunakan perompak dibawa pasukan TNI.

Hampir bersamaan dengan pengejaran, sekelompok pasukan TNI naik ke Sinar Kudus. Mereka mengecek semua bagian kapal, termasuk memastikan tidak ada bahan peledak yang dipasang perompak. Setelah semua aman, Sinar Kudus bersama kapal perang menuju Oman. Sejumlah barang Sinar Kudus raib digondol perompak, seperti mesin sekoci, lampu, piring, sendok, dan alat tidur.

Menurut David, kapal akan direparasi di Shalala, Oman. Selanjutnya, Sinar Kudus akan melanjutkan pelayaran ke Rotterdam, Belanda, dengan kru baru dan pengawalan anggota TNI di atas kapal. Anak buah kapal yang lama, 20 orang, dipulangkan langsung ke Indonesia, dan tiba di Jakarta pada Ahad malam.

Tito Sianipar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus