Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"Rudy Bilang Catatan itu Dibikin Sendiri"

29 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IMBAS Baligate merambah ke mana-mana. Salah satunya menerpa ke arah Adnan Buyung Nasution. Advokat kondang ini dipilih bekas Direktur Utama Bank Bali, Rudy Ramli, untuk mendampinginya. Karena itulah konsultan hukum PT Industri Pesawat Terbang Nusantara ini akhirnya gencar dituding sebagai bagian dari rekayasa menutup-nutupi aib besar itu. Sabtu lalu, pengacara berambut perak kelahiran Jakarta, 65 tahun lalu, ini menerima tim wartawan TEMPO. Berikut ini petikan wawancara itu.

Anda dicurigai sebagai bagian dari upaya menutup-nutupi skandal Bank Bali.

Abang diberitakan pernah mendampingi Rudy ke Apartemen Ascott dan ke Patra Kuningan. Di sana, katanya, Rudy ditekan untuk mencabut "catatan harian"-nya. Bohong semua itu.

Benarkah Anda mempengaruhi Rudy agar memecat pengacara Amin Aryoso?

Tidak benar itu. Kantor Abang pertama kali dikontak melalui seseorang pada Senin, 9 Agustus. Dia bekas klien kami dan bukan pejabat pemerintah. Waktu itu, saya masih di Australia. Yang pertama kali bertemu dengan Rudy adalah partner saya, Maqdir Ismail.

(Maqdir menambahkan, pertemuan kedua dengan Rudy berlangsung Rabu, 11 Agustus, di restoran Black Steer, Mal Ambassador. Saat itu, Rudy menerima telepon dari Deputi Bidang SDM Badan Penelitian dan Pengembangan PDI Perjuangan, Hartoyo. Nama Amin juga disebut. Setelah Maqdir pulang, Rudy menemui mereka di tempat yang sama.)

Abang bertemu dengan Rudy pada Kamis malam. Saya tanya apakah dia sudah menunjuk pengacara lain. Dia bilang sudah menunjuk Amin Aryoso. Abang terang-terangan keberatan. Wah, kalau dengan Amin, enggak bisa bekerja sama. Rudy lantas mengatakan surat kuasanya cuma berlaku satu hari, saat dimintai keterangan Bank Indonesia, 12 Agustus. Saya persilakan Rudy ke BI didampingi Amin dulu. Dan Abang bersedia membelanya setelah urusan dengan Amin selesai.

Tapi sejumlah saksi menyatakan, dalam pertemuan dengan PDI-P, Rudy mengaku telah memberikan catatan itu kepada Anda.

Abang baru mendapatkannya Senin, 16 Agustus, setelah heboh di koran. Sampai Sabtu, Rudy tidak pernah menyinggung kronologi itu.

Jadi, benar Rudy menghadiri pertemuan itu?

Rudy bilang dibawa Amin ke kantor Dimyati untuk bertemu dengan Theo F Toemion. Ternyata yang datang bukan cuma Theo. Juga ada Panda Nababan, Kwik Kian Gie, Dimyati, dan lainnya. Kronologi yang dia bawa dikopi Hartoyo. Saya bilang, kalau begitu caranya, Rudy bisa menjadi mainan politik. Dan itu pasti akan bocor. Itu kan privilege information yang dikasih ke Amin, lalu disebarkan di PDI-P. Ini bahaya, kalau tidak mau dibilang jahat. Ini bisa mencemarkan nama baik banyak orang. Ya, kalau benar. Kalau tidak, bagaimana?

Isi catatan harian itu sahih?

Abang tidak pernah mengeceknya satu per satu kepada Rudy, juga tak pernah menanyakan dalam konteks apa dia membuatnya, lalu apa motivasinya.

Rudy tidak pernah mengungkapkan kronologi itu kepada Anda?

Dia pernah bilang, tapi tidak mengungkapkan detail isinya. Buat Abang, perkara ini murni soal tagihan piutang Bank Bali. Jangan dicampur aduk.

Rudy mengaku membuat sendiri kronologi itu?

Ya, dia bilang memang dia yang bikin.

Ada yang menyuruhnya?

Sempat Abang tanyakan siapa yang menyuruhnya. Kok, bisa ingat semuanya secara rinci. Tapi dia enggak menjawab, kayak orang linglung. Rudy bilang, pokoknya itu tanggung jawab dia.

Benarkah Rudy pernah bertemu dengan Anthony Salim dan Timmy Habibie?

Benar. Katanya, dia dipanggil dan dinasihati jangan berdagang sama si Joko Tjandra, bahaya. Itu terjadi setelah tagihan Bank Bali keluar. Di situ memang ada Timmy (Habibie).

Dan Timmy bilang uang yang masuk cuma Rp 200 miliar?

Itu Abang enggak tahu. Sekarang kan sudah kusut. Klaim Bank Bali itu yang harus diperiksa dulu oleh polisi. Tagihan itu sepenuhnya hak dia. Katanya, sembilan bulan dia diperlakukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional seperti pengemis. Dalam tahap ini, kronologi itu tidak relevan.

Benarkah Tim Sukses Habibie terlibat?

Abang melihatnya sebagai dua hal yang terpisah. Soal itu, kami tidak mau ikut campur.

Rudy pernah bertemu dengan Habibie?

Dia enggak pernah cerita soal itu.

Bagaimana soal pertemuannya dengan Baramuli dan Tanri Abeng di Hotel Mulia?

Abang makin tak percaya dengan catatan itu. Ini sudah menjadi masalah politik. Abang akan terbakar kalau ikut-ikutan membahasnya, kecuali kalau nanti dalam pemeriksaan polisi dokumen ini dipakai.

Sanggahan Rudy dibuat setahu Anda?

Enggak. Saya baru tahu setelahnya. Dan Abang marah betul. Dia melakukannya atas keputusannya sendiri. Sedikit pun Abang tak diberi tahu apa isinya dan dalam situasi apa dia menekennya.

Kabarnya, Anda bakal diangkat menjadi jaksa agung?

Ada orang-orang di kabinet yang menginginkan Abang membereskan kejaksaan. Tiba-tiba saja banyak menteri yang kasih selamat. Sama sekali belum ada komitmen soal itu. Secara resmi, Habibie juga tidak pernah meminta Abang. Kalaupun diminta, tentu ada persyaratannya. Abang ingin menjadi jaksa agung untuk Republik, bukan untuk pemerintahan tertentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus