Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Prasetiya Mulya menggelar acara wisuda bertema "Into the Age of Human-Machine Companionship". Acara tersebut digelar di Indonesia Convention Exhibition BSD, Banten pada Jumat, 8 Desember 2023. Sebanyak 1.281 mahasiswa diwisuda berasal dari beberapa program studi seperti School of STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), School of Law and International Studies, dan School of Business and Economics.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisuda tersebut dihadiri oleh Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Edwin Soeryadjaya. Dalam sambutannya, Edwin mengatakan kehadiran perkembangan artificial intelligence (AI) harus direspons dengan baik oleh masyarakat, terutama lulusan dari Universitas Prasetiya Mulya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika para wisudawan bisa menerima dan terbuka untuk memanfaatkan AI, kata dia, maka bakal banyak kemajuan yang didapat. "Kami melihatnya sebagai peluang yang tak ternilai. Saya berharap dengan menggabungkan kreativitas dan inovasi, Universitas Prasetiya Mulya bisa jadi garda depan pembaruan pemikiran di Indonesia," ujar Edwin dalam siaran pers pada Jumat, 8 Desember 2023.
Pagelaran wisuda tersebut juga dihadiri oleh Kepala Bagian Umum Lembaga Layanan Pendidikan TInggi Wilayah III, Noviyanto. Ia menilai para wisudawan harus siap berkontribusi untuk tujuan Indonesia emas di 2045 mendatang.
Noviyanto menjelaskan, saat Indonesia berumur 100 tahun, generasi muda yang ada saat ini diharapkan bisa memimpin dan membawa kontribusi lebih terhadap kemajuan bangsa. Salah satu sektor yang bisa dimanfaatkan adalah kolaborasi di bidang teknologi. "Dalam rangka meraih tujuan itu, para lulusan harus unggul secara komparatif agar bersaing di kancah nasional dan internasional," ucap Noviyanto.
Hal yang sama juga disebutkan Stella Christie dari Tsinghua University. Ahli psikologi kognitif tersebut menilai bahwa gempuran manusia versus kecerdasan buatan tidak bisa dihindari. Masyarakat, kata dia, mungkin ada yang ketakutan untuk menghadapi kenyataan ini. Namun, sadar bahwa persaingan adalah salah satu cara menghadapinya.
"Ketakutan itu harus disertai kesadaran, walau AI sangat membantu ternyata teknologi ini tidak sepintar yang kita pikirkan. Jika kita memiliki kemampuan yang tidak dimiliki AI, maka kita akan bisa bersaing," ucap Stella.