Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

150 Pemuda Mancanegara Jadi Santri Belajar Toleransi

Selain berdiskusi dan menginap di pesantren, para peserta akan diajak untuk wisata religi ke sejumlah tempat di Jawa Timur.

29 Oktober 2017 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi pengarahan kepada peserta ASEAN Youth Interfaith Camp 2017 di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, 29 Oktober 2017. TEMPO/Ahmad Faiz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jombang - Sekitar 150 pemuda dari berbagai negara nyantri di Pondok Pesantren Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur. Mereka datang untuk mempelajari Islam dan toleransi beragama di Indonesia dalam acara ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Pusat Studi ASEAN, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU), Zahrul Azhar, mengatakan AYIC 2017 diikuti sekitar 150 peserta dari 21 negara. Mayoritas di antaranya beragama nonmuslim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Biar tahu hidup di pesantren kayak apa dan saya meyakinkan bahwa pesantren adalah pusat peradaban toleransi yang sebenarnya di Indonesia, yang menerapkan nilai-nilai Wali Songo dan Ahlusunnah wal Jamaah," kata Zahrul di UNIPDU, Jombang, Jawa Timur, Ahad, 29 Oktober 2017.

Zahrul menuturkan secara tidak langsung para "santri internasional" ini belajar Islam selama mengikuti AYIC 2017. Terlebih salah satu yang diperkenalkan di forum ini adalah konsep Islam Nusantara yang diterapkan di Indonesia sehingga bisa diaplikasikan ke negara masing-masing peserta.

Menurut Zahrul, yang penting dari agama Islam adalah nilai-nilai yang dianutnya, bukan tampilan luarnya. Cara pengaplikasian nilai Islam ini bisa berbeda-beda di tiap negara.

"Nah, value tentang rahmatan lil alamin-nya, harmoninya, dan saling menghargai sesama, bisa enggak diterapkan di masing-masing negara?" ujarnya.

Zahrul berujar AYIC 2017 sengaja menyasar para pemuda sebagai pesertanya. Sebab 60 persen masyarakat ASEAN saat ini berada di usia produktif.

"Kalau misal enggak diproduktifkan dengan pemikiran yang positif dan memberikan pemahaman toleransi yang baik, khawatirnya mereka akan menjadi potensi radikalisme dan intoleran," ucapnya.

AYIC 2017 berlangsung sejak 28-30 Oktober 2017. Selain berdiskusi dan menginap di pesantren, para peserta akan diajak untuk wisata religi ke sejumlah tempat di Jawa Timur.

Mereka akan dibawa ke Taman ASEAN, patung Buddha tidur di Trowulan, Gereja Mojowarno, makam Gus Dur, dan mengunjungi Dusun Ngepeh yang memiliki masjid, gereja, dan pura dibangun berdampingan.

Selain itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla akan memberikan arahan bagi para peserta AYIC 2017 ini.

Zahrul menjelaskan AYIC 2017 ini merupakan agenda resmi ASEAN yang berasal dari usulan komunitas pesantren untuk menjaga keamanan dan toleransi di kawasan Asia Tenggara dan dunia. "Ini persembahan komunitas pesantren untuk ulang tahun ASEAN ke 50," kata dia.

Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus