Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MEMASUKI masa kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta, mengejar sosok satu ini ternyata tidak sesulit yang dibayangkan orang. Setiap hari, mantan Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia bertampang kelimis ini memang wira-wiri keliling Ibu Kota. Ia terus bergerak menyambangi basis pendukungnya, hanya berhenti sejenak di satu tempat. Namun, ke mana pun dia pergi, Jenderal Polisi (Purnawirawan) Adang Daradjatun, kandidat yang diusung Partai Keadilan Sejahtera ini, tak pernah didampingi ajudan.
”Bang Adang”, demikian kini dia biasa disapa, harus bekerja ekstrakeras membujuk publik agar memilih dirinya pada hari pencoblosan dua pekan depan. Dalam setiap kampanyenya, dia tampak selalu berusaha berbicara langsung kepada warga, dan mendengar apa aspirasi mereka tentang masa depan Jakarta. Kepada Wahyu Dhyatmika dari Tempo, akhir pekan lalu, di markas tim suksesnya, sebuah hotel berbintang lima di jantung Ibu Kota, Adang menjelaskan apa saja programnya jika terpilih. Berikut petikannya:
Kenapa orang harus memilih Anda?
Pertama, karena kepemimpinan saya. Dalam kondisi DKI Jakarta seperti saat ini, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat, tapi bukan keras. Kuat dalam arti mampu membangun tata pemerintahan yang baik, supaya bisa melayani masyarakat. Kedua, karena keberpihakan saya pada rakyat miskin di Jakarta. Jangan lupa, orang miskin di Jakarta masih cukup banyak, terutama di pinggir kota. Saya sangat tidak ingin melihat kesenjangan sosial ekonomi di sini melebar.
Apa yang akan Anda lakukan untuk mengurangi kemiskinan?
Kemiskinan sangat erat berkaitan dengan pengangguran, akses pendidikan yang baik, dan masalah kesehatan. Untuk mengatasi pengangguran, saya yakin lembaga ekonomi mikro adalah katup terbaik. Mereka perlu dilatih menjadi entrepreneur kecil, juga diberi modal dan pembinaan.
Bagaimana dengan program kesehatan untuk rakyat miskin?
Meski sekarang ada kartu keluarga miskin, saya menyadari pengurusannya masih susah, lama, dan harus melalui banyak meja. Solusinya, menurut saya, adalah sistem jaminan asuransi. Itu yang ideal. Saya akan memikirkan bagaimana pola kerja samanya dengan provider asuransi yang bisa memberikan payung. Sehingga, begitu masuk rumah sakit ini, orang miskin tidak ditolak. Ada begitu banyak anak orang miskin yang meninggal atau penyakitnya makin parah karena rumah sakit menolak merawat mereka.
Bagaimana dengan premi asuransinya?
Kami akan mencari dan mengkaji dari beberapa kemungkinan. Salah satunya dengan subsidi silang dari premi orang kaya dan kelas menengah untuk orang miskin. Di Jakarta ini kan banyak orang berpunya, dan saya yakin mereka akan tersentuh serta memberikan sumbangsih dalam masalah ini. Jika kesenjangan sosial ekonomi di Jakarta melebar, yang susah kan mereka juga: tidak bisa berinvestasi, misalnya.
Apa tindakan Anda untuk meningkatkan kualitas pendidikan?
Kalau bicara tentang hal ini memang biasanya selalu berujung pada bagaimana uangnya. Tapi tiap tahun APBD Jakarta selalu meningkat. Karena itu saya akan mengutamakan program SMA gratis. Pada awal penerapannya, mungkin baju seragam dan bukunya masih harus membayar, tapi kita akan coba hilangkan secara bertahap.
Bagaimana dengan banjir?
Selain banjir, ada isu tentang rasa aman, sampah, transportasi, dan tata pemerintahan yang baik. Saya sendiri tetap menilai pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) sebagai solusi. Kenapa? Karena saya yakin membangun Jakarta harus dengan master plan. Jadi lucu kalau saya dituduh menjiplak program itu dan ikut-ikutan bikin BKT. Justru yang harus dilihat sekarang adalah mengapa program BKT tak kunjung selesai. Tampaknya, ya, masih ada korupsi dan permainan mafia. Kalau terpilih, saya akan keras kepada pemerintah pusat dan pejabat di bawah agar segera menyelesaikan program ini. Kalau ada mafia, tangkap saja.
Adakah solusi untuk mengatasi problem transportasi dan kemacetan?
Dari empat program yang selama ini dikedepankan—busway, waterway, monorel, dan subway—saya hanya akan memilih busway. Selain itu, saya tambahkan solusi transportasi publik Jakarta adalah kereta rel listrik (KRL).
Meskipun KRL resminya di bawah manajemen PT Kereta Api Indonesia, saya yakin penanganannya bisa dikoordinasi dengan Pemda Jakarta. Jakarta itu milik bersama, milik bangsa. Masalah-masalah di sini tidak bisa hanya diselesaikan Pemda DKI.
Bagaimana Anda membayangkan Jakarta setelah lima tahun Anda pimpin?
Saya ingin Jakarta bersih. Dalam lima tahun, Banjir Kanal Timur harus sudah selesai. Selain itu, saya yakin koordinasi PT KAI dan Pemda DKI dalam mengoperasikan KRL sebagai sarana transportasi publik Jakarta akan makin mantap. Dan jangan lupa, banjir akan berkurang, meski belum hilang sama sekali.
Apa yang akan Anda lakukan dalam 100 hari pertama jika terpilih?
Saya akan mengajak seluruh birokrat di Jakarta mengubah paradigma, dari orang yang biasa dilayani menjadi pelayan. Dalam periode itu, kita bicara tentang mutasi serta reward and punishment. Kalau ada wali kota atau camat, misalnya, yang melakukan pungutan liar, ya, saya ganti. Pejabat yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme akan ditindak tegas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo