Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TIGA puluh tahun kariernya dibenamkan dalam birokrasi. Itu sebabnya Fauzi Bowo paham betul lika-liku pemerintahan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Rupa-rupa jabatan sudah dilewati, dari kepala biro pemerintahan, pemegang kendali pariwisata, hingga wakil gubernur. Bawahan, atasan, dan para kawan memberinya julukan birokrat tulen.
Lahir 10 April 1948, Fauzi Bowo berasal dari keluarga Betawi. Masa kecilnya dihabiskan di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Pada 1966, ia sempat masuk Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Cuma setahun di situ, ia lalu terbang ke Jerman. Di negeri itu, ia kuliah di Technische Universitat Brunschweig.
Dari situ ia meraih gelar sarjana arsitektur, bidang perencanaan kota dan wilayah. Beberapa tahun kemudian, dia melanjutkan kuliahnya di Universitat Kaiserlautern, Jerman, dan memperoleh gelar doktor-ingenieur dengan predikat cum laude.
Warga Jakarta mengenang Fauzi melalui sejumlah terobosannya. Saat menjadi wakil gubernur, misalnya, dia menggulirkan Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Setiap kelurahan diberi dana satu miliar. Hasilnya cukup meningkatkan taraf hidup warga di 267 kelurahan di Ibu Kota.
Ilmu yang tinggi diramu dengan pengalaman 30 tahun mengurus Jakarta adalah modal Fauzi maju merebut kursi gubernur dalam pemilihan kepala daerah yang digelar Rabu pekan depan. Oleh sejumlah anggota tim suksesnya, Fauzi dijuluki ahli mengurus Jakarta. Modalnya kian jumbo karena pencalonan ini didukung sembilan partai politik. Masuk barisan ini sejumlah partai besar, seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Demokrat.
Jika pemilihan legislatif 2004 menjadi ukuran, Fauzi sudah mengantongi 56,5 persen suara. Angka tersebut adalah jumlah pemilih partai pendukung pada pemilihan umum saat itu. Dengan sedikit kerja keras, pendukung Fauzi yakin keluar sebagai pemenang. Di sela kesibukan kampanye, Fauzi Bowo menjawab pertanyaan Wens Manggut dari Tempo via telepon Selasa malam pekan lalu. Berikut ini petikannya.
Apa program yang Anda siapkan untuk mengatasi kemacetan Ibu Kota jika terpilih jadi gubernur?
Saya tidak bilang kemacetan bisa diatasi dalam tempo singkat. Tapi saya akan meneruskan program mass rapid transit yang sudah direncanakan. Saya kira model ini salah satu cara yang tepat untuk Jakarta.
Di Jakarta ada sekitar 542 ribu penduduk yang tidak memperoleh pekerjaan alias menganggur. Apa langkah Anda untuk mengatasi persoalan ini?
Saya tidak berjanji bahwa saya bisa menciptakan satu juta lapangan kerja. Pengangguran itu ada hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, ada hubungannya dengan investasi. Yang akan saya lakukan adalah memberikan insentif kepada para investor agar mereka tertarik berinvestasi, yang otomatis menyedot tenaga kerja.
Adakah cara lain untuk menggaet investor?
Saya akan membuat sebuah kawasan khusus investasi di daerah Jakarta Utara. Pengusaha yang mau berusaha di situ diberi insentif. Diharapkan proyek ini bisa menyedot tenaga kerja.
Apakah Anda menyiapkan program khusus untuk warga miskin di kampung-kampung Jakarta?
Saya akan memberikan bekal agar mereka bisa berusaha dan menciptakan lapangan kerja untuk mereka sendiri. Cara ini pernah sukses lewat Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo