HADIAH tahun baru buat PDI Timor Timur boleh dibilang istimewa. Partai Banteng itu mempunyai ketua baru, Gabriel da Costa, tanpa melalui pemilihan dalam konperensi daerah. Dan ketua lama, Samuel Alex Petruz, dicopot. Samuel terpilih dalam konperensi daerah 1990. Mestinya tugasnya baru habis tahun 1995. Tapi masa jabatannya diperpendek oleh surat yang dilayangkan Sekjen PDI Nico Daryanto kepada Panglima Kolakops Brigjen. Theo Syafei 30 Desember lalu. Dalam surat tersebut, Nico meminta bantuan Theo agar menyampaikan pada Samuel mengenai penggantian ketua itu. Selanjutnya, Samuel ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Daerah. Alasan Nico ''menitipkan'' surat itu ke Theo Syafei karena ia tak ketemu Samuel ketika berkunjung ke Tim-Tim akhir tahun lalu. Dan surat pemecatan sendiri baru diteken 5 Januari oleh Ketua dan Sekjen PDI, Soerjadi dan Nico. ''Saya pasrah menerima pemberhentian sebagai ketua,'' kata Samuel. Pemecatan itu sebenarnya sekadar akhir kemelut yang melanda PDI Tim-Tim sejak usai Pemilu 1992. Beberapa pengurus tak puas pada langkah-langkah yang diambil Samuel. ''Saya sangat kecewa dengan cara ketua yang seenaknya itu,'' kata Sekretaris PDI Tim-Tim, K.E. Tampubolon. Ketua PDI itu, misalnya, dikecam karena memberikan sisa suara 8.000 buah lebih kepada PPP yang punya kelebihan hampir 7.500 suara tanpa musyawarah dengan pengurus yang lain atau minta persetujuan PDI Pusat. Dengan tambahan itu, PPP bisa mendapat satu kursi di DPRD I Tim-Tim. Akibatnya, PDI hanya kebagian lima kursi. Samuel juga dianggap seenaknya mengubah nomor urut calon anggota DPRD, sehingga banyak pengurus PDI tak kebagian tempat. Karena ketidakpuasan itu, Tampubolon dan Gabriel melaporkannya ke PDI Pusat. DPP segera bereaksi dengan memberi surat peringatan keras pada Samuel, Juli lalu, yang kemudian disusul dengan pernyataan men-status-quo-kan DPD Tim-Tim. Tak boleh ada angkah prinsipil tanpa persetujuan Pusat. Tampaknya tindakan Pusat itu dianggap belum meredam ketidakpuasan. Yang masih menjadi sorotan pengurus lainnya adalah penunjukan sanak keluarga Samuel untuk menjadi pengurus cabang- cabang. Bahkan dari lima kursi DPRD I yang didapat pemilu lalu, tiga di antaranya untuk keluarganya. Sebenarnya, jasa Samuel tak sedikit. Ia telah merintis PDI tumbuh di Tim-Tim. Dengan menggenjot sepeda, kakek berusia 64 tahun itu mencari massa ke desa-desa. Hasil kerjanya memang tampak berbuah, seperti kenaikan perolehan kursi di DPRD I, dari nol pada tahun 1982 naik menjadi dua buah (1987), dan lima kursi pada Pemilu 1992. Karena pengaduan terus mengalir, Nico Daryanto ditugaskan DPP ke Tim-Tim 27 Desember lalu untuk menyelesaikannya. Di sana, ia mencari masukan soal dua kubu yang berkonflik itu dari berbagai pihak, termasuk gubernur, Pangkolakops, atau pihak lainnya. Dari masukan itulah, Nico kemudian mengirim surat tadi. Kecuali menggusur ketuanya, PDI juga mengganti tujuh pengurus DPD lainnya, anak buah Samuel. Walau mengaku pasrah menerima pemecatan itu, Samuel pekan lalu masih sempat memberi keterangan pada wartawan bahwa ia akan hadir dalam rapat pimpinan PDI di Jakarta pekan ini. Padahal, ketua baru Gabriel dan sekretarisnya, Tampubolon, telah mengirim foto untuk tanda pengenal rapat pimpinan PDI yang akan memutus calon presiden dan wakil presiden itu. Diah Purnomowati dan Ruba'i Kadir
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini