Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Andy Kosasih:

8 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DOKUMEN itu tertata rapi: perjanjian kontrak, akad kredit, juga bukti pengiriman uang ke sejumlah alamat. Sebagian dibundel dalam bentuk buku, sisanya cuma dijepit. Si empunya dokumen bernama Andy Kosasih, pria separuh umur yang mewakili Swifth Air dalam jual-beli helikopter Mi-17 antara TNI Angkatan Darat dan Rosoboronexport dari Rusia. Swifth, yang berkantor di Singapura, bergerak dalam bisnis jual-beli peralatan militer.

Transaksi tersendat karena Andy tak kunjung mengirim uang muka pembelian pesawat itu. Padahal, uang muka US$ 3,2 juta sudah dikirim oleh Departemen Keuangan pada Desember 2002. Terganjal pembayaran macet itu, sejumlah pilot dan teknisi TNI-AD yang dilatih di Rusia beberapa waktu lalu nyaris dipulangkan. Betulkah Andy menggelapkan dana itu?

"Tidak! Kami tidak membayar karena Alternarig tidak sanggup menepati janji," tuturnya. Alternarig adalah kreditor dari Malaysia yang bersedia membantu transaksi ini. Kepada TEMPO, Kosasih membuka habis dokumen tersebut dan menyodorkan sejumlah bukti transfer dana kepada sejumlah orang yang disebutnya wakil Alternarig. Menurut dia, transaksi jadi kacau karena sejumlah orang bernafsu ikut. "Ketika uang sudah di depan mata, banyak orang yang ngiler," ujarnya.

Walau tak begitu dikenal luas, Andy Kosasih sesungguhnya telah lama malang-melintang dalam jual-beli peralatan militer. Bermula dari jual-beli parasut, bisnisnya berkembang pesat di bawah payung PT Inti Sarana Bima Sakti. Rabu pekan lalu, ia menerima Wenseslaus Manggut, Edy Budiyarso, dan Arif Zulkifli dari TEMPO di Apartemen Park Royale, Jakarta Pusat. Menghabiskan beberapa batang rokok kretek selama satu setengah jam, kadang suaranya meninggi terutama ketika ia menjelaskan kejanggalan dalam transaksi Mi-17 ini.

Bagaimana sebetulnya awal mula pembelian helikopter dari Rusia itu?

Transaksi ini bermula dari kerja sama antara Swifth Air and Industrial Supply di Singapura dan pihak Angkatan Darat dalam pembelian empat helikopter Mi-17 dari Rusia, Desember 2002. Karena saya wakil dari Swifth, saya tentu saja ikut dalam transaksi ini. Karena transaksi ini sifatnya kredit ekspor, kredit seharusnya berasal dari Rusia juga. Tapi, karena Rusia tidak punya kredit semacam itu, dicari sebuah lembaga yang bisa mendanainya. Saat itu banyak perusahaan yang datang melamar. Salah satunya adalah Alternarig dari Malaysia, yang dibawa oleh seseorang bernama Ishak. Disepakati bahwa skemanya adalah 15 persen sebagai uang muka akan dibayar pemerintah, dan 85 persen akan dibayar oleh Alternarig. Dalam negosiasi ini Alternarig diwakili seseorang bernama Eki Darmaputra. Eki itu mendapat surat kuasa resmi dari Alternarig.

Mengapa transaksinya tersendat?

Pada perkembangan selanjutnya, ternyata Alternarig tidak performed. Padahal prosesnya sudah berjalan jauh dan sejumlah uang sudah pula dikeluarkan. Karena Alternarig tidak performed, kami tentu saja kesulitan cash flow.

Anda sudah menerima dana 15 persen itu dari Departemen Keuangan, tetapi belum meneruskannya ke Rosoboronexport. Mengapa?

Betul kami sudah menerima dana itu. Tidak dibayar karena terbentur mekanisme internal di Rusia. Di sana ada peraturan bahwa transaksi baru berjalan jika sudah ada izin ekspor dari presiden. Nah, izin itu baru dikeluarkan oleh Presiden Putin pada sekitar Agustus 2003. Jadi, sebelum itu Rosoboronexport belum bisa menerima uang muka.

Tapi, setelah Agustus itu, Anda pun tak kunjung membayar?

Cash flow kami sudah berantakan karena Alternarig tidak mau membayar.

Apa hubungan uang muka itu dengan Alternarig? Bukankah yang 15 persen dan 85 persen itu terpisah?

Kalau dana 85 persen itu tidak keluar, kan repot juga. Dalam kontraknya, jika proses pembuatan helikopter sudah 60 persen, Alternarig akan mencairkan 45 persen dari dana itu. Tapi sampai sekarang dana itu tak kunjung cair juga, padahal helikopter sudah siap test flight. Kami jadi ragu. Dan harus diingat, kami sudah membayar sejumlah dana ke Alternarig sebagai bridging untuk letter of credit-nya.

Jumlahnya berapa?

Sekitar Rp 4,5 miliar. Semua dana itu diterima oleh Eki Darmaputra sebagai wakil mereka. Kami menyimpan buktinya.

Anda menerima uang muka US$ 3,2 juta dari Departemen Keuangan pada Desember 2002. Bunganya masuk kantong Anda, dong?

Tapi pengeluaran transaksi ini juga jalan terus.

Alternarig akhirnya mundur dari perjanjian karena Anda tak kunjung membayar uang muka itu?

Bukan itu masalahnya. Pada 30 Desember 2003, Eki bilang bahwa dia sudah mengirim duit $ 2,6 juta sebagai bagian dari 85 persen itu. Saya senang sekali. Belakangan, pihak Rusia bilang bahwa surat dari BNI (Bank Negara Indonesia—Red.) itu palsu. Eki bilang bahwa sebetulnya dana memang belum ditransfer, tapi BNI akan membantu kita. Lo, ini bagaimana?

Tapi sejumlah sumber menyebutkan, justru Andalah yang bikin bukti palsu atas nama BNI itu?

Tidak benar. Beberapa hari belakangan ini saya terus mengawasi Eki. Bahkan 24 jam nonstop kami mengawasinya. Soalnya, dia sudah menerima uangnya.

Tapi, betulkah Eki Darmaputra itu mewakili Alternarig?

Lo, ada surat kuasanya. Bagaimana kami tidak percaya? Celakanya, belakangan Alternarig membawa seseorang bernama Asman yang mereka bilang sebagai wakil resmi mereka. Saya sendiri tidak tahu siapa lagi si Asman itu. Mereka mengaku tidak mengenal Eki. Ini kan keterlaluan, karena semua dana sudah kami kirim ke Eki. Dan jumlahnya sudah Rp 4,5 miliar.

Para penerbang yang dikirim ke Rusia terancam dipulangkan karena Anda tak bayar uang muka itu?

Tidak betul. Kami membiayainya. Malah ada dua orang dari Angkatan yang masih di Rusia untuk mencatat progres pembuatan helikopter itu. Dan kami selalu mengirim biayanya karena itu merupakan bagian dari paket. Tanggal 12 Februari ini, sebuah tim dari Angkatan Darat dan Departemen Pertahanan akan ke Rusia. Visanya sedang diurus.

Katanya, pelatihan itu diteruskan karena kebaikan Rusia saja?

Tidak benar itu. Semua fakta diputar-balik. Kami sudah membahas masalah ini dalam rapat di Departemen Keuangan belum lama ini. Kesimpulannya, Alternarig dibatalkan dan segera mencari kreditor baru. Kami sedang menjajaki beberapa kreditor baru itu.

Bukankah Anda yang dipecat dari transaksi ini?

Tidak. Alternarig-nya yang diganti. Di depan peserta rapat di Departemen Keuangan itu secara terbuka saya mengatakan, kalau mau tahu soal Eki Darmaputra, ya, tanya sama Saudara Ishak, yang hadir dalam rapat itu. Ishak gelagapan dan bilang dia enggak kenal Eki. Ishak ngotot bahwa dirinya mewakili Asman.

Anda juga pernah membayar sejumlah uang kepada Ishak?

Ya. Ishak itu yang mempertemukan kami dengan Alternarig. Dia juga mempertemukan Alternarig dengan Departemen Keuangan. Kami memberi US$ 3.500 kepada Ishak. Tapi itu semacam consultant fee saja.

Katanya, kontrak itu mulanya bekerja sama dengan PT Putra Pobiagan milik Bram Manopo?

Putra Pobiagan itu mitra Swifth di sini. Pemiliknya Bram Manopo dan Irsal Chaniago. Tapi Pak Irsal Chaniago sudah mengirim surat ke Angkatan Darat bahwa Bram tidak ada urusannya dalam transaksi ini. Pak Irsal itu teman saya.

Apa jalan keluar yang Anda siapkan?

Dalam waktu dekat ini, kami akan berusaha mencari kreditor baru. Transaksi ini sudah berjalan lama. Semuanya juga sudah siap. Helikopter hampir selesai. Cuma, banyak orang ngiler melihatnya dan mau ikutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus