Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tersisih dari Bursa Calon Gubernur

Kans Anies Baswedan kembali bertarung di pilkada Jakarta menipis. Partai politik memprioritaskan mengusung kader internal.

17 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana ampanye Pilkada DKI Jakarta di kawasan Cilincing, Jakarta, 2017. Dok. TEMPO/STR/Dian Triyuli Handoko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARTAI Keadilan Sejahtera menutup peluang mengusung kembali Anies Baswedan dalam pemilihan gubernur Jakarta pada tahun ini. Partai berlambang bulan sabit kembar itu memilih mengusung kader sendiri sebagai calon gubernur dalam pemilihan kepala daerah atau pilkada Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“PKS berusaha mengusung kader sendiri untuk maju di pilkada Jakarta,” kata koordinator juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, Selasa, 16 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan partainya tengah menggodok sejumlah nama di lingkup internal sebagai kandidat calon gubernur. Di antara nama itu adalah Muhammad Sohibul Iman, mantan Presiden PKS yang saat ini menjabat Wakil Ketua Majelis Syura PKS. “Kami yakin Sohibul Iman memiliki kapasitas yang layak untuk dipilih,” kata dia.

Ahmad juga menjelaskan alasan partainya tak lagi mengusung Anies di pilkada Jakarta. Ia mengatakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu sudah berada di level politik tertinggi, yaitu sebagai calon presiden pada pemilihan presiden 2024. Dengan demikian, PKS tak ingin mendegradasi level politik Anies dengan kembali mengusungnya sebagai calon gubernur.

PKS merupakan pengusung Anies di pilkada DKI Jakarta pada 2017. Saat itu, PKS berkoalisi dengan Partai Gerindra. Mereka mengusung Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno—saat ini menjabat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pasangan ini memenangi pilkada Jakarta dalam dua putaran pemilihan dengan mengalahkan pasangan calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat serta Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

Dalam pemilihan presiden 2024, PKS mengusung Anies sebagai calon presiden berpasangan dengan Abdul Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden. PKS bersama Partai NasDem dan Partai Kebangkitan Bangsa—tergabung dalam Koalisi Perubahan—mengusung Anies-Muhaimin. Namun pasangan calon presiden nomor urut satu ini kalah dalam pemilihan presiden sesuai dengan hasil pleno rekapitulasi suara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum.

Sesuai dengan hasil pleno KPU, Anies-Muhaimin memperoleh 40,97 juta suara atau 24,95 persen dari total 164 juta suara sah nasional. Mereka unggul atas pasangan calon presiden Ganjar Pranowo dan Mahfud Md. yang meraih 27,05 juta suara atau 16,47 persen. Namun Anies-Muhaimin kalah dari Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang meraih 96,21 juta suara atau 58,59 persen.

Anies-Muhaimin lantas mengajukan sengketa perselisihan hasil pemilihan presiden ke Mahkamah Konstitusi. Sidang sengketa pemilihan presiden memasuki tahap penyerahan kesimpulan pemohon, termohon, dan pihak terkait, Selasa kemarin. Mahkamah Konstitusi menjadwalkan pembacaan putusan perkara ini pada Senin pekan depan.

Anies Baswedan saat melakukan kampanye Pilkada DKI Jakarta di kawasan Cilincing, Jakarta, 2017. Dok. TEMPO/STR/Dian Triyuli Handoko

Serupa dengan PKS, PKB juga menutup peluang mengusung Anies sebagai calon gubernur di pilkada Jakarta pada tahun ini. Wakil Ketua Umum DPP PKB Jazilul Fawaid mengatakan partainya akan memprioritaskan kader PKB untuk bertarung di pemilihan Gubernur DKI Jakarta. “Semua (peluang) masih dikalkulasi. Namun kader internal menjadi prioritas,” kata Jazilul, Selasa kemarin.

Seorang anggota pengurus pusat PKB mengatakan partainya tengah mempertimbangkan dua nama di lingkup internal untuk maju di palagan pilkada Jakarta. Kedua nama itu adalah Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKB Jakarta Hasbiallah Ilyas. 

Ia juga menjelaskan alasan PKB tak melirik Anies. Pertimbangan utamanya adalah PKB tak ingin mendegradasi level politik mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut. 

Saat dimintai konfirmasi ihwal nama Ida Fauziyah dan Hasbiallah Ilyas, Jazilul Fawaid justru memberi jawaban berbeda. Jazilul mengatakan PKB masih berfokus mengawal sidang sengketa pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi. Ia juga mengatakan partainya masih mengkalkulasi dinamika politik yang berkembang. “Tapi kami tetap prioritaskan mendorong kader internal,” kata Jazilul.

Berbeda dengan PKS dan PKB, Partai NasDem justru tetap membuka peluang bagi Anies untuk kembali bertarung di pilkada Jakarta. Sekretaris Jenderal Partai NasDem Hermawi Taslim mengatakan partainya masih berpeluang mengusung Anies sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Keputusan NasDem nantinya disampaikan Surya Paloh, Ketua Umum DPP NasDem.

Meski begitu, Hermawi mengatakan NasDem memprioritaskan mengusung kader partainya di pilkada Jakarta. Salah satu nama di lingkup internal NasDem yang menguat adalah Ahmad Sahroni, Bendahara Umum NasDem sekaligus Wakil Ketua Komisi III DPR.

“Semua masih dinamis. Anies dan Sahroni masih berpeluang. Tunggu saja keputusan DPP NasDem,” kata Hermawi.

Adapun Partai Gerindra, yang dulu mengusung Anies di pilkada Jakarta 2017, kemungkinan besar akan mengajukan Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Dua anggota pengurus pusat Gerindra membenarkan kabar partainya akan mengusung mantan Gubernur Jawa Barat itu sebagai calon gubernur di pilkada Jakarta.

Anies Rasyid Baswedan menyampaikan sambutan dalam Rakernas PKS 2023 di Jakarta, 24 Februari 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis

Saat dimintai konfirmasi, Anies tak bersedia menanggapi urusan pilkada Jakarta. “Kami sekarang sedang menunggu MK. Jadi kami semua fokusnya di situ. Tuntaskan proses ini sampai akhir,” kata Anies di kediamannya, di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa malam kemarin.

Maret lalu, juru bicara Anies, Billy David Nerotumilena, juga mengatakan Anies belum mempertimbangkan urusan pilkada Jakarta karena berfokus mengawal sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi. “Belum ada keputusan apa pun soal pilkada,” kata Billy.

Peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan Anies masih berpeluang besar diusung sebagai calon gubernur di pilkada Jakarta. Pertimbangannya, Anies memiliki basis konstituen dan elektabilitas yang tinggi di Jakarta. 

“Amat disayangkan kalau tidak diusung dengan elektabilitasnya yang cukup tinggi ketimbang nama-nama lain saat ini,” kata Usep.

Ia berpendapat bahwa Anies memiliki kans besar memenangi pilkada Jakarta pada tahun ini. Calon rival terberat Anies di antaranya adalah Ridwan Kamil. Emil—sapaan Ridwan Kamil—bakal diusung oleh Partai Golkar dan Gerindra. Namun, “Sejauh ini Jakarta belum seramah Jawa Barat bagi Ridwan Kamil,” ujar Usep.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro yakin Partai NasDem akan kembali mengusung Anies di pilkada Jakarta. Agung menduga NasDem tengah memetakan dinamika politik sambil menunggu putusan Mahkamah Konstitusi terhadap sengketa pemilihan presiden. “Anies bisa dikatakan sebagai alternatif dan kartu as NasDem di pilkada apabila gugatan di MK ditolak,” kata Agung.

Agung menilai kans Anies memenangi pilkada Jakarta relatif sulit. Sebab, pilkada Jakarta ini bakal diikuti sejumlah kandidat dengan elektabilitas tinggi, seperti Ridwan Kamil, Ahmad Sahroni, Hasbiallah Ilyas, dan Sohibul Iman. “Yang memberatkan adalah Anies tidak memiliki partai,” ujarnya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus