Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Antara Traktor & Penganggur

Jumlah petani penggarap sawah di Karawang kurang, padahal sawah banyak dimiliki orang Jakarta. Bupati Tata Suwanta ingin tetap sebagai daerah beras, sehingga mendatangkan traktor.(dh)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARAWANG masih ingin membuktikan diri sebagai lumbung padi di Jawa Barat. Setidaknya urusan menanaman padi masih akan terus dipertahankan sebagai ciri khas kabupaten ini. Buktinya, ulang tahun Karawang ke-356 pada 8 Pebruari lalu dimeriahkan dengan puncak acara menanam padi secara masal di Desa Jatisari. Sebelum abad 17 Karawang disebut Karawaan. Ini lantaran daerah ini sebagian besar terdiri dari rawa-rawa. Orang Belanda menyebut Karawang dengan Caravan. Orang Portugis menamakannya Cravanger. Tapi apa pun sebutannya, selama beberapa waktu Karawang merupakan gudang beras Jawa Barat di samping Cianjur. Produksinya sampai 1975 tercatat 432 ton gabah setahun. Namun sesudah berbagai sergapan hama menjatuhkan nama baik kabupaten ini di bidang pertanian padi, belakangan ini Bupati Tata Suwanta menghadapi kesulitan baru: jumlah petani penggarap di Karawang ternyata kurang. Padahal golongan inilah yang selama ini dikenal sebagai pekerja-pekerja utama. Lebih-lebih karena "sawah di Karawang banyak dimiliki orang Jakarta" seperti dibenarkan Bupati Suwanta. Sehingga banyak sawah yang mengandalkan tenaga semata-mata kepada para penggarap alias buruh sawah ini. Maka disebut-sebutlah rencana pemerintah daerah untuk mendatangkan traktor tangan llntuk mengisi kekurangan tenaga tadi. Malahan ir. Sutama dari Kantor Wilayah Departemen Pertanian Jawa Barat di Bandung sudah menycbut jumlah traktor yang dibutuhkan tak kurang dari 2.700 buah. Menurut Sutama dari 445.000 hektar sawah di Jawa Barat hanya 315.000 hektar saJa yang selama ini tergarap tepat pada waktunya. Selebihnya tertunda karena petani penggarap pada saat-saat pengerjaan sawah banyak yang lebih tertarik pada pekerjaan di luar pertanian. Pemungut Rongsokan Tapi dari pihak lain Kantor Resor Tenaga Kerja Kabupaten Karawang mempunyai catatan lain. Menurut instansi ini dari 1,2 juta penduduk daerah ini (73% di antaranya petani) tahun lalu tercatat penganggur 39.000 orang. Barangkali berdasar angka ini, llarian Mandala di Bandung bulan lalu menulis tentang ribuan bekas buruh tani di Karawang telah beralih profesi antara lain sebagai pemungut berbagai benda rongsokan. Kata harian itu hal ini adalah akibat desakan traktor-traktor tangan tadi. Bupati Karawang segera memhantah "Mereka buruh musiman" tutur Tata Suwanta kepada Helman Eidy dari TEMPO: "ketika tak mengerjakan sawah mereka mencari kerja sambilan." Karena traktor atau bukan, tapi diperkirakan 10 orang tenaga manusia hasil kerjanya akan sama dengan sebuah kerbau peminum solar itu. Sebaliknya jika dilihat dari keinginan Bupati Tata untuk memulihkan nama baik daerahnya, pemakaian mesin itu memang jauh lebih menguntungkan. Dan keinginan bupati ini rupanya sulit ditawar mengingat pengalaman pahit daerah ini dalam waktu-waktu terakhir. Tahun 1976 hama wereng mengganas hampir di seluruh pelosok areal pertanian Karawang. Malahan Pemerintah Pusat harus mengirim bantuan 300 ton, karena kelaparan menyembul di beberapa wilayah. Bupati Tata yang tentu saja malu hati, harus bekerja keras memulihkan kedudukan daerahnya sebagai gudang pangan. Misalnya untuk melawan ancaman hama padi ia menggalakkan anjuran agar petani tidak hanya menanam padi. Tapi juga tanaman lain, Seperti kacang tanah, kedelai, jagung dan berbagai jenis palawija. Sayang anjuran itu tak selancar harapan. Karena petani menganggap hasil tanaman sampingan itu kurang menguntungkan. Juga karena seperti diakui Tata Suwanta, sawah di daerah ini banyak dimiliki orang Jakarta. Sehingga si petani pengolah tak mungkin melaksanakan anjuran sang bupati.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus