Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan menyatakan Pemerintah Indonesia mewaspadai penyebaran COVID-19 varian KP.1 dan KP.2 yang sedang bersirkulasi di Singapura.
Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan pemerintah memiliki strategi dalam penanggulangan COVID-19, dengan mengintensifkan kapasitas mencakup manajemen klinis, surveilans, imunisasi, hingga promosi kesehatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syahril mengatakan sejumlah upaya juga telah disiapkan seperti rumah sakit yang memiliki peringatan dini (early warning) dalam konversi tempat tidur hingga tenaga cadangan. Pemerintah juga memerhatikan kesiapan perbekalan kesehatan mencakup oksigen, obat-obatan serta vaksinasi, terutama bagi kelompok berisiko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemenkes mencatat saat ini sudah terbentuk jejaring pada lebih 15.000 fasilitas kesehatan, laboratorium, dan Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) di seluruh Indonesia untuk memantau penyebaran penyakit potensial penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB), termasuk COVID-19.
“Kami selalu menyampaikan di media-media publikasi Kemenkes, bahwa COVID-19 belum hilang, dan kita harus belajar untuk hidup bersama dengan COVID-19,” kata Syahril, dikonfirmasi pada Sabtu, 25 Mei 2024.
Kasus Covid-19 di Singapura telah mengalami lonjakan signifikan belakangan ini. Pada pekan 5-11 Mei 2024, jumlah kasus hampir dua kali lipat menjadi 25.900 dibandingkan dengan pada minggu sebelumnya sejumlah 13.700 orang, demikian dilaporkan Straits Times, Sabtu, 18 Mei 2024.
Peningkatan itu menyebabkan angka rata-rata harian yang dirawat di rumah sakit dari 181 menjadi 250 pasien. Menteri Kesehatan Ong Ye Kung pada Sabtu pekan lalu menyarankan penggunaan masker lagi.
Dikutip dari laman CNA, lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh varian baru, termasuk KP.1 dan KP.2, yang saat ini mendominasi lebih dari dua pertiga kasus Covid-19 di Singapura. Meskipun varian-varian ini tidak menunjukkan tingkat penularan atau keparahan yang lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya, berkurangnya kekebalan dalam populasi mungkin berkontribusi pada peningkatan kasus.
Meskipun ada lonjakan kasus di Singapura, Kemenkes RI menegaskan belum ada urgensi pembatasan perjalanan. Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril, mengutip publikasi Kementerian Kesehatan Singapura, menyatakan penilaian risiko yang ada saat ini, belum ada urgensi untuk melakukan pembatasan perjalanan dari atau ke Kota Singa.
“Situasi transmisi COVID-19 masih terkendali. Jadi, sekarang ini belum memerlukan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat meskipun ada lonjakan kasus,” kata Syahril.
Dalam keterangan yang sama, Syahril mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) seperti cuci tangan, menggunakan masker bila sakit termasuk di kerumunan/alat angkut. Kemenkes juga meminta masyarakat segera melengkapi vaksinasi COVID-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Permintaan alat tes COVID-19 di Singapura meningkat tajam di tengah lonjakan kasus infeksi baru-baru ini. Beberapa apotek dan supermarket melaporkan kehabisan stok alat tes Antigen Rapid Test (ART) karena pelanggan membeli dalam jumlah besar begitu stok tersedia.
Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) telah meminta rumah sakit umum untuk mengurangi kasus operasi elektif yang tidak mendesak dan memindahkan pasien yang cocok ke fasilitas perawatan lain atau perawatan di rumah. MOH juga menekankan pentingnya vaksinasi lanjutan untuk menjaga kekebalan terhadap virus.
Pilihan Editor: Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura karena Subvarian KP.1 dan KP.2, Jumlah Pasien Sepekan Naik 2 Kali Lipat