Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Apakah anda guru yang ideal ?

Radio strato surabaya memprakarsai diskusi "guru ideal '88" di balai surabaya post. di dalam kelas guru itu terlalu serius, kurang berhumor. sebuah diskusi tentang guru ideal dengan makalah dari siswa smta.

18 Juni 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GURU ideal itu seperti apa, ya~ "Ja~ngan seperti macan, sehingga tidak perlu-ditakuti oleh siswa," kata Dina Listiarini, pelajar SMAN 9 Surabaya. Yang penting berwibawa sehingga disegani. Untuk itu, menurut Dina lagi, seorang guru janganlah merokok di dalam kelas, pakaiannya rapi - misalnya, kancing baju atas jan~gan dibuka. Ada delapan kriteria yang disampaikan Dina untuk menyimpulkan seorang guru yang ideal. Dan, yang penting ini: guru harus bisa menciptakan suasana yang aktif sehingga murid bisa mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan jika perlu mendebat gurunya. "Siswa juga berhak mengemukakan pendapat di kelas," kata Dina. Dina Listiarini adalah salah seorang dari lima finalis yang makalahnya dibicarakan dalam diskusi "Guru Ideal '88" yang berlangsung di Surabaya, Kamis pekan lalu. Finalis lain Wawan Sidharta ~siswa (SMAN 2 Surabaya), Satrio Anggoro Waskito (SMAN I Blitar), Agus Setiawan (SMA Dr. Soetomo Surabaya), dan Achmad Mury (SMAN 10 Surabaya). Kelima finalis ini disaring dari 39 makalah yang dikirimkan siswa SMTA di bcrbagai kota di Jawa Timur. Diskusi itu diprakarsai oleh pengelola radio swasta Strato Surabaya yang punya semacam "kelompok pendengar" dengan nama Karsa (Kekerabatan Antar-Siswa se-Surabaya). "Tujuannya memberi kesempatan kepada siswa agar berani mengeluarkan pendapat secara terbuka dan berani mempertanggungjawabkannya. Jangan hanya menggerutu," kata Hardi Waluyo Atmodjo, ketua panitia diskusi ini. Selama ini, menurut Hardi, problem pelajar yang disorot hanya seputar kenakalan remaja, pergaulan bebas, perkelahian aritarsiswa, narkotik. Jarang yang membicarakan hubungan guru dengan murid. Yang lebih jarang adalah siswa dilibatkan dalam membicarakan gurunya. Diskusi sehari di Balai Surabaya Post itu memang mendapat perhatian besar dari murid SMTA, para guru dan tokoh pendidikan di Surabaya. Wawan Sidharta, yang kemudian menjadi pemenang pertama penulis makalah "Guru Ideal" itu, menekankan pentingnya guru sebagai panutan. Ia setuju guru itu sebagai ~wong sing keno digugu lan ditiru (orang yang layak dipercaya dan diteladani). Namun, dalam cara mengajar, selain demokratis guru juga memiliki rasa humor. Menurut kelima finalis bahkan diakui sebagian siswa yang hadir, Pak Guru sekarang terlalu serius dalam mengajar dan kurang berhumor. Humor itu dibutuhkan. Bukan saja untuk mengurangi kebosanan tapi juga untuk menjalin persahabatan dengan siswa. Tak hanya suara siswa yang didengar. Dalam diskusi itu beberapa guru diberi kesempatan untuk menanggapi. Seorang guru mengakui bahwa gambaran guru ideal seperti diungkapkan oleh siswa tadi juga cita-citanya. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Kurikulum ~ yang padat mcmbatasi adanya diskusi di dalam kelas. Menambah jam pelajaran membuat para guru kehilangan waktu untuk mencari nafkah tambahan. "Memikirkan soal kenaikan pangkat yang susah dan gaji kena potong macam-macam, apa sempat berhumor?" tanyanya. "Siswa SMTA yang sedang hangat-hangatnya menikmati masa remaja memang punya idealisme yang tinggi. Tapi, kalau mereka sudah menjadi guru, belum tentu idealisme itu bisa dipenuhinya," ujar Pak C~uru itu lagi. Sutandyo Wignyosubroto, dosen Edsip Universitas Airlangga Surabaya yang jadi pengamat diskusi, berkomentar, suara murid itu sangat layak diperhatikan. "Mereka menyorot peran guru dalam hal profesionalisme," kata Sutandyo. Forum seperti ini katanya, sangat jarang jika diselenggarakan di sekolah, bisa tidak murni. Sementara itu, pengamat diskusi yang lain, Thea Kusuma dari IKIP Surabaya, melihat bahwa makalah yang masuk sangat relevan Tidak ada yang menyinggung guru ideal dari segi fisik, misalnya. "Wah, kalau ada kriteria guru harus cantik dan ganteng, IKIP bisa bingung menyeleksi calon mahasiswa," kata Thea sembari tersenyum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus