Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Prabowo Temui Ratusan Rektor, BEM SI Minta Tak Ada Pembatasan Suara Mahasiswa

Prabowo menemui para rektor kampus, BEM SI belum rencanakan konsolidasi.

16 Maret 2025 | 07.37 WIB

Presiden Prabowo Subianto, menyalami Penasehat Khusus Presiden bidang Haji, Muhajir Effendi, dalam acara silaturahmi dan diskusi bersama rektor dan pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, 13 Maret 2025. Tempo/Imam Sukamto
Perbesar
Presiden Prabowo Subianto, menyalami Penasehat Khusus Presiden bidang Haji, Muhajir Effendi, dalam acara silaturahmi dan diskusi bersama rektor dan pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta se-Indonesia di Istana Negara, Jakarta, 13 Maret 2025. Tempo/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI, Herianto, mengatakan pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan para rektor perguruan tinggi tidak boleh mengurangi ruang bagi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi dan kritiknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Karena kami melihat bahwa keterlibatan aktif mahasiswa dalam proses demokrasi harus tetap dihormati dan difasilitasi, tanpa adanya tekanan atau intervensi yang dapat membatasi kebebasan berpendapat dan berekspresi,” kata Herianto kepada Tempo, 15 Maret 2025.

Herianto mengatakan hingga kini BEM SI belum merencanakan konsolidasi dalam waktu dekat. Sebab, kata dia, saat ini kondisi BEM SI saat ini masih transisi dengan presiden mahasiswa baru di masing-masing kampus. 

“Rencana kita masih membuka ruang-ruang pencerdasan diskusi-diskusi dan kajian ilmiah,” kata Herianto. 

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Fathul Wahid, mengatakan demokrasi yang anjlok dan korupsi merajalela belum menjadi perhatian dalam diskusi panel antara Presiden Prabowo Subianti dengan pimpinan Perguruan Tinggi Kamis kemarin, 13 Maret 2025.

Presiden Prabowo mengundang ratusan rektor atau pimpinan perguruan tinggi negeri maupun swasta ke Istana Negara. Dalam pertemuan yang berlangsung selama empat jam diisi oleh tanya jawab antara Prabowo dengan para rektor. 

Presiden, kata Fathul, juga mengharapkan dukungan perguruan tinggi untuk pengembangan teknologi yang mendukung kesejahteraan bangsa. Namun, Fathul menuturkan,informasi yang disampaikan terkesan belum menunjukkan Indonesia versi lengkap. Ia mengatakan masih banyak sisi suram yang tidak diungkap. 

“Korupsi yang masih merajalela, demokrasi yang tidak sedang baik-baik saja, dan ketimpangan yang masih menganga, misalnya. Kita tidak boleh menutup mata terkait ini,” katanya. 

Sementara itu, Rektor IPB University Arif Satria mengungkapkan bahwa Prabowo juga sempat menyinggung gerakan "Indonesia Gelap". Ia mengatakan Prabowo berpesan supaya tetap optimistis mengatasi masalah Indonesia. Apalagi, situasi Indonesia lebih baik dari Amerika Serikat dan Jepang. 

Prabowo membandingkan situasi Indonesia dengan Jepang. Jepang saat ini sedang mengalami penurunan beras. Sedangkan, Indonesia masih stabil. "Jadi kita ini bersyukur berada di Indonesia karena dengan berbagai kekayaan yang ada," kata dia.

Arif pun memandang Prabowo terbuka terhadap kritik. Prabowo disebut menerima sejumlah masukan. "Kalau tadi saya melihat beliau sih, beliau terbuka ya terhadap kritik. Termasuk masukan-masukan yang saya sampaikan beliau sangat open sekali," ujarnya.

Demonstrasi Indonesia Gelap mulai menggelinding pada pertengahan Februari lalu. Mahasiswa di berbagai daerah, baik di Indonesia maupun luar negeri, bersama masyarakat sipil berunjuk rasa dengan mengangkat sejumlah tema utama.

Mereka di antaranya menuntut pemerintah memberikan pendidikan gratis, membatalkan pemangkasan anggaran, mencabut proyek strategis nasional yang bermasalah, hingga mengevaluasi total program makan bergizi gratis. Selain itu, massa aksi Indonesia Gelap juga menolak sejumlah revisi undang-undang, seperti UU TNI, UU Polri, dan UU Kejaksaan. 



Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus