WAHYU sering merasa iba melihat ibunya kewalahan meredakan tangis si bungsu yang masih bayi. Si kecil baru terdiam pulas setelah si ibu menggendong dan mengayun-ayunkannya. Pemandangan ini mendatangkan ide bagi Wahyu, pelajar STM Al'Ianah (Stekmal), Cianjur, Jawa Barat, untuk membuat boks bayi yang bisa berayun tanpa harus digoyang tangan manusia. Bersama Acep dan Agus, sobat kentalnya di kelas tiga jurusan elektro, mereka menciptakan boks bayi yang bergoyang secara otomatis, manakala bayi yang menghuninya menangis. Karya yang dipajang di arena Pameran Pembangunan di Cianjur awal Oktober silam itu menarik perhatian besar kaum ibu. Harganya? Ternyata, Wahyu dkk. belum siap jadi produsen. "Kalau mau bikin, silakan meniru," kata Wahyu. Soal desain, Wahyu tak hendak main rahasia-rahasiaan. Pada boks bayi itu -- panjang 70 cm, lebar 40 cm, dan tinggi sekitar 50 cm -- dipasang semacam sensor akustik, yang oleh mereka disebut saklar suara. Sensor ini cukup peka terhadap rangsang yang berupa suara tangis bayi. Ketika terdengar tangisan bayi, saklar ini mengontak sebuah saklar magnetik, yang memerintahkan motor untuk bekerja. Jika tangis si buyung atau upik kian keras, sensor pun memerintahkan agar motor berputar lebih kencang, dan ayunan pun kian cepat. Mereka juga memasang komponen TDR (Time Delay and Relay), untuk mengatur batas waktu ayunan. Jika waktu habis dan tangis Si bayi belum reda? TDR secara otomatis mengaktifkan lagi ayunan, hingga si kecil itu terlelap. Semua komponen, selain motor, dibikin oleh para pelajar itu. Dana proyek ini berasal dari iuran kelas. Tiap anak, yang jumlahnya 30 itu, ditarik Rp 1.500. Lantas, pihak sekolah membantu Rp 30 ribu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini