Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Badak terbakar, petir di arun

Proyek lng badak, kal-tim terbakar karena meledaknya tanki penampung minyak. sambaran petir hampir menimbulkan kebakaran di proyek lng di blang lancang, lhokseumawe. nasib warga bontang merana. (dh)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM waktu kurang dari sebulan, Pertamina telah dikejutkan oleh dua insiden teknis di proyek-provek LNG Arun dan Badak. Senin, 8 Mei lalu tiga tanki besar penampung minyak mentah di ladang minyak dan gas bumi Badak, Kalimantan Timur terbakar dan meledak. Api berkobar sejak jam 9 malam dari tanki-tanki yang masing-masing berkapasitas di atas 50 ribu ton. Hingga Selasa sore -- begitu laporan yang diterima Sinar Harapan dari Balikpapan -- api belum dapat dipadamkan. Pengusaha lapangan migas Badak, Roy M. Huffington & Co., berusaha keras melokalisir kobaran api, yang terlihat dari jarak puluhan kilometer. Beberapa orang pemadam kebakaran yang jadi korban telah dirawat di RS setempat. Sementara Pertamina maupun Huffco, belum dapat menjelaskan sumber timbulnya api. Ganti Rugi Belum Beres Karuan saja, orang jadi teringat kebakaran besar di ladang Huffco itu hampir dua tahun yang silam. Kota Samarinda tiba-tiba kebanjiran pengungsi, setelah ledakan gas bumi jam 3 sore di sumur G-3, 7 jam pelayaran dari Samarinda. Baru dalam tiga hari, tinggi obor raksasa itu turun dari 189 meter menjadi 50 meter. Mudah dimengerti bagaimana penduduk Kecamatan Muara Badak -- ada yang kampungnya hanya 1 km dari sumber minyak dan gas alam itu -- buru-buru angkat kaki lantaran tak mau terpanggang hidup-hidup. Sejak saat itu, 2500 penduduk di sana sudah berjuang melalui segala lika-liku pemda agar mereka dipindahkan ke tempat lain dengan ganti rugi yang setimpal. Namun hingga awal 1978 ini, soal ganti rugi dan pemindahan penduduk Muara Badak belum juga beres. Ketentuan tahun 1973 yang diterapkan di daerah Bontang (lokasi pabrik dan pelabuhan LNG-nya), dipandang tak cocok lagi diterapkan di Badak. Begitu pula ganti rugi seribu rupiah untuk sebatang pohon nangka, pada saat harga sebuah nangka saja sudah demikian. Dan sementara tempat baru ke mana mereka mau dipindahkan hingga kini belum pasti, sumur-sumur Huffco terus saja menyemburkan minyak mentah ke ladang dan kebun penduduk. Belum lagi panasnya obor gas alam yang menyertai minyak, yang dibakar lantaran tak dapat ditampung terpisah. Makanya, bagi penduduk sendiri musibah yang kini menimpa Huffco tak banyak melinangkan air mata -- kecuali lantaran perih dan panas, mungkin. Dan itu semua terjadi tak cukup sebulan lamanya sesudah Proyek LNG di Aceh disambar petir. Proyek LNG di kawasan Blang Lancang, Lhok Seumawe (Aceh) untung saja telah luput dari kebakaran dan ledakan dahsyat, 18 April lalu. Hari itu, hujan tak begitu deras. Tapi petir menyambar susul-menyusul. Tiba-tiba, jam 12 siang lewat 30 menit, para pekerja yang sedang istirahat makan siang diperintahkan menyingkir ke kawasan Batufat, dua km dari proyek. Ternyata, satu dari sekian ribu lidah petir yang menyambar telah menimbulkan api di atas salah satu tanki kondensat. Kebakaran itu bersumber dari uap kondensat yang bocor dari tutup tanki. Soalnya, tutup tanki yang dapat turun naik sesuai dengan sedikit-banyaknya bahan bakar cair dalam tanki itu memungkinkan sedikit uap kondensat merembes ke luar. Nah, uap yang bercampur dengan zat asam dalam udara itulah yang jadi sasaran empuk jilatan lidah petir. Kegemparan segera menghentikan denyutan rutin di proyek raksasa itu. Mobil dan truk sarat dengan pekerja harian menyingkir ke tempat yang aman. Tak terkecuali pekerja asing pontang-panting dari medan kerjanya. Zainal Abidin, Kordinator Lapangan Proyek LNG Arun, sudah khawatir kalau tanki yang disambar petir itu meledak. Dengan muatan « juta ton lebih kondensat dan diameter 73 meter serta tini 38 meter, tanki itu dapat membuat kiamat. Apalagi di sebelah tanki tersebut, ada satu tanki lainnya yang juga sarat kondensat, sementara dua tanki lainnya kebetulan kosong. Untunglah berkat kesigapan dua pekerja yang berlari menaiki tangga tanki sembari membawa bom api, uap kondensat yang disambar petir itu dapat musnah dalam sekejap. Kedua pekerja itu pun tak sampai cedera. Sehingga akhir April lalu, pekerjaan di lokasi proyek itu sudah berjalan kembali dengan normal. Tapi mengingat bahaya besar yang dapat ditimbulkan lagi oleh petir, lain kali, pihak PT Arun yang menelola pembangunan proyek itu segera membersihkan sambungan (seal) tutup tanki dengan tubuh tanki. Juga penangkal petir diperbaiki, agar lebih cermat melindungi tank dari kemungkinan sambaran petir. Beberapa staf di proyek itu menduga, sang penangkal tak bekerja dengan semustinya di siang hari bolong itu. Sebab dengan teknalogi yang cukup mutakhir tongkat Franklin itu mustinya cukup ampuh menolak sambaran kilat. Adapun dinding tanki raksasa itu sendiri tak mempan disambar petir. Dan untungnya api tak berapa besar, dan uap kondensat itu pun cepat dimusnahkan. Selain itu, Arifuddin, Kepala Humas PT Arun kepada Darmansyah dari TEMPO menyatakan tak begitu kecut. Karena yang disambar petir itu adalah tanki kondensat yang beratap rata. Bukan tanki gas alam cair (LNG) yang beratap bulat. "Kalau tanki LNG itu yang disambar, yah, tak tahu bagaimana jadinya," katanya. Namun dia masih juga optimis, lantaran petunjuk tentang cara-cara terbaru mengatasi kebakaran LNG selalu diberikan oleh para produsen peralatan cryogenic (reknologi super dingin) di negara maju.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus