JALUR kereta api antara Kertapati dan Lubuk Linggau, dan antara
Kotabumi dan Tanjungkarang, juga jalur perhubungan darat lainnya
di Sumatera Selatan dan Lampung banyak terputus. Semuanya akibat
banjir dua pekan lalu. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum,
petugas PU Sumatera Selatan bekerja cepat memperbaiki
jalur-jalur jalan antara lain dengan menembussebuah punggung
bukit sepanjang 150 meter di Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulau
Pinang Kabupaten Lahat.
Jalur KA Kertapati-Lubuk Linggau hanya sampai di Muara Enim
karena rel rusak di beberapa tempat antara Muara Enim dan Lahat.
Sementara jalur Kotabumi dan Tanjungkarang terganggu bukan hanya
karena sebagian relnya rusak tetapi juga karena jembatan di atas
Wai (sungai) Seputih ambruk dan hanyut sejauh 40 meter.
Akibat terputusnya sebagian jalur kereta api tadi, Perusahaan
Jawatan Kereta Api menderita ketugian sehari lebih dari Rp 3
juta. Itu hanya perhitungan pendapatan dari penumpang saja di
luar kerusakan peralatan. Barangkali itulah sebabnya ancer-ancer
normalisasi kedua jalur KA tadi sampai pekan lalu belum
terdengar.
Sebagaimana dikatakan seorang Pesirah (Kepala Desa) di daerah
Lahat, Sumatera Selatan, penduduk di pebukitan masih banyak
menggarap tanah secara berpindah-pindah tempat. Apabila usaha
pertaniannya di satu tempat sudah tidak memuaskan lagi, mereka
berusaha mencari tanah baru dengan menebang pohon di
lereng-lereng bukit. Banyak kayu yang tidak dimanfaatkan menjadi
bahan bakar dibiarkan rebah sampai menutup berbagai aliran
sungai. Beberapa waktu rebahan kayu tadi menjadi semacam
tanggul. Tapi karena hujan kemudian begitu gencar maka
tanggul-tanggul alam ini bobol. Banjir pun datang.
Sungai yang meluap di Sumatera Selatan tak kurang dari 12 buah.
Dan banjir di sungai-sungai tadi yang berlangsung 9 jam 2
Pebruari itu menelan korban 67 orang meninggal dunia, 3 orang
luka berat dan 12 orang sampai pekan lalu belum diketahui
nasibnya. Hanyut atau tertimpa tanah-tanah longsor.
Lebih Dari Aceh Barat
Di beberapa tempat penduduk menderita memang bukan hanya karena
landasan air, tapi juga karena bukit-bukit terban. Ini terutama
terjadi di Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat. Dari 67 penduduk
yang meninggal di Sumatera Selatan 45 orang berasal dari
kecamatan ini. Sebagian besar karena tertimbun tanah.
Gubernur Sumatera Selatan Haji Sainan Sagiman sudah menjanjikan
kepada Bupati Lahat, Zainal Anwar, akan segera membangun 2
kompleks perumahan sederhana terdiri atas 70 rumah untuk ganti
rumah penduduk yang hanyut.
Banjir di Lahat memang cukup parah. Kerugian seluruhnya ditaksir
Rp 1,6 milyar. Menurut Menteri PU Purnomosidi, sama dahsyatnya
dengan di Aceh Barat tahun lalu. Artinya lebih besar dari banjir
di Riau, Jambi, Aceh dan juga beberapa tempat lain di Jawa awal
tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini