Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Banyak Gedung, Sedikit Doktor

Merayakan dies natalis yang ke-25, belum menonjol dengan penelitiannya, jumlah lulusannya tiap tahun masih sedikit, perkembangan fisiknya memang hebat. (pdk)

11 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMARAU seperti tidak menyentuh Medan pekan lalu. Di kampus Padang Bulan mendung menggantung dan hujan turun renyai, ketika ratusan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) lengkap berjaket hijau. USU, universitas negeri ke-7, sedang merayakan Dies Natalisnya yang ke-25. Acara ulang tahunnya sangat semarak. Ada pidato ilmiah oleh Dr. Ir. Justin Napitupulu, ada pameran dari tiap fakultas. Dan Presiden Soeharto hadir untuk pertama kalinya di USU. USU agaknya pantas bangga. Ketika disahkan sebagai universitas negeri, 1957, USU punya hanya empat fakultas (Kedokteran, Hukum, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Pertanian) dengan 300 mahasiswa. Kini ada sembilan fakultas (yang terakhir, 1979, Fak. Ilmu Sosial) dengan 14.500 mahasiswa. Alumnus USU sudah tercatat lebih dari 6.500 orang. Pun USU sejak 1979 termasuk 10 perguruan tinggi Proyek Perintis I. Gagasan pertama universitas ini dicetuskan (1946) oleh Gubernur Sumatera, Mr. Teuku Moh. Hasan. Tapi karena Perang Kemerdekaan, baru tahun 1952, atas prakarsa Gubernur Abdul Hakim, berdiri Yayasan USU. Dua bulan kemudian berdirilah Fak. Kedokterannya. Dua tahun kemudian berdiri Fak. Hukumnya. Dan akhirnya, 1957, Presiden Soekarno meresmikan universitas itu menjadi negeri -- gabungan 2 fakultas tersebut dengan dua lagi (Fak. Pendidikan dan Fak. Pertanian). USU, yang terbesar di luar Jawa, juga menyumbang kepada masyarakat lingkungannya. Awal tahun ini, misalnya, Fak. Hukumnya mengadakan seminar tentang visum et repertum, yang disertai pula oleh para penegak hukum di provinsi itu. "Setelah seminar, baru menjadi jelas bahwa yang berhak mengeluarkan visum adalah dokter," kata Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis, SII, Rektor USU. Sebelumnya, konon ada visum yang dibuat oleh mantri kesehatan. Toh, Parlindungan, Doktor Hukum Agraria dari UGM, Yogya, dengan terus terang mengakui lubang-lubang yang masih ada di perguruan tinggi yang dipimpinnya. Misalnya, jumlah lulusan USU per tahun masih sedikit. Contoh lari Fak. Kedokteran tahun ini sekitar 17% saja yang lulus, dari Fak. Pertanian 15%, Fak. Teknik 6%, Fak. Hukum 5%. "Tapi memang ada mahasisa yang datang ke kampus hanya kalau mau ujian ," kata rektor itu. Di samping itu, katanya pula, beberapa dosen memang jarang muncul di hadapan mahasiswa. Adalah Fak. Kedokteran dan Fak. Hukum (keduanya dinegerikan tahun 1955, mendahului berdirinya USU yang dianggap paling maju di sana. Enam promosi doktor telah diselenggarakan Fak. Hukum. Tapi, setua itu USU kini punya 19 dosen saja yang doktor, dibandingkan di UI melebihi 150 jumlahnya. Fak. Kedokterannya pernah (Agustus 1980) meluluskan seorang yang datang dari keluarga miskin -- ayahnya juru masak asrama tentara, dan ibunya tukang cuci. Rusli, demikian namanya, lulus dengan baik, dan kini bekerja di RS Gelugur, Medan. Yang sangat menjadi sorotan masyarakat ialah Fak Teknik. Tahun lalu sejumlah mahasiswanya tak bisa melanjutkan kuliah, karena wajib praktek harus mereka tempuh di ITB, Bandung. Untuk pergi praktek ke ITB, "harus ada uang sekitar Rp 500 ribu," kata Syahrir Tambusei, mahasiswa Teknik Elektro. Maka ia menjadi salah seorang yang menganggur. Untunglah, mulai tahun ini peralatan praktek telah tersedia. Dan banyak mahasiswa seperti Syahrir diterima kembali. Masih belum terbetik berita penemuan atau hasil rumusan satu penelitian yang menggemparkan dari universitas ini Fak. Pertanian USU, misalnya, belum sempat memikirkan keperluan masyarakat, tapi masih sibuk sendiri di dalam kampus. Tapi dari segi perkembangan fisik, USU memang hebat. Semua fakultas berada dalam satu kampus seluas 150 ha. Tiap fakultas memiliki laboratorium sendiri. Sudah ada pula asrama mahasiswa (putra maupun putri) walau kecil kapasitas tampungnya. Dan mengikuti zaman, USU pun memiliki Pusat Komputer yang berkapasitas 125 kilo bites. Presiden Soeharto sendiri mengharapkan agar USU berkembang menjadi universitas yang khas. USU, kata Presiden harus tanggap terhadap masalah lingkungannya, misalnya soal agraria, perkebunan besar yang banyak terdapat di provinsi itu, soal sumber daya dari air dan minyak bumi serta gas alam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus