KEMARAU seperti tidak menyentuh Medan pekan lalu. Di kampus
Padang Bulan mendung menggantung dan hujan turun renyai, ketika
ratusan mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) lengkap
berjaket hijau. USU, universitas negeri ke-7, sedang merayakan
Dies Natalisnya yang ke-25.
Acara ulang tahunnya sangat semarak. Ada pidato ilmiah oleh Dr.
Ir. Justin Napitupulu, ada pameran dari tiap fakultas. Dan
Presiden Soeharto hadir untuk pertama kalinya di USU.
USU agaknya pantas bangga. Ketika disahkan sebagai universitas
negeri, 1957, USU punya hanya empat fakultas (Kedokteran, Hukum,
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Pertanian) dengan 300
mahasiswa. Kini ada sembilan fakultas (yang terakhir, 1979, Fak.
Ilmu Sosial) dengan 14.500 mahasiswa. Alumnus USU sudah tercatat
lebih dari 6.500 orang. Pun USU sejak 1979 termasuk 10 perguruan
tinggi Proyek Perintis I.
Gagasan pertama universitas ini dicetuskan (1946) oleh Gubernur
Sumatera, Mr. Teuku Moh. Hasan. Tapi karena Perang Kemerdekaan,
baru tahun 1952, atas prakarsa Gubernur Abdul Hakim, berdiri
Yayasan USU. Dua bulan kemudian berdirilah Fak. Kedokterannya.
Dua tahun kemudian berdiri Fak. Hukumnya. Dan akhirnya, 1957,
Presiden Soekarno meresmikan universitas itu menjadi negeri --
gabungan 2 fakultas tersebut dengan dua lagi (Fak. Pendidikan
dan Fak. Pertanian).
USU, yang terbesar di luar Jawa, juga menyumbang kepada
masyarakat lingkungannya. Awal tahun ini, misalnya, Fak.
Hukumnya mengadakan seminar tentang visum et repertum, yang
disertai pula oleh para penegak hukum di provinsi itu. "Setelah
seminar, baru menjadi jelas bahwa yang berhak mengeluarkan visum
adalah dokter," kata Dr. Adi Putra Parlindungan Lubis, SII,
Rektor USU. Sebelumnya, konon ada visum yang dibuat oleh mantri
kesehatan.
Toh, Parlindungan, Doktor Hukum Agraria dari UGM, Yogya, dengan
terus terang mengakui lubang-lubang yang masih ada di perguruan
tinggi yang dipimpinnya. Misalnya, jumlah lulusan USU per tahun
masih sedikit. Contoh lari Fak. Kedokteran tahun ini sekitar 17%
saja yang lulus, dari Fak. Pertanian 15%, Fak. Teknik 6%, Fak.
Hukum 5%. "Tapi memang ada mahasisa yang datang ke kampus hanya
kalau mau ujian ," kata rektor itu. Di samping itu, katanya
pula, beberapa dosen memang jarang muncul di hadapan mahasiswa.
Adalah Fak. Kedokteran dan Fak. Hukum (keduanya dinegerikan
tahun 1955, mendahului berdirinya USU yang dianggap paling maju
di sana. Enam promosi doktor telah diselenggarakan Fak. Hukum.
Tapi, setua itu USU kini punya 19 dosen saja yang doktor,
dibandingkan di UI melebihi 150 jumlahnya.
Fak. Kedokterannya pernah (Agustus 1980) meluluskan seorang yang
datang dari keluarga miskin -- ayahnya juru masak asrama
tentara, dan ibunya tukang cuci. Rusli, demikian namanya, lulus
dengan baik, dan kini bekerja di RS Gelugur, Medan.
Yang sangat menjadi sorotan masyarakat ialah Fak Teknik. Tahun
lalu sejumlah mahasiswanya tak bisa melanjutkan kuliah, karena
wajib praktek harus mereka tempuh di ITB, Bandung. Untuk pergi
praktek ke ITB, "harus ada uang sekitar Rp 500 ribu," kata
Syahrir Tambusei, mahasiswa Teknik Elektro. Maka ia menjadi
salah seorang yang menganggur. Untunglah, mulai tahun ini
peralatan praktek telah tersedia. Dan banyak mahasiswa seperti
Syahrir diterima kembali.
Masih belum terbetik berita penemuan atau hasil rumusan satu
penelitian yang menggemparkan dari universitas ini Fak.
Pertanian USU, misalnya, belum sempat memikirkan keperluan
masyarakat, tapi masih sibuk sendiri di dalam kampus.
Tapi dari segi perkembangan fisik, USU memang hebat. Semua
fakultas berada dalam satu kampus seluas 150 ha. Tiap fakultas
memiliki laboratorium sendiri. Sudah ada pula asrama mahasiswa
(putra maupun putri) walau kecil kapasitas tampungnya. Dan
mengikuti zaman, USU pun memiliki Pusat Komputer yang
berkapasitas 125 kilo bites.
Presiden Soeharto sendiri mengharapkan agar USU berkembang
menjadi universitas yang khas. USU, kata Presiden harus tanggap
terhadap masalah lingkungannya, misalnya soal agraria,
perkebunan besar yang banyak terdapat di provinsi itu, soal
sumber daya dari air dan minyak bumi serta gas alam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini