Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Jimmy, 23 tahun, mahasiswa Universitas Dr. Soetomo, bersyukur bisa selamat dari insiden bom Surabaya. Dia tidak menyangka ada bom yang meledak di gereja yang biasa jadi tempatnya beribadah, Gereja Katolik Paroki Santa Maria Tak Bercela.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya biasanya kalau hari Minggu ibadah kesana, namun pagi tadi tidak jadi ke gereja karena ada kegiatan lain," kata mahasiswa asal Kabupaten Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, Ahad malam, 13 Mei 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Jimmy, ada mahasiswa asal NTT yang kuliah di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang jadi korban di Gereja Santa Maria Tak Bercela. "Informasi yang saya terima dari teman-teman, dia jadi korban, asalnya dari Manggarai, NTT. Saya kurang tahu namanya," ujarnya.
Sementara itu, salah satu jemaah Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Raya Diponegoro 146, Surabaya, Jeremy, juga selamat karena batal ke gereja. "Tadi saya mampir dulu ke bengkel untuk servis mobil," katanya.
Lokasi bengkel dengan gereja setempat hanya berjarak sekitar 2 kilometer. "Dari jarak itu saya mendengar suara ledakan dan saya kira suara gardu listrik yang meledak," ujar jemaah gereja yang tinggal di Sidoarjo ini.
Ahad pagi, 13 Mei 2018, bom meledak hampir bersamaaan di tiga gereja yang ada di Surabaya. Selain di gereja Santa Maria Tak Bercela dan GKI, satu bom juga meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno.
Selain di gereja, bom juga meledak di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Ahad malam. Bom meledak di kamar yang dihuni salah satu anggota jaringan teroris.
Simak kabar terbaru tentang bom Surabaya hanya di Tempo.co.