Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Bencana Banjir Terjadi Tiap Tahun

7 November 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAPPAGIO<>KEPALA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH SULAWESI SELATAN

Musim hujan sudah mulai terasa di sebagian daerah Sulawesi Selatan sejak Oktober lalu. Biasanya berbagai bencana terjadi pada musim ini, seperti tanah longsor, sungai meluap, dan angin kencang.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan menyebutkan beberapa kabupaten di Luwu hampir setiap tahun terkena banjir dan tanah longsor. Beberapa waktu lalu, Luwu dilanda angin ribut. Hal ini disebabkan karakter wilayah Luwu memang rawan bencana.

"Kami punya peta rawan banjir yang berisi indeks risiko bencana alam. Kami bisa memprediksi pada akhir dan awal tahun biasanya terjadi banjir," kata kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan Mappagio, yang ditemui Jumat lalu.

Bagaimana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan melaksanakan tugasnya dalam penanggulangan bencana? Berikut ini hasil wawancara jurnalis Tempo, Abdul Azis dan Kamilia, bersama Mappagio.

Bencana apa yang sering terjadi di Sulawesi Selatan dalam beberapa tahun terakhir ini?
Jika dilihat dari sejarah bencana di Sulawesi Selatan, ternyata Sulawesi Selatan lebih banyak dilanda oleh bencana banjir. Hampir setiap tahun terjadi. Wilayah itu meliputi Soppeng, Bone, Wajo, Luwu, Luwu Utara, dan Palopo. Kami juga memiliki peta daerah rawan bencana Sulawesi Selatan. Hampir setiap akhir atau awal tahun di beberapa kabupaten Sulawesi Selatan pasti terkena bencana banjir akibat hujan.

Bagaimana menanggulangi bencana itu?
BPBD Sulawesi Selatan memiliki tugas dan fungsi cara mengatasi bencana tersebut melalui persiapan yang disebut "Kesiap-siagaan dan Kewaspadaan". Penanggulangan itu dilakukan dengan pendekatan kontinjensi, yakni pembuatan skenario yang memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana.
Jadi, dibuatlah skenario bahwa akan terjadi bencana. Bagaimana badan ini berjalan saat terjadi bencana, mengatasi bencana, dan skenario apa yang dilakukan pasca-bencana? Pada tahap pasca-bencana, ada konstruksi. Ini merupakan kegiatan pemulihan kondisi masyarakat yang terkena bencana dengan mengembalikan fungsi sarana dan prasarana ke kondisi semula.
Jadi, untuk mengatasi hal tersebut, harus ada relawan yang sudah dilatih. Kami sudah melakukan sosialisasi penanggulangan bencana kepada warga yang tinggal di sekitar daerah rawan bencana banjir. Lalu, apa yang dilakukan warga jika terjadi bencana? Misalnya, gempa, warga jangan langsung panik.

Bagaimana BPBD berkoordinasi dengan pihak terkait dalam penanggulangan bencana?
BPBD adalah lembaga koordinasi pada saat terjadi bencana. Sebelum terjadi bencana, kami berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti pemerintah daerah, kepolisian, dan TNI. Saat kami melakukan koordinasi penanggulangan dengan pihak kepolisian dan beberapa unsur lainnya, kami mengacu pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

Seperti apa koordinasinya?
Misalnya, terjadi bencana di suatu kabupaten dengan status bencana tingkat kabupaten. Maka pihak yang bertanggung jawab atas bencana tersebut adalah bupati didampingi BPBD Provinsi. Jika statusnya provinsi, yang akan turun adalah gubernur didampingi bupati dan BPBD. Dan mereka akan meminta bantuan kepada Badan Penanggulangan Bencana Nasional.

Bagaimana dan siapa yang menentukan status bencana?
Nah, ini juga menjadi pertanyaan banyak orang. Ada tiga status bencana, status awas, siaga, dan waspada. Berdasarkan undang-undang, yang menentukan status bencana adalah gubernur, setelah melihat semua jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan, luas wilayah yang terkena bencana, dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan, dan sebagainya.
Sedangkan bencana berdasarkan wilayah, seperti bencana nasional, jika itu terjadi pada dua atau tiga provinsi. Misalnya, terjadi bencana di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Untuk bencana provinsi, jika terjadi di dua atau tiga kabupaten. Contoh Bone dan Soppeng.
Walaupun demikian, jika jumlah korban sangat banyak, kerusakan parah, dan tidak bisa diatasi oleh provinsi, status dan penanganannya akan ditangani oleh Badan Nasional. Kami punya standar operasional prosedur.

Bagaimana dengan dukungan peralatan yang dimiliki BPBD?
Kami punya perahu karet, pelampung, tenda komando, makanan logistik, mobil rescue, mobil dapur umum lapangan, dan mobil penyedia air bersih. Bulan depan kami akan mendapat bantuan logistik lagi berupa kendaraan serba guna yang bisa berjalan di segala medan dan mobil rescue. Untuk helikopter, kami masih menunggu. Masih dijanjikan.

Seperti apa kesiapan dan kewaspadaan itu?
Tentunya kami membutuhkan relawan penanggulangan. Karena itu, beberapa orang di tiap-tiap kabupaten kami latih menjadi relawan. Jadi, jika terjadi bencana di daerah bersangkutan, mereka inilah yang harus siap karena sudah memiliki kemampuan bagaimana menjadi relawan yang baik dalam penanggulangan bencana tersebut.
Pelatihan itu meliputi pembuatan dapur umum, memberi makan korban, dan cara mendirikan tenda pengungsian. Korban akan dievakuasi dan kami yang akan menyediakan segalanya. Relawan inilah yang mengalihkan semua korban dan masyarakat ke tenda penampungan.

Ada berapa kelompok relawan yang berpartisipasi?
Di Makassar, ada LSM relawan, tim search and rescue, dan kelompok masyarakat yang mau mengabdikan dirinya menjadi relawan. Ada beberapa kelompok dan forum yang yang dibina oleh Badan Penanggulangan Bencana Nasional yang tersebar di seluruh kabupaten. Ada juga dari instansi, seperti Taruna Siaga Bencana, kepolisian, TNI, dan kelompok muda lainnya.

Di Makassar, daerah mana saja yang rawan bencana banjir?
Di Makassar, daerah rawan banjir itu berada di Kecamatan Manggala, Panakukang, dan beberapa daerah lain yang bertanah rendah serta kawasan tadah hujan. Di sana bukan kami tidak bisa mengatasi, melainkan di sana memang daerah rendah. Kami sudah mengajak untuk pindah, tapi warga tidak mau. (*)


Biodata Narasumber
Nama Lengkap : Drs H Mappagio, MSi
Tempat tgl lahir : Makassar, 1 Agustus 1955
Jabatan: Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Selatan
Lulusan: - S1 Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia Makassar
- S2 Administrasi Publik Universitas Hasanuddin
Agama: Islam
Hobi: Olahraga
Istri: Hj St. Hatijah M.
Anak: - Hj Hasmawati, SE
- Wahyudin M, SH MSi
- dr Hasnawiah M.
- Wahyu Hidayat M.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus