Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bikin Semrawut,Tapi Murah

Hasil angket Tempo tentang becak di Jakarta. Diantaranya menyebut,kerja tukang becak menusiawi. Sebagian besar tak setuju bila becak dihapus.Sebaiknya dilokalisasikan di daerah tertentu.

3 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bikin Semrawut, tapi Murah Konsumen becak pengisi angket TEMPO berpendapat, bukan hanya becak yang bikin semrawut dan macet lalu lintas. Sebagian besar tak setuju bila becak dihapus dari Jakarta. IBU Siti belakangan sering bersungut-sungut. Ia tak habis mengerti, mengapa becak harus dihapus dari Jakarta. Soalnya, kalau berbelanja beras sekarung dari Pasar Santa, ia memakai becak untuk membawanya sampai ke Jalan Ciniru, Kebayoran Baru. Biasanya, beras itu malah diangkatkan si abang tukang becak sampai ke dapur. Bu Siti tak suka naik bajaj. "Naik becak lebih aman," ujarnya. Karena itulah, bisa dimaklumi bila sebagian masyarakat Jakarta tidak setuju terhadap beleid Gubernur Wiyogo perihal penggusuran becak dari Jakarta. Hal itu tampak dari hasil angket TEMPO yang diedarkan dua pekan lalu. Respondennya 360 orang, 66% laki-laki dan selebihnya wanita, dengan tingkat pendidikan -- sebagian besar -- tamat SLTA. Sekitar separuh responden itu berusia antara 20 dan 30 tahun, sedangkan 31% berumur antara 31 dan 40 tahun. Mereka kebanyakan berdomisili di DKI Jakarta, kecuali 100 responden berasal dari Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Hasil angket, 91% responden tahu tentang rencana penghapusan becak. Namum ternyata cuma 8% dari semua responden yang berpendapat bahwa "Becak di DKI Jakarta dan sekitarnya sebaiknya dihapus secara menyeluruh". Tercatat ada 26% responden yang sama sekali tak setuju bila becak dihapus. Sedangkan sebagian besar responden, 64%, berpendapat sebaiknya becak dilokalisasikan di daerah-daerah tertentu, dan tak boleh memasuki daerah bebas becak. Benarkah becak bikin semrawut dan macet lalu lintas? Hanya 17% responden yang menyatakan begitu. Sebagian besar (72%) sebenarnya sependapat bahwa becak bikin semrawut dan macet lalu lintas. Tapi disertai embel-embel: banyak pemakai jalan lain yang juga tak disiplin. Dengan kata lain, bukan becak saja yang bikin semrawut dan macet lalu lintas. Lebih dari separuh responden (56%) tetap beranggapan bahwa becak masih pantas sebagai angkutan di kota metropolitan ini. Dan memang masih laku. Responden pemakai jasa ini, 40% merasa bahwa becak itu praktis dan mudah didapat setiap saat. Bahkan banyak masyarakat yang abonemen becak untuk antar-jemput anak ke sekolah. Sebagian responden lagi menyukainya karena angkutan becak murah, aman, dan tak bikin polusi (31%). Selain itu, angkutan pengganti becak pun dianggap belum ada (29%). Kalau becak tak disiplin di jalanan, responden tampaknya bisa memakluminya. Soalnya, mereka memang memburu dan berebut penumpang (41%). Sedangkan sebagian responden lain (31%) beranggapan bahwa hal itu terjadi karena sanksi pelanggaran tak tegas. Apakah menarik becak itu tak manusiawi? Ternyata, sebagian besar (57%) responden tak sepakat, dan menilainya manusiawi. Mungkin jawaban itu subyektif, mengingat sebagian besar responden, 59%, adalah masyarakat yang setidaknya sekali dalam seminggu menggunakan angkutan becak -- 19% di antaranya malah memanfaatkan lebih dari 4 kali dalam seminggu. Tapi, dari 13 responden yang mengaku tak pernah memakai jasa angkutan becak, ternyata 8 orang di antaranya juga menilai bahwa angkutan itu manusiawi. Tercatat, ada 30% responden yang memandang angkutan roda tiga itu tak manusiawi, dan 12% responden lainnya menjawab "tak tahu". Petinju bayaran, oleh lebih dari separuh responden (54%), dianggap tidak manusiawi. Kerja kasar seperti kuli malah dipandang manusiawi (67%). Berikutnya, pelacur: 79% responden menilainya tidak manusiawi. Lalu mencuri, menipu, korupsi: 86% menganggapnya tidak manusiawi. Apa dampak penghapusan becak di Jakarta? Dalam menjawab soal dampak positif penghapusan becak itu, mungkin para responden jujur. Sebab, kendati becak dianggap bukan satu-satunya angkutan yang bikin semrawut dan macet lalu lintas, sebagian besar responden (40%) menyatakan lalu lintas tentu lebih lancar. Tak banyak (15%) yang menyatakan bahwa suksesnya penghapusan becak itu berarti "Kita telah bisa menegakkan asas perikemanusiaan". Lantas, 39% justru menyatakan: tak ada dampak positifnya. Responden malah tampak reaktif menanggapi pertanyaan "Apa dampak negatif bila becak di Jakarta dihapus?". Jawaban responden yang berarti bisa dikategorikan dalam 3 kelompok. Yakni, pengangguran akan bertambah (53%), ongkos angkutan pengganti becak mahal (21%), dan kriminalitas meningkat (17%). Apa jalan keluar penghapusan becak? Kebanyakan responden berpendapat, para tukang becak mestinya diberi lapangan kerja yang memadai (47%). Sebagian lagi, 40%, memandang tukang becak mestinya diberi keterampilan supaya bisa bekerja yang lebih baik. Lalu mau dikemanakan becak-becak hasil garukan itu? Dirumponkan? Tampaknya, sebagian besar responden merasa sayang bila becak-becak itu dibuang ke laut. Sebagian besar responden, 37%, menyatakan sebaiknya becak-becak dijadikan sarana dagang. Misalnya untuk dagang roti, bakso, sayuran, yang biasa berkeliling di permukiman. Menurut 36% responden, becak-becak itu sebaiknya dibawa ke daerah lain yang membutuhkannya saja. Sedangkan 12% responden berpendapat: terserah kebijaksanaan pemerintah. Hanya sebagian kecil, 4%, yang setuju bila becak-becak itu dirumponkan. Dan cuma 3% yang berpendapat, sebaiknya becak itu dilebur saja sama sekali. SHD, Liston P. Siregar, dan Ahmadie Thaha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus