Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan malam Natal di Mojokerto tidak terlepas dari ingatan pengorbanan Riyanto, khususnya bagi Gereja Eben Haezer. 23 tahun yang lalu, Riyanto meregang nyawa akibat aksi teror bom Natal 2000.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, tepatnya 24 Desember 2000, Riyanto ditugaskan oleh GP Anshor membantu polisi mengamankan misa gereja tersebut. Seusai kebaktian malam Natal, dua pengurus Gereja Eben Haezer menemukan dua bungkusan mencurigakan di dua lokasi, yakni di bawah telepon umum depan gereja dan di dalam gereja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riyanto yang melihat bungkusan plastik mencurigakan di depan gereja pun memeriksanya. Begitu melihat bahwa bungkusan plastik tersebut berisi rangkaian kabel, Riyanto berteriak “Tiarap!” disusul kepanikan ratusan jemaat gereja.
Riyanto pun menbekab bungkusan plastik tersebut dan bergerak hendak membuangnya ke gorong-gorong yang berjarak 10 meter dari depan gereja. Tetapi bom meledak. Tubuh pria asal Kelurahan Prajurit Kulon itu pun hancur akibat ledakan. Serpihan tubuhnya ditemukan 100 meter dari tempat ledakan.
Bungkusan kedua yang berada di dalam gereja itu pun kemudian diletakkan di depan gereja. Tak berselang lama, bom kedua itu meledak. Menurut keterangan dari pihak kepolisian, setidaknya terdapat dua pelaku yang menaruh bom di dalam dan di luar gereja.
Melalui penyelidikan intensif polisi, kawanan pelaku teror bom itu merupakan anak buah dari Ali Imron, yang juga pelaku bom Bali 2002..
Kini, 23 tahun berlalu, pengorbanan Riyanto tidak akan dilupakan oleh warga Kota Mojokerto. Nama Riyanto dibuat sebagai nama jalan di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Bahkan, Pemerintah Kota Mojokerto juga membangun gapura megah di Jalan Riyanto.
Kepada Tempo, beberapa tahun lalu, Katinem, Ibu Riyanto, mengaku tidak memiliki firasat apa pun sebelum peristiwa Bom Natal 2000 itu terjadi. Kini, katimen telah ikhlas atas kepergian anak sulung dari tujuh bersaudara itu. Diabadikannya Riyanto sebagai nama jalan, menurut Katinem, merupakan suatu kehormatan bagi keluarga.
MICHELLE GABRIELA | ISHOMUDDIN | SONY WIGNYA WIBAWA
Pilihan editor: Catatan Jamaah Islamiyah Dinyatakan Sebagai Dalang di Balik Bom Natal 2000 dan Bom Bali