Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Budha di atap dunia

Agama budha tibet dipimpin dalai lama dianggap sekte tantrayana, di kalangan penganut budha yang lain. menekankan penerangan agung untuk diri sendiri ketimbang membantu sesama makhluk lebih dahulu.

17 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Budha di atap dunia
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI kuil puncak bukit Thehchen Choeling, Dharamsala-India, Dalai Lama memimpin 300 pendeta dalam upacara dua jam di altar depan patung Budha berlapis emas. Sedangkan di Lhasa, ibu kota Tibet, huru-hara anti-RRC berkecamuk lagi. Agama apa yang berkembang di sana hingga jadi "motor" pembangkit? Mereka memang masih umat Budha. Pada mulanya, aliran yang berkembang di sana adalah Mahayana. Setelah itu, lahir perguruan Madhyamika di abad ke-2 dan Vijnanavada di abad ke-5. Diwarnai pemikiran dua kelompok terakhir ini, berkembanglah sekte Tantra atau Vajrayana. Tradisi Mahayana dan Vajrayana saling mengisi, berinteraksi, dan mengadopsi kepercayaan lama Bon, lahirlah ajaran Budha Tibet. Tibet, yang juga disebut "Negeri Atap Dunia", baru mengenal Budha seribu tahun setelah Sidharta wafat. Yakni dari India Utara melintasi tebing Himalaya. Nama Srong-brtsan-sgam-po (620-649) adalah raja pertama penganut Budha, di sana. Berikutnya, Raja Khri-Srong-lde-btsan (775-797) mendatangkan tujuh pendeta dari India. Tetapi, raja berikutnya, Ral-pa-can, terbunuh tahun 838. Dua ratus tahun kemudian, ajaran itu bangkit lagi. Sejumlah buku eks India dialihbahasakan, antara lain Bkagyur dan Btsangyur. Bahkan Atisa, pemuka Mahayana dari India, pada 1042 ke Tibet. Tapi ketika ajaran sudah mengakar, perselisihan marak antarkelompok dan sekte. Ini gara-gara berebut pengaruh. Di abad ke-17, Dge-lugs-pa bermusuhan dengan Gtsang. Dge-lugs minta bantuan Raja Mongol Guuhri Khan. Gtsang kalah. Pada 1642, Guhhri menyerahkan wilayah Tibet pada Dge-lugs-pa. Sejak itulah Tibet jadi negara teokrasi -- dan sekte Dge-lugs-pa berperan paling berkuasa. Ia menjadi pimpinan agama plus negara -- yang tak lazim di Budha -- dengan sebutan Dalai Lama I. Setelah itu kepemimpinan diwariskan pada Dalai Lama berikutnya. Mereka diyakini sebagai titisan Dalai Lama I, hingga kini turun ke Dalai Lama XIV. Pada 1951 Komunis Cina menduduki Tibet. Delapan tahun kemudian Dalai Lama XIV alias Tenzin Gyatso, beserta ribuan pengikutnya, terpaksa mengungsi ke India. Di kalangan penganut Budha yang lain Budha Tibetlah yang dianggap sekte Tantra. Ada juga kelompok Tantra, seperti Chen Yen di Cina atau Singon di Jepang. Menurut Ketua Walubi, Biksu Giri Rakhitto sekte itu ada juga di Indonesia. Pijakan ajaran mereka tetap pada Nirwan dan Samsara yang, dalam pengertian yan agak berbeda, bisa diartikan surga dan neraka. Nirwana terbangun dari unsur sunyata, kenihilan diri, dan karuna. Karuna inilah arahan dari Sang Bodhisatva yang menjadi aspek dinamis hidup. Pada mereka juga ada berbagai tingkat yoga yang harus ditempuh penganutnya, sebelum mencapai pencerahan diri. Untuk "pencerahan diri", langkah pertama adalah inisiasi, pentahbisan. Di sini, guru mengarahkan murid bermeditasi, merenungkan seluruh perjalanan hidup. Berikutnya, siswa diajar berkomtemplasi dan yoga sampai bisa memperoleh sunyata. Karena itulah, ritual mereka banyak di warnai yoga. Rio Helmi, juru foto asal Bali pernah menyaksikan inisiasi Kalachakra di India, dua tahun lalu: seorang tua mengelilingi stupa sambil menggumamkan mantra lalu, huppp ia pun tegak dengan kepala di bawah. Pencerahan diri itulah yang membedakan mereka dengan umat Budha lainnya. "Tantra lebih menekankan Penerangan Agun (pencerahan) untuk diri sendiri ketimbang membantu sesama makhluk terlebih dahulu," tulis Rio, yang pernah berdialog dengar para Lama. Yang juga beda: cara menjadi Lama. Hanya yang dianggap titisan Lama sebelumnya, yang layak dinobatkan. Sembilan bulan (usia kehamilan) setelah seorang Lama wafat, para Lama akan mencari bayi yang baru lahir yang mempunyai ciri fisik, gerak laku, dan mudah-mudahan kelak, tutur katanya juga akan mirip dengan almarhum. Itulah calon Lama. Dengan cara itu pula kenapa si anak Spanyol, Osel Hita, bisa mereka anggap titisan Lama Yeshe. Dan Lama tak hanya mengurus agama ingin mengerti cara pikir orang, Lama Yesh pernah melepas jubah, lalu ia masuk ke klub malam, di Hong Kong. Zaim Uchrowi (Jakarta) dan I Nengah Wedja (Denpasar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus