Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Puluhan petugas dan relawan dari Posko Terpadu Pemerintah Daerah DIY turun ke jalanan melakukan disinfeksi area publik dan fasilitas umum dalam upaya menekan penularan virus Corona yang sudah menginfeksi Yogya, Ahad, 22 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyemprotan disinfektan digencarkan seperti di seputar monumen Tugu Jogja hingga Stasiun Tugu dan menyebar ke berbagai arah perkotaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan lengangnya sejumlah titik di Yogya belakangan terakhir akibat anjloknya kunjungan wisatawan menjadi momentum untuk pembersihan masif di berbagai sudut perkotaan hingga pedesaan. "Ini momentum untuk reresik (bersih bersih) Yogya di seluruh wilayahnya," ujarnya, Ahad, 22 Maret 2020.
Biwara mengatakan reresik Yogya ini juga menindaklanjuti kebijakan Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang telah mengeluarkan surat keputusan tanggap darurat bencana Corona di Yogya yang berlaku 20 Maret sampai 29 Mei 2020.
Sultan juga memerintahkan agenda yang mengundang kerumunan termasuk tradisi seperti Mangayubagya Tinggalan Jumenengan yang sedianya digelar Maret ini dialihkan guna memasifkan kegiatan pembersihan wilayah.
Secara resmi, Pemerintah DIY juga meliburkan seluruh sekolah di semua jenjang dan menggantinya dengan program belajar secara online yang mulai berlaku 23 hingga 31 Maret 2020.
Birawa mengatakan reresik Jogja tak sekedar menggalakkan penyemprotan disinfektan. Petugas dan relawan juga mensosialisasikan pencegahan dan penanganan sebaran wabah menggunakan mobil penerangan dan kendaraan keliling.
"Saat ini kita tidak hanya berhadapan dengan Covid-19 saja, namun juga berhadapan dengan kekhawatiran masyarakat," kata Biwara.
Menurut Biwara, masih ada sebagian masyarakat yang tidak peduli sama sekali dan malah pro dan kontra dengan perkembangan pemberitaan kasus bencana ini.
Reresik Jogja ini, ujar Birawa, sekaligus sebagai kampanye gerakan membangun kesadaran diri dengan berbagai cara dalam melawan Covid-19. Mulai menjaga jarak interaksi minimal satu meter, sadar dan rela mengisolasi diri selama 14 hari bagi yang memiliki riwayat perjalanan luar daerah DIY atau kontak dengan pasien positif Corona lainya.
Kemudian juga bersedia membatalkan dan atau menunda kegiatan yang bersifat pengumpulan massa serta meningkatkan imunitas dan menjaga stres, termasuk imbauan untuk belajar di rumah dan mengisi dengan kegiatan positif.
Biwara juga mengimbau warga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah assessment mandiri serta membersihkan lingkungan tempat tinggal serta melakukan disinfesi mandiri.
Menurut Birawa, masyarakat Yogya sebenarnya sudah cukup memiliki modal sosial yang sangat baik untuk mengatasi bencana Covid-19 ini. Pengalaman kejadian bencana yang telah dan pernah dialami warga Yogya mulai dari gempa bumi, gunung meletus, abu vulkanik, hingga kasus flu burung menjadi catatan tersendiri.